Oleh Shinta Putri 
Aktivis Muslimah Peradaban


Bencana banjir lagi-lagi melanda beberapa wilayah di Indonesia. Hampir setiap tahun pasti ada bencana banjir. Bahkan bencana ini menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang tidak sedikit. Bencana banjir yang rutin datang sangat meresahkan masyarakat. Tentu yang menjadi korban pertama pastilah warga sekitar luapan sungai dan sekitarnya.

Penyebab banjir di sejumlah wilayah bukan hanya akibat curah hujan yang relatif tinggi. Tapi juga karena adanya kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) serta maraknya konversi tutupan lahan, seperti yang terjadi di Kalimantan Barat.

"Perubahan atau konversi lahan, menyebabkan jenis tutupan lahan berubah, hal ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan daerah aliran sungai (DAS), sehingga hidrografi aliran pada DAS tersebut berubah menjadi tidak baik," kata Ahli Teknik Sumber Daya Air Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Prof. Dr. Henny Herawati di Pontianak, Minggu (7/11).

Perubahan atau konversi lahan menyebabkan jenis tutupan lahan berubah, sehingga menyebabkan daerah aliran sungai meluap tak terbendung akibat dari hidrologi aliran pada daerah aliran sungai tersebut berubah menjadi tidak baik. Dari lahan awal merupakan lahan tertutup dan kawasan hutan diubah menjadi lahan pertanian, perkebunan hingga pemukiman. (merdeka.com, 7/11/2021)

Melihat pemicu banjir yang sangat kompleks, kerusakan alam akibat ulah tangan manusia, akan banyak sekali yang harus diperbaiki untuk menjadikan kondisi alam kembali bersahabat dengan manusia dan tidak menimbulkan mudarat.

Inilah yang sekarang terjadi para kapitalis rakus mengubah lahan hijau menjadi lahan basah untuk menghasilkan pundi-pundi uang yang berlimpah. Para pemilik modal besar mengeksploitasi lahan untuk kepentingan bisnis dan keuntungan sendiri. Memang seperti ini watak pengemban sistem kapitalisme yang mereka pikirkan hanya materi, tidak memperdulikan dampak buruk yang terjadi jika banyak lahan tutupan dijadikan pemukiman dan perkebunan.

Korban jiwa dan kesengsaraan ratusan ribu manusia disebabkan banjir akibat pembangunan kapitalistik  tanpa memperhatikan keamanan lingkungan dan kondisi alam. Mereka begitu egois untuk mengubah lahan menjadi ladang bisnis. Pemerintah pun juga diam saja bahkan mempermudah izin kepada para pemilik modal  membuka lahan untuk berbisnis, bahkan malah ada pejabat yang juga ikut bisnis membuka lahan memanfaatkan kewenangannya.

Abainya negara dalam mengurusi urusan rakyat membuat miris hati, akhirnya yang paling terkena dampaknya adalah rakyat. Rakyat hanya disuruh bersabar karena ini bagian dari musibah, padahal semua ini terjadi akibat dari ulah tangan-tangan manusia yang membuat kerusakan di dunia sehingga mengundang bencana baik bagi alam dan kehidupan manusia. Seperti dalam firman Allah Swt.:

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (TQS Ar-Rum: 41)

Sangat berbeda dengan sistem aturan kehidupan Islam, bahwa pengendalian kelestarian alam sangat diperhatikan. Karena sejatinya jumlah debit air didunia ini jumlahnya stabil, dengan siklus air yang sesuai dengan kondisi alaminya air tidak mengalami penambahan maupun pengurangan.

Dalam Islam pembukaan lahan tertutup menjadi lahan terbuka benar-benar diatur supaya tidak melakukan pembangunan yang meluas tanpa memperhatikan alam sekitar dan manusianya. Sehingga keberadaan hutan perlu dijaga untuk menghindari banjir, dengan adanya hutan berarti daerah resapan air banyak jika terjadi curah hujan tinggi.

Negara dengan sistem Islam (Khilafah) juga membangun kanal-kanal, bendungan air yang luas dan dalam untuk menampung air hujan dan dialirkan  ketempat seharusnya air mengalir sehingga meminimalkan air meluap. Bencana banjir tidak akan rutin datang seperti sekarang. Selain itu, kepedulian pemimpin dalam mengurusi rakyat bisa menghindari bencana banjir yang memakan banyak korban.

Masihkan kita percaya pada para pemimpin dalam aturan kapitalisme yang hanya mementingkan diri sendiri dan golongannya? Padahal yang utama diperhatikan oleh seorang pemimpin adalah rakyatnya. Karena semua apa yang dipimpinnya akan dipertanggungjawabkan ke hadapan Allah Swt.

Wallahu a'lam bishshawwab. 

Post a Comment

أحدث أقدم