Oleh : Isma Adwa Khaira
Mahasiswi, Pendidik, and Member Of AMK



Setiap dari orang tua menginginkan anak yang shalih dan shalihah, cerdas serta menjadi penyejuk bagi mata keduanya. Mereka membumbungkan harapan setinggi langit untuk kesuksesan para permata hati. Memberikan yang terbaik untuk mendukung kejayaan hidup mereka. Setidaknya, kehidupan anak-anak akan jauh lebih baik dari para orang tua di masa depan. Itulah yang selalu terlintas dan menjadi cita-cita yang orang tua tanamkan sejak kehadiran buah hati.

Di lain masa, akan kita dapati juga orang tua yang cuek terhadap anak mereka. Menginginkan mereka unggul, namun tidak memberikan apa yang dibutuhkan anak-anak untuk menunjang harapan orang tua. Dalih sibuk bekerja untuk mencari nafkah menjadikan para ibu dan ayah memilih berjibaku dengan pekerjaan, sementara yang begitu dibutuhkan anak adalah orang tua mereka. Mereka yang senantiasa menemani dan memberikan sentuhan kasih sayang yang begitu didambakan.

Suatu hari, ketika ia mendapati anaknya jauh dari kata shalih atau shalihah, tidak mengalami kemajuan dalam hidup, tidaklah pintar, cuek atau begitu arogan. Segala hal yang membuat rasa kecewa itu begitu mendominasi hati. Maka, kemarahan dan nafsu begitu bergelora hingga bentakan dan pukulan mereka layangkan pada anak. Menyalahkan si anak, guru ataupun orang yang dirasa bertanggung jawab sementara ia pergi untuk bekerja.

Dimanakah engkau?
Saat anak mengalami kesulitan dan tertekan dalam memahami pembelajaran ala kapitalisme hari ini. Sementara keburukan begitu luar biasa disekitar anak-anak hingga menggerus keimanan mereka. 

Kemana engkau?
Saat banyak teman yang memilih menjauh dan mengejek. Berharap rumah adalah obat dari segala sakit yang ditorehkan oleh sistem hari ini. 

Rumah adalah tempat berlabuh yang paling nyaman dibandingkan tempat yang lain. Rumah adalah tempat penuh kasih sayang yang sangat didambakan oleh setiap anak. Lalu apa jadinya jika rumah itu tidak memberikan rasa nyaman dan aman?

Wahai ibu dan ayah, seorang anak bukanlah pekerja yang kau didik untuk menopang perekonomian keluarga. Agar ia sukses dengan pekerjaan dan menjadi seseorang yang memberikan materi berlimpah nanti. Bukan pula aset yang nanti akan bisa kau banggakan pada yang lainnya selayaknya mereka adalah barang.

Ketahuilah mereka adalah sebuah titipan yang akan dimintai pertanggungjawaban nantinya. Anak-anak yang dalam kehidupannya hanya diminta untuk beribadah pada Allah. Bukan mengiba pada materi semata. Titipan yang tidak diciptakan untuk menjadi pecinta dunia. Namun diciptakan untuk mencintai akhirat dan secukupnya dalam dunia.

Tujuan setiap manusia diciptakan adalah beribadah termasuk anak-anak. Ibadah bukan hanya sekedar anak dapat shalat dan puasa. Namun bagaimana anak dapat amanah, jujur, menjauhi kemaksiatan serta selalu memberikan nasehat. Sudahkah akhlak itu kita ajarkan pada anak? Bagaimana ia harus bersikap pada guru. Bagaimana ia bersikap pada orang tua. Maka wajar bila engkau dapat anak-anak yang begitu keras hatinya. Sementara setetes keimananpun tidak engkau berikan pada mereka.

Wahai ibu dan ayah, bila kalian mendapati anakmu begitu berbeda dengan yang lain dalam hal prestasi. Motivasi mereka dengan motivasi yang berdasar keimanan. Karena itulah yang mereka butuhkan bukan makian ataupun perbandingan. Bila engkau mendapati anak yang begitu nakal dan keras hatinya. Lembutkanlah ia dengan bacaan Alqur'an dan berilah ia contoh bagaimana seorang haruslah berlemah lembut terhadap sesama.

Sulit? Tentu. Bahkan sangat teramat sulit, Karena kehidupan ala kapitalis yang begitu mencekik para orang tua saat ini. Namun yakinlah, engkau akan mendapatkan sesuatu yang indah selepas kesusahan dan kesulitan yang engkau jalani. Bersabar dan teruslah berusaha mengajarkan mereka arti sebuah kehidupan. Karena ketika kematian telah memisahkan jiwa dari raga. Maka yang tertinggal hanya nama. Namun bagi mereka yang bertakwa mereka masih memiliki aset yang jauh lebih baik dari dunia. Yaitu anak-anak yang shalih dan shalihah.

Untukmu para orang tua. Semoga engkau dapati mereka menjadi pemberi mahkota di syurga kelak. Bukan penyeret orangtua ke neraka. Aamiin.

Wallahu a'lam bishawwab.

Post a Comment

أحدث أقدم