Oleh : Sujilah
Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Literasi


Dua tahun yang lalu, beberapakali terlontar dari lisan pejabat negeri ini yang menyatakan pelarangan cadar dan pemakaian celana cingkrang  di kalangan ASN dan kaum muslim secara umum.  Yang terbaru,     ASN yang diduga terpapar radikalisme, langsung dipecat.

Seperti dilansir Timesindonesia.com, Bandung, anggota Komisi lll  DPR RI  Cucun Ahmad Syamsurijal menegaskan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang  tersangkut dengan radikalisme harus dipecat, semua ini untuk memberikan efek jera, dalam memberantas radikalisme di kalangan  ASN, termasuk pada lingkungan kampus. 

Kejadian tersebut nyatanya  menimpa Dosen Unpad (AHS). Ia dicopot dari jabatannya sebagai wakil Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan (FPIK) Unpad, di sebabkan AHS pernah menjadi pengurus Ormas yang sudah dibubarkan, sebab  di kampus tersebut berkomitmen menjaga keutuhan NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Setelah isu radikalisme mencuat di kalangan ASN, konotasi yang terbentuk dalam masyarakat menjadi negatif, apalagi dibumbui dengan berbagai framing bahwa radikalisme mengancam keutuhan negara. Padahal, isu radikalisme ini merupakan propaganda untuk menyerang Islam.  Kegiatan-kegiatan umat Islam di masjid selalu diawasi, para aktivis, ustadz, ulama dipersekusi dengan  alasan ceramah yang disampaikan berbau radikal. Begitu juga dengan publik pigur yang hijrah.  Opini radikalisme terus digulirkan dengan berbagai tekanan dan ancaman. 

Radikalisme,  berasal dari bahasa latin radix yang artinya akar. Jadi istilah radikal sebenarnya hal-hal/kegiatan yang menggambarkan perubahan yang mendasar atau menyeluruh dalam makna positif. Sayangnya, kebencian Barat terhadap Islam menjadikan istilah radikalisme sengaja disimpangkan untuk menghancurkan umat melalui tokoh umat itu sendiri. Maka dari itu wajar kiranya jika sebagian umat Islam dibuat ketakutan dengan ajarannya sendiri, hingga terjadi Islamofobia akut. 

Kaum kapitalis sekuler akan terus menggoreng isu radikal, teroris, dan stigma buruk lainnya tentang Islam sampai umat saling memusuhi dan bertikai, sementara mereka fokus menjarah aset publik dan menggoyang kedaulatan negara.  

Pada akhirnya, fakta bahwa negara  terus menghembuskan Isu radikalisme hanyalah untuk menutupi kegagalan yang terjadi pada sistem ini. Maka sebaiknya kaum muslim  harus bersatu merapatkan barisan untuk melawan isu radikalisme yang dikembangkan Barat dan agennya di negeri ini.  Kaum muslim harus bisa bersikap tepat dalam menghadapi isu radikalisme dengan:

Pertama, berani mengungkapkan rencana-rencana jahat musuh Islam serta makar dan persekongkolan para penguasa dan sekular dengan negara imperialis Barat (kasyf al-khuththat). Yang bertujuan agar umat Islam mampu melihat dan menghindari kejahatan tersembunyi dari persekongkolan tersebut. Sehingga hubungan rakyat dengan penguasa sekuler bisa diguncangkan dan runtuh hingga rakyat tidak percaya lagi  pada rezim lalu menyerahkan kekuasaannya kepada kelompok Islam yang benar-benar ingin  menerapkan syariat Islam.

Kedua, meningkatkan kesadaran politik (wa'yu siyasi) kaum muslim melalui edukasi yang bersifat terus-menerus. Sehingga mendorong kesadaran kaum muslim   untuk membela ajaran Islam dari perongrong dan pembencinya. Dan memberikan pembinaan di tengah-tengah umat  tentang akidah Islam. Bahwa menjadikan akidah Islam satu-satunya sudut pandang hidup  dan syariah  Islam  sebagai satu-satunya aturan yang mengatur seluruh perbuatannya.

Ketiga, harus ada entitas Islam (Ulama, Parpol Islam, Ormas Islam, Gerakan Islam dan seluruh elemen Islam yang selalu menjelaskan kepada umat dan seluruh elemen bangsa ini bahwa ancaman sesungguhnya adalah kapitalis-liberal.

Sesungguhnya radikalisme adalah perang melawan Islam dan umatnya. Waktunya umat dan bangsa ini menolak keras isu radikalisme di Indonesia. Dengan  cara membebaskan negeri ini dari segala bentuk ancaman penjajahan Barat dan Timur dengan menerapkan syariah Islam secara keseluruhan di kehidupan sehingga tercipta kesejahteraan, kebaikan dan kedamaian di seluruh umat manusia. Dan kemenangan itu tinggal menunggu waktunya karena Allah telah berjanji dalam firman-Nya:

"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan kebajikan, bahwa dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan nenjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-ku dengan tidak menyekutukan-ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang-siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. An-Nur: 55)

Waktunya umat membuka diri, menjernihkan pikiran dengan beragam diskusi. Diskusi yang mampu hasilkan solusi untuk mengatasi permasalahan umat saat ini. Jangan diam, takut atau sekedar melihat (jadi penonton) yang tak punya andil apa-apa. Segera kuatkan dien ini hanya untuk menjalankan syariat-Nya dan meraih ridha Allah. 
Wallahu a'lam  bishshawab.

Post a Comment

أحدث أقدم