Oleh Rosmita
Aktivis Dakwah Islam


Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani terus berupaya meningkatkan pendapatan negara melalui pajak. Bahkan dia mengancam akan menaikkan harga BBM tiga kali lipat jika masyarakat tidak mau membayar pajak. Alasannya karena harga minyak mengalami kenaikan hingga mencapai USD 120 per barel, apabila tidak ditahan dengan subsidi yang mencapai Rp552 triliun, masyarakat bisa membayar BBM hingga tiga kali lipat. (Dikutip dari @smindrawati, 28/2/2023) 

Menanggapi hal ini, Dr. Fahrul Ulum, M.E.I mengatakan bahwa ini sangat menyakitkan. Alasannya, pertama karena pajak itu sendiri sudah menyakitkan. Kedua, tingkah pemungut pajaknya. Ketiga, ada ratusan triliun dipakai sebagai cara memperkaya diri. (Khilafah News, 9/3/2023) 

Pajak Alat Memeras Rakyat

Di tengah berbagai kesulitan hidup yang dirasakan oleh masyarakat saat ini mulai dari sulitnya mencari pekerjaan hingga harga kebutuhan pokok yang terus naik. Masyarakat masih juga dibebani dengan pajak yang terasa kian mencekik. Hampir seluruh komoditi barang dan jasa terkena pajak. Bahkan setiap orang yang memiliki penghasilan UMR juga terkena wajib pajak. 

Alasan untuk meningkatkan pendapatan negara, sungguh tidak sesuai logika. Di satu sisi rakyat kecil terus diperas dengan harus membayar pajak, sedangkan para pengusaha justru mendapat tax amnesty (pengampunan pajak). 

Selain itu, sudah menjadi rahasia umum bagaimana dana pajak bukan untuk menyejahterakan rakyat tapi untuk membiayai hidup mewah para pejabat. Di saat rakyat susah mereka justru hidup mewah dengan gaji tinggi dan fasilitas luar biasa. 

Belum lagi gaya hidup hedon keluarga para pejabat pajak. Tak jarang pula mereka memamerkan kekayaannya di media sosial dengan memposting barang-barang brandid, kendaraan mewah dan jalan-jalan ke luar negeri. Ini menjadi bukti bahwa pajak hanya menyejahterakan hidup para pejabat. 

Wajarlah kalau rakyat merasa muak dengan menolak bayar pajak karena pajak yang dibayarkan rakyat tidak kembali pada rakyat, tapi hanya memperkaya para pejabat. 

Sistem sekuler kapitalisme yang diterapkan negeri ini menjadi pangkal kesengsaraan rakyat. Dalam sistem ini negara menjadikan pajak sebagai sumber utama pemasukan negara. Dalam sistem ini pula yang membolehkan sumber daya alam dikelola oleh pihak swasta, sehingga negara kehilangan sebagian besar sumber pendapatannya. Contohnya pengelolaan minyak yang dikelola oleh swasta dengan sistem kontrak. Negara hanya mendapat bagian 57% sedangkan perusahaan yang mengelola mendapat 43%. Belum lagi sumber daya alam lainnya seperti tambang emas dan batu bara. 

Pajak dalam pandangan Islam

Berbeda halnya apabila sistem Islam yang diterapkan. Dalam sistem Islam negara tidak menjadikan pajak sebagai sumber pendapatan negara. Sumber keuangan negara Islam berasal dari anfal, fai, ghanimah, kharaj, jizyah, sumber daya alam dan sebagainya. 

Bahkan Islam mengharamkan memungut pajak tanpa hak. Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya pelaku/pemungut pajak (diazab) di neraka." (HR.Ahmad dan Abu Daud) 

Negara Islam hanya akan mengambil dharibah (pungutan) dalam kondisi tertentu, misalnya saat ada keadaan darurat seperti bencana alam, sedangkan baitulmal sedang kosong. Maka negara akan mengambil dharibah kepada warga muslim yang kaya saja. Itupun hanya bersifat sementara sampai kondisi baitulmal terisi kembali, maka dharibah harus dihentikan.

Selain itu, sistem melarang sumber daya alam dikelola oleh pihak swasta. Karena sumber daya alam adalah harta kepemilikan umum yang wajib dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.: "Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu, padang rumput, air dan api." (HR. Ahmad dan Abu Daud) 

Yang dimaksud dengan padang rumput yaitu hasil dari gunung dan hutan. Sedangkan air yaitu sumber mata air maupun hasil dari perairan. Yang dimaksud dengan api adalah sumber energi, seperti tambang minyak, gas, batubara, emas dan lain-lain. 

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, tanahnya subur, lautnya luas, dan berbagai sumber energi ada. Kalau saja seluruh kekayaan alam yang dimiliki dikelola sendiri oleh negara sudah lebih dari cukup untuk membiayai APBN tanpa harus memungut pajak. Bahkan seluruh rakyat bisa hidup sejahtera karena terjamin segala kebutuhannya. 

Oleh karena itu, bila ingin menghentikan kesengsaraan rakyat tidak cukup dengan hanya menolak bayar pajak. Namun harus dari akarnya, yaitu mengganti sistem rusak kapitalisme dengan sistem Islam. Karena hanya sistem Islam yang melahirkan aturan terbaik yang akan membawa kemaslahatan untuk manusia. Wallahu alam bissawab.

Post a Comment

أحدث أقدم