Oleh. Yusriani Rini Lapeo, S. Pd.
Pemerhati Umat dan Anggota Muslimah Media Jakarta

Lagi, genosida terhadap kaum muslimin kembali terjadi. Kali ini di India, yang sebelumnya telah berulang kali terjadi di Palestina, Myanmar, Yordania, Irak, Bosnia, Afrika Tengah dan negeri-negeri berpenduduk mayoritas maupun minoritas muslim.  

Genosida sebagai bentuk pembunuhan besar-besaran, secara berencana terhadap suatu bangsa atau ras, agama, dan kali ini pun kembali dialami penduduk muslim India. 

Sebelumnya perdana Menteri India yang baru, telah mengumumkan penghapusan hak kewarganegaraan bagi penduduk muslim di India, setelah itu pelarangan hak berjilbab bagi wanita muslimah, kemudian pemuka agama Hindu telah mengumumkan untuk membantai kaum muslimin di India. Tujuan utama penguasa Hindu adalah untuk mengubah komposisi demografi daerah tersebut dengan menghilangkan populasi muslim.

Awalnya, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di India mengklaim  terkait rumor rencana genosida terhadap penduduk muslim, ia berpendapat bahwa tidak adanya ancaman bagi penduduk muslim di sana. (CNNIndonesia.com, Kamis, 19/1)

Akhirnya pernyataan itu dibantah dengan berbagai opini dan media yang meliput peristiwa pelecehan terhadap kaum muslimin disana. Biadab! Ya, itulah kata yang tepat bagi mereka yang melakukan penyiksaan dan pengusiran.

Sekat Nasionalisme Membuat Ukhuwah Kita Lemah 

Meski berbagai aksi dan penolakan dilakukan di sebagian negara atas kondisi kaum muslimin di dunia, namun hasilnya nihil. Buktinya pembantaian kaum muslimin terus terjadi tanpa ampun dimana-mana. Milyaran kaum muslimin telah menjadi korban kejahatan kaum kafir, namun penguasa muslim memilih bungkam.

Sekat nasionalisme telah membuat penguasa mati rasa dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk membebaskan penderitaan saudara kita. Adanya sekat nasionalisme pada hakikatnya, menjadi alat para kapitalis yang memanfaatkan kepentingan setiap bangsa dengan memecah belah dunia, kemudian menyerang dengan pemikiran dan mengikuti kemauan para pemilik modal. Ya semua hanya karena money.

"Siapa kamu siapa saya, deritamu bukan deritaku." Slogan yang akhirnya berhasil membius kaum muslimin hingga tak berdaya untuk membela saudaranya sendiri. Padahal duka mereka adalah duka kita semua, karena Islam yang mempersaudarakan kita dengan yang lain.

Sekat nasionalisme dalam hal ini menjadi candu bagi kaum muslimin yang lain, agar tak peduli atas keselamatan saudara kita seakidah yang sampai hari ini sudah menjadi mangsa para penguasa-penguasa kafir dan tamak. Sekat nasionalisme juga menjadi penghalang dan pembatas antara negara Islam yang satu dengan yang lain, dalam hal ini kita dibatasi untuk tidak ikut campur dengan saudara kita yang berbeda negara.

Lalu di sisi lain, kaum muslimin selalu dikaitkan dengan terorisme dan radikal. Padahal pada kenyataannya pelecehan dan pembantaian terhadap kaum muslimin oleh kaum kafir adalah merupakan aksi terorisme dan kejahatan nyata. Namun demikian yang selalu menjadi sasaran adalah Islam. Islam di monsterisasi dan dijadikan kambing hitam untuk konspirasi para durjana.

Islam Menghapuskan Genosida Agama dan Ras

Dalam kacamata Islam memandang, bahwa satu nyawa kaum muslimin sangat berharga dibandingkan seluruh dunia dan seisinya. Di sisi Allah, hilangnya nyawa seorang muslim  lebih besar perkaranya daripada hilangnya dunia.

Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Tirmidzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Jelas bahwa Islam sangat menghormati dan menjaga nyawa kaum muslimin, hingga pada zaman Islam berjaya apabila seseorang sengaja menghilangkan nyawa orang lain, maka bayarannya harus dengan nyawa.

Sementara di saat ini banyak kemudian wanita yang disiksa dan dilecehkan, bahkan dibunuh. Namun tidak satu pun penguasa di negeri kaum muslimin yang tergerak hatinya untuk membantu dan membebaskan mereka. Miris.

Lain halnya pada saat Islam berjaya. Ada seorang wanita tawanan yang terjadi pada masa khalifah al-Mu'tashim Billah, khalifah kedelapan dinasti Abbasiyah. Singkat kisah dimana kota Amuriyah yang dikuasai oleh Romawi saat itu berhasil ditaklukkan oleh al-Mu'tashim. Pada penyerangan itu sekitar 3.000 tentara tewas dan sekitar 30.000 menjadi tawanan. 

salah satu faktor yang mendorong penaklukan kota ini adalah karena adanya seorang wanita dari sebuah kota pesisir yang ditawan di sana. Ia berseru, “Wahai Muhammad, wahai Mu'tashim!” Setelah informasi itu terdengar oleh khalifah, ia pun segera menunggang kudanya dan membawa bala tentara untuk menyelamatkan wanita tersebut plus menaklukkan kota tempat wanita itu ditawan. Setelah berhasil menyelamatkan wanita tersebut al-Mu'tashim mengatakan, “Ku penuhi seruan mu, wahai wanita!”

Maa syaa Allah, betapa berharganya seorang wanita dan nyawa kaum muslimin dalam Islam di kala itu. Islam mampu menjadi perisai kaum muslimin di seluruh dunia dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tanpa Islam mustahil genosida terhadap kaum muslimin berakhir, maka wajib bagi kaum muslimin memperjuangkan Islam kembali tegak, agar nyawa tak melayang sia-sia. Wallahu'alam.

Post a Comment

أحدث أقدم