Oleh. Kusmiyati


Sungguh  memilukan apa yang sedang dialami seorang ibu asal Magelang bernama Trimah (65). Betapa tidak, dia diserahkan ketiga anaknya ke panti Jompo di Griya Lansia Husnul Khatimah, Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Ironisnya, alasan ketiga anak itu disebutkan dalam surat penyataan karena alasan kesibukan masing-masing anak. Unggahan itu viral setelah surat pernyataan penyerahan yang ditanda-tangani ketiga anak itu diunggah di Instagram @magelang_raya. dan @malangraya_info. 

Kalau kita perhatikan fenomena anak menelantarkan dan menitipkan orang tua di panti  jompo akhir-akhir semakin sering terjadi. Getir rasanya bagi orang tua yang sudah mengandung selama sembilan bulan, merawat dan membesarkan anak tanpa kenal lelah dan letih  dengan pengorbanannya ini diharapan kelak anaknya menjadi anak yang sholeh dan berbakti kepadanya. 

Tapi  ternyata kenyataan tidak sesuai dengan harapan, air susu dibalas dengan air tuba,   Kisah pilu lansia yang “terbuang” seolah menjadi hal yang biasa di negeri yang menjadikan materi sebagai sumber kebahagian. Sistem kapitalis telah menjadikan seseorang yang merasakan Kerasnya tekanan hidup  mencari materi telah menjadi pembenaran bagi anggota keluarga, sehingga mengalihkan pengurusan orang tua pada panti jompo.

Tidak hanya sampai di situ, penelantaran pun kerap terjadi, “membuang” orang tua di pinggiran jalan atau membiarkan mereka mengemis demi mendapatkan recehan untuk keberlangsungan hidup.
Sistem kapitalisme yang tidak pernah berhasil menyelesaikan masalah  kemiskinan massal, juga  telah mematikan fitrah manusia untuk memuliakan orang tua. 

Anak tak lagi menjadi penyejuk mata bagi orang tua, mereka berubah menjadi sosok yang tidak berbelas kasih. karena kekurangan materi, kesenjangan ekonomi, dan lemahnya penanaman nilai agama yang benar telah berkontribusi besar menjadikan hilangnya fitrah sebagai manusia yang memiliki rasa sayang dan hormat terhadap orang tua.

Sistem kapitalisme juga yang  telah menghancurkan hubungan orang tua dan anak. Juga telah  menghilangkan pemahaman tentang kewajiban dan hak antar anggota keluarga, karena sistem ini lebih mengutamakan nilai-nilai yang bersifat materi semata.
Maka tentu ini membutuhkan solusi untuk segera diselesaikan. 

Dalam pandangan Islam, keluarga yang baik tentu akan senantiasa menjadikan islam sebagai solusi  dalam segala masalah yang ada. Termasuk masalah keluarga. Orang tua sebagai sekolah pertama bagi anak haruslah    menanamkan ketaqwaan  seta mengajarkan akhlak mulia kepada seluruh anggota keluarga, sehingga anak akan   memandang bahwa merawat dan memelihara orang tua adalah kewajiban dan  kemuliaan untuk mendapatkan keridaan Tuhannya. 

Disamping itu dibutuhkan pula Peran masyarakat  dalam rangka membantu dan saling mengingatkan apabila ada hal yang melanggar agama.
Islam juga memandang bahwa negara harus hadir  menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. 

Seperti kisah lansia yang telantar dan terbuang dari keluarganya atau sikap anak yang abai terhadap pengurusan pada orang tuanya. Negara berfungsi sebagai pemelihara urusan  rakyatnya. Segala pemenuhan kebutuhan rakyat semestinya menjadi tanggung jawab negara. 

Negara memiliki andil besar mencari jalan keluar dari kesulitan ekonomi yang menimpa jutaan rakyat. Negara  harus menjamin terpenuhinya segala kebutuhan pokok masyarakat .Jika kesejahteraan rakyat telah terjamin, maka tidak akan menemukan lansia yang terbuang atau telantar hanya karena faktor ekonomi.

Di samping itu Negara juga berperan mengubah pendidikan sekuler saat ini dengan pendidikan berbasis Islam.  Agar terbentuk  generasi berkepribadian islami yang utuh, cakap ilmu, dan berakhlak mulia. Jika negara telah melakukan semua kebijakan tersebut, publik tidak akan lagi menemukan ketidakharmonisan orang tua dan anak.

Dalam hal ini, Islam memiliki konsep utuh dalam mendidik generasi. Islam akan membentuk generasi yang menghormati orang tua, menyayangi orang yang lebih muda, serta menghargai sesama manusia. Seorang anak wajib melakukan birul walidain dan memuliakan orang tuanya. Kewajiban tersebut Allah posisikan setelah beribadah dan menauhidkan-Nya. 

Dosa besar bagi siapa pun yang memperlakukan orang tuanya dengan buruk. Rasulullah saw. bersabda, “Dosa besar yaitu menyekutukan Allah dan durhaka pada orang tua.” (HR Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi). Adapun perilaku buruk orang tua pada anaknya, Allah segerakan balasannya di dunia. Hadis Rasul saw., “Ada dua pintu petaka yang disegerakan akibatnya di dunia, yaitu orang yang zalim dan durhaka kepada orang tua.” (HR Al-Hakim). Firman Allah Swt., “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah!’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS Al-Isra: 23-24)

Hanya Islam yang mampu melahirkan insan yang memahami tanggung jawab merawat orang tua. Karena mereka memahami dengan baik, bahwa orang tua ialah pintu tengah surga yang paling indah. 

Seperti Rasul saw. sampaikan, “Orang tua merupakan pintu surga yang paling pertengahan, jika engkau mampu, jagalah pintu tersebut.” (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)
Wallahu'alambishshawab.

Post a Comment

أحدث أقدم