Oleh : Nadia 


Di awal tahun 2021, rentetan musibah datang silih berganti menerjang berbagai wilayah Indonesia,  dimulai dengan jatuhnya pesawat dengan korban 62 orang, gempa Sulbar yang memakan korban tewas lebih dari 90 orang, banjir besar di Kalimantan Selatan dengan 21 korban tewas, longsor di Sumedang 40 korban tewas, banjir dan longsor di Manado 6 tewas, banjir bandang di Puncak, Bogor; banjir di Aceh, Jember, Malang, dan berbagai daerah lain.Belum lagi gunung berapi yang meletus berturut-turut dari Merapi, Semeru, dan Sinabung. Bahkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 185 bencana yang terjadi sejak 1 hingga 21/1/2021.

Setiap muslim tentu harus mensikapi semua bencana ini dengan tepat. Semua musibah merupakan qadha (ketentuan) dari Allah SWT yang tak mungkin ditolak atau dicegah. Tak ada manusia yang mengetahui apalagi mengharapkan kedatangannya.  Bagi kaum mukmin, qadha ini merupakan ujian dari Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya: Sungguh kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut dan kelaparan. Juga dengan berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang sabar." (TQS. Al- Baqarah:155).

Di antara adab  dalam menyikapi qadha ini adalah iman, ridha & sabar. Begitupun tidak berputus asa dan berprasangka buruk.Orang yang tertimpa musibah cenderung  mudah sekali terjerumus ke dalam sikap berputus asa dari rahmat Allah. Namun, Allah SWT menegaskan, sikap itu adalah sikap kufur. Sebagaimana firman-Nya:
“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum kafir.” (QS Yusuf [12] : 87).

Dengan sikap sabar & ridha, musibah yang datang akan mendatangkan banyak hikmah dan kebaikan. Diantaranya: Pertama, musibah bisa menghapus dosa. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw: "Tidaklah seorang mukmin tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali dengan itu Allah meninggikan dia satu derajat atau Allah menghapus dari dirinya satu dosa". (HR. Muslim, At-Tirmidzi & Ahmad)

Kedua, melalui bencana Allah SWT ingin menunjukkan kekuasaan-Nya kepada manusia. Allah SWT juga mengingatkan bahwa manusia itu lemah dan betapa terbatas kemampuannya. Maka tidak sepantasnya manusia sombong dihadapan Allah SWT. Selain itu, Allah SWT mendatangkan musibah untuk mengingatkan dan mengembalikan  kesadaran spiritualitas manusia. 

Memperbanyak doa dan dzikir serta bertobat atas dosa-dosanya
Tiada seorang hamba pun yang ditimpa musibah, melainkan itu akibat dari dosa yang diperbuatnya. Maka, sudah seharusnya dia bertobat nasuha kepada Allah SWT. Orang yang tak mau bertobat setelah tertimpa musibah adalah orang sombong dan sesat. Allah SWT berfirman,
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS asy-Syuura [42]: 30)

Dari ayat di atas, Allah SWT telah jelas menyampaikan adanya kerusakan alam diakibatkan tangan manusia. Terjadinya banjir di Kalimantan Selatan diduga kuat akibat ulah keserakahan korporasi. Organisasi swadaya masyarakat Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia menyebut, tanah kosong (landbank) untuk tanaman kelapa sawit seluas 5,8 juta hektare dikuasai 25 konglomerat Taipan pada 2017.

Perinciannya adalah 3,3 juta ha atau 57 persen dari total landbank berada di Kalimantan. Lalu 1,9 juta ha atau 33 persennya berlokasi di Sumatra. Sisanya masing-masing 4 persen di Sulawesi dan Papua. (cnnindonesia.com, 2019)

Data di atas baru perusahaan sawit, belum ditambah perusahaan tambang yang jumlahnya pun sangat besar. Jika lahan sudah dikuasai korporasi, penggunaan lahan akan berorientasi pada keuntungan sebesar-besarnya. Tak peduli kerusakan lingkungan dan penderitaan rakyat akibat bencana, korporasi akan terus berjalan.
Seperti dugaan Greenpeace Indonesia, banjir bandang yang melanda Kalimantan Selatan diakibatkan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang telah kehilangan sekitar 304.225 hektare tutupan hutan sepanjang 2001-2019.

Sebagian besarnya sudah berubah jadi kelapa sawit. Padahal, DAS itu merupakan wilayah yang seharusnya menampung air hujan di Kalsel. Namun, karena tutupan hutannya berkurang drastis, kemampuan menampung air jadi berkurang. (cnnindonesia.com 18/1/2021)

Sungguh, kemaksiatan terbesar negeri ini adalah dicampakkannya hukum Islam. Selain lalai atas korban bencana, dibolehkannya korporasi mengeksploitasi SDA adalah akibat negeri ini tak menerapkan syariat Islam secara kafah dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah.

Sungguh, jika negeri ini jika negeri ini menerapkan syariat Islam secara total, keberkahan akan berlimpah ruah. Seperti firman Allah SWT
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-A’raf: 96).

Dengan begitu, energi ketaatan kepada Allah akan bangkit dengan senantiasa melakukan perbaikan. Mengamalkan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan. Tunduk dan patuh menjalankan dan menerapkan hukum dan syariat secara kaffah dimuka bumi. Mengganti hukum sekularisme-kapitalisme  yang rusak dan merusak dengan sistem yang benar, yang telah Allah turunkan. Tak lain adalah hukum Islam.
Wallahu a'lam bishawab.

Post a Comment

أحدث أقدم