Oleh: Utari Komala


Pasca kunjungan presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Riau, kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih menyelimuti Riau dan sekitarnya. Jarak pandang bahkan sempat menyentuh angka 500 meter saja, pada Rabu pagi. 
Sejumlah sekolah masih diliburkan yakni diantaranya di kabupaten Bengkalis, Indragiri, Hulu, Siak. Tercatat 838 sekolah negeri yang diliburkan di kabupaten Siak dan ini telah masuk minggu kedua. 
"Ini sudah masuk minggu kedua sekolah-sekolah libur. Kita memperpanjang 1 hari. Namun jika tebal besok pagi libur diperpanjang lagi." kata kepala Disdikbud Siak Lukman.  (TribunPekanbaru.com 18/9/2019) 

Kabut asap akibat kebakaran hutan di Riau hingga kini masih berlanjut. Walaupun presiden Jokowi telah datang meninjau lokasi bekas kebakaran hutan, tapi nyatanya kabut asap masih menyelimuti Riau.
Kedatangan Presiden Jokowi tidak memberikan efek yang berarti. Dengan mengenakan kemeja putih dan celana hitam, presiden Jokowi berfoto selfie seperti turis yang tengah menerawang jauh, melihat sisa-sisa bekas kebakaran hutan dan lahan. Gayanya menjadi viral dan ditiru banyak orang. Bukan meniru gayanya karena senang tapi meniru sebagai bentuk singgungan dan keprihatinan rakyat kepada seorang presiden yang hanya menjalankan kunjungan sekedar pencintraan, tanpa usaha menyelesaikan masalah kebakaran hutan dan lahan. 

Hanya sekadar berfoto ria di lokasi bekas kebakaran kah yang ditawarkan oleh seorang kepala negara? seorang kepala negara seharusnya memiliki kebijakan lebih dari itu. Misalnya terus berupaya melakukan pemadaman karena banyaknya titik api dari lahan yang sengaja dibakar. Dan melakukan tindakan tegas kepada para pelaku pembakaran hutan agar tidak terulang kembali, mengingat kejadian kebakaran hutan sering terjadi. Serta meminta pertanggung jawaban dari perusahaan-perusahaan yang memiliki izin mengelola lahan disana.

Demonstrasi Mahasiswa Menuntut Jokowi Mundur

Kunjungan Presiden Jokowi untuk melihat langsung lokasi bencana kabut asap disambut oleh mahasiswa yang menggelar aksi unjuk rasa. Dengan menggunakan sepeda motor, ribuan mahasiswa tumpah ruah ke jalan. 
Akibat lalainya pemerintah dan lambatnya proses penanganan kebakaran hutan, mahasiswa mendesak Jokowi untuk turun dari jabatannya.

Aksi unjuk rasa yang dilakukan ribuan mahasiswa ini tidak mendapat liputan media televisi sama sekali. Padahal seharusnya media televisi melakukan peliputan untuk menyampaikan berita yang benar agar rakyat Indonesia bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Mahasiswa telah bergerak untuk membela rakyat.

Pemimpin Dalam Sistem Kapitalis

Inilah gambaran pemimpin dalam sistem kapitalis demokrasi, pemimpin tidak berperan sebagai pelayan rakyat sehigga tidak memperdulikan nasib rakyatnya. Demi kepentingan para pemilik modal (kapitalis), pemimpin rela mengorbankan rakyatnya. Sejak awal di lantik, janji-janji yang diucapkan bukanlah untuk melayani rakyatnya. Pemimpin bekerja dalam rangka memenuhi ketamakan para pemilik modal. Karena dalam pemilihannya, pemimpin kapitalis harus mengeluarkan modal yang cukup besar. Modal itu biasa didapatkan dari para pemilik modal. Sehingga setelah pemimpin berkuasa, yang dipikirkan penguasa adalah bagaimana memenuhi keinginan para pemilik modal, sebagai bentuk hutang jasa. 

Pemimpin di sistem kapitalis sebenarnya hanyalah boneka yang disetir. Sedang penguasa sesungguhnya adalah para pemilik modal (kapitalis). Para kapitalis menginginkan sumber daya alam yang melimpah ruah di negara kita. 

Sistem Kapitalis yang memisahkan agama dalam kehidupan telah membuat para pemimpin menyingkirkan aturan agama dalam menjalankan kekuasaan. Mereka hanya memikirkan masalah dunia sehingga tidak takut dengan murka Allah dan Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bersabda:
Ma'qil Ibnu yasar Radhiallahu Anhu berkata: “aku mendengar Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda”: “Seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat lalu ia mati, pada hari kematiannya ketika ia menipu rakyatnya, Allah pasti akan mengharamkan masuk surga.” (HR. Buchari)

Pemimpin Dalam Islam

Pemimpin dalam Islam dinamakan Khalifah.  Ia ditunjuk untuk menerapkan syariat Islam dalam kepemimpinannya. Ia bertugas untuk mengurusi urusan umat. 
Seorang Khalifah harus memenuhi beberapa kriteria untuk layak disebut pemimpin. Penunjukan Khalifah dilakukan dengan cara bai'at bukan dengan cara pewarisan atau otoriter. Dalam pelaksanaan tugasnya umat bisa ikut mengawasi agar selalu sejalan dengan syariat Islam. Tipe pemimpin dalam Islam lekat dengan kepribadian Muhammad Al Fatih, pemimpin shalih yang semenjak baligh tidak pernah sekalipun meninggalkan shalat wajib, shalat sunah atau puasa. Bahkan oleh Rasulullah disebut sebagai sebaik-baik pemimpin.

Contoh lain yaitu bagaimana seorang Rasulullah dalam memimpin, beliau sangat piawai dalam memimpin. Pemimpin dalam keluarganya, dalam negara, juga dalam medan jihad.
Setelah sepeninggal Rasullullah umat dipimpin oleh khalifah. zaman Khulafa'ur Rasyidin dipimpin oleh Abu bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Setelah itu dilanjutkan zaman Umayyah di Damaskus, lalu Bani Abbas, Bani Buwaihi, Bani Seljuk, yang terakhir zaman Utsmaniyah yang kepemimpinannya sampai 1924 M.

Semoga segera hadir pemimpin yang dicintai oleh rakyat dan dia juga mencintai rakyatnya dalam kepemimpinan yang menerapkan aturan Islam. 
"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki, atau hukum siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin." (QS. Al-Maidah ayat: 50)

Post a Comment

أحدث أقدم