Oleh : Rosmita
Aktivis Dakwah dan Member AMK


Masih lekang dalam ingatan bagaimana pemilu tahun lalu menelan banyak korban jiwa. Menurut Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman, total ada 894 petugas yang meninggal dunia dan 5.175 petugas mengalami sakit.

Tahun ini Pilkada serentak digelar meski di tengah masa pandemi. Akibatnya, 70 orang calon kepala daerah terinfeksi Covid-19, 4 orang diantaranya meninggal dunia. Bahkan 100 orang penyelenggara termasuk Ketua KPU RI juga terinfeksi Covid-19.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Hamdan Zoelva menyampaikan keprihatinannya, "Betapa besar pengorbanan untuk Demokrasi," ujarnya. (Bisnis.com, 28/11/2020)

Pertanyaannya, layakkah pengorbanan besar diberikan untuk demokrasi? Memilih pemimpin dalam sistem demokrasi, selain berbiaya tinggi juga banyak menimbulkan tragedi. Yang lebih mirisnya lagi dana besar yang dikeluarkan tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan. 

Dari tahun ke tahun pemimpin berganti, tetapi tidak ada perubahan yang berarti. Justru kezaliman dan kesengsaraan semakin menjadi-jadi. Utang negara terus bertambah, kasus korupsi dan kriminalitas semakin parah. Sementara jumlah pengangguran dan rakyat miskin semakin tinggi, karena lapangan pekerjaan kian sulit dicari. Sedangkan SDA yang dimiliki negeri ini terus dikuasai oleh  asing dan aseng.

Kepemimpinan yang diperebutkan dalam sistem rusak, pasti akan melahirkan pemimpin yang rusak pula. Ditambah modal besar yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan kekuasaan, membuat para calon penguasa berkolaborasi dengan para pengusaha. Sudah pasti pemimpin yang terpilih hanya akan mendahulukan kepentingannya dan kepentingan para kapitalis pendukungnya. Janji manis membela kepentingan rakyat hanya tinggal mimpi saja. Alhasil, siapapun pemimpinnya rakyat akan tetap sengsara.

Mau sampai kapan kita begini? Masihkah kita percaya kepada sistem demokrasi yang jelas-jelas menghancurkan negeri ini? Atau kita beralih kepada sistem buatan Allah yang pasti akan membawa kemaslahatan untuk seluruh alam? Yaitu sistem Islam.

Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Islam mengatur seluruh urusan manusia, dari bangun tidur hingga bangun negara. Apabila syariat Islam diterapkan secara keseluruhan sudah pasti akan menimbulkan kemaslahatan dan keberkahan.

Memilih pemimpin dalam sistem Islam bukan soal banyak-banyakan suara, tetapi harus sesuai dengan hukum syara'. Pemimpin yang dipilih harus memenuhi kriteria seorang pemimpin, yaitu: laki-laki, muslim, baligh, berakal, merdeka, adil, dan memiliki kapabilitas dalam mengurus rakyat. 

Prosesnya pun sederhana, tidak perlu mengeluarkan banyak biaya, yaitu pembai'atan oleh umat. Seorang pemimpin dalam Islam wajib menerapkan syariat Islam secara keseluruhan. Dan berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunah dalam memutuskan setiap perkara. Dengan demikian sudah pasti negeri ini akan makmur dan sejahtera. 

Maka sudah seharusnya kita beralih kepada sistem Islam dan mengakhiri sistem rusak ini, sebelum tumbal demokrasi berjatuhan lebih banyak lagi. 
Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

أحدث أقدم