Oleh. Rosmita
Aktivis Dakwah dan Member AMK
Besar pasak daripada tiang.
Artinya lebih besar pengeluaran dari pada penghasilan. Inilah yang dialami oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Di tengah situasi pandemi yang tak kunjung usai membuat kondisi ekonomi rakyat kian terpuruk. Mencari nafkah sulit, sedangkan harga-harga sejumlah kebutuhan pokok terus melejit, membuat rakyat makin menjerit.
Menjelang Bulan Suci Ramadhan, harga komoditas pangan mengalami kenaikan. Kenaikan terjadi mulai dari harga minyak goreng, kedelai impor, daging sapi, daging ayam, telur, tepung terigu, cabai merah, cabai rawit merah, bawang putih, dan lain-lain.
Menurut Suprihatin (48), seorang pedagang di Pasar Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara, kenaikan harga kebutuhan pokok tahun ini adalah yang paling parah. Pasalnya, pada tahun ini hampir seluruh bahan kebutuhan pokok mengalami kenaikan. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya hanya beberapa bahan kebutuhan pokok saja. (Kompas.com, 26/3/2022)
Kondisi ini tentu saja membuat hidup rakyat terasa makin sulit. Hal ini dirasakan bukan hanya oleh ibu rumah tangga saja, tetapi juga oleh para pedagang dan pengusaha kuliner menengah ke bawah. Harga-harga terus meningkat sementara penghasilan tidak bertambah menyebabkan daya beli masyarakat menurun.
Kenaikan harga kebutuhan pokok pada momen-momen tertentu seperti menjelang Ramadhan dan Idul fitri. Bagai lagu lama yang terus berulang dari tahun ke tahun tanpa ada solusi tuntas untuk menyelesaikan persoalan ini. Berkali-kali ganti pemimpin, namun tetap tidak bisa menstabilkan harga pangan. Solusi yang diberikan pun seolah candaan yang sama sekali tidak menyelesaikan permasalahan. Seperti cabai mahal, disuruh tanam sendiri. Daging sapi mahal, disuruh makan keong sawah. Beras mahal, disuruh diet.
Kalaupun ada usaha yang mereka lakukan untuk menstabilkan harga hanya sekedar sidak ke pasar-pasar. Hal ini tidak bisa menyelesaikan persoalan secara tuntas sampai ke akarnya.
Begitu juga dengan solusi impor untuk menjaga ketersediaan barang, bukan jaminan harga stabil. Karena faktanya begitu dolar naik, harga pangan impor pun ikut naik. Impor justru membuat negara ketergantungan dan gagal swasembada pangan.
Penyebab Mahalnya Harga Pangan
Kapitalisme adalah akar masalah munculnya berbagai kesengsaraan. Pemilihan pemimpin dalam sistem ini berbiaya tinggi, sehingga pemimpin yang terpilih hanya memikirkan cara agar mereka bisa balik modal dan mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Inilah yang menyebabkan lahirnya kebijakan yang menyengsarakan rakyat. Bahkan sektor-sektor kebutuhan publik termasuk sektor pangan dikapitalisasi.
Mekanisme pasar juga menjadi sebab tidak stabilnya harga pangan. Rakyat dipaksa terbiasa dengan inflasi harga dan importasi bahan pangan. Padahal seharusnya, mekanisme pasar ada dalam kendali negara.
Selain itu, adanya mafia impor dan perjanjian dagang dengan World Trade Organization (WTO) menyebabkan keran impor sulit untuk disumbat. Kebijakan yang lahir pun selalu disetir oleh asing, sehingga negara tidak mandiri dan kehilangan kedaulatan. Maka tidak heran bila harga pangan terus meningkat tajam.
Solusi Kenaikan Harga Pangan
Islam adalah sistem hidup yang sempurna dan paripurna. Islam mengatur seluruh aspek kehidupan dari mulai bangun tidur sampai bangun negara. Sedangkan kekuasaan dalam Islam adalah untuk mengurus urusan umat. Pemilihan pemimpin dilakukan dengan cara baiat dan pemimpin yang terpilih adalah orang yang memenuhi syarat-syarat sebagai pemimpin. Sehingga bisa dipastikan bahwa pemimpin yang terpilih adalah orang yang amanah dalam meriayah rakyatnya.
Pemimpin dalam Islam harus memastikan negara mandiri dan berdaulat termasuk dalam hal pangan. Negara akan mengoptimalkan produksi pangan baik dalam hal pertanian maupun perindustrian. Sehingga kebutuhan rakyat akan pangan tercukupi. Bahkan negara tidak akan melakukan ekspor apabila di dalam negeri masih belum terpenuhi kebutuhannya.
Pendistribusian pun dilakukan secara merata agar tidak ada daerah yang mengalami kelangkaan barang. Selain itu, negara berkuasa penuh dalam menstabilkan harga pangan, sehingga tidak ada inflasi harga di momen-momen tertentu. Negara juga memberi sanksi tegas bagi pengusaha yang melakukan kecurangan, seperti menimbun barang dan sebagainya. Maka satu-satunya solusi untuk menstabilkan harga pangan adalah dengan cara menerapkan sistem Islam sebagai pengatur kehidupan. Apabila syariat Islam diterapkan secara keseluruhan, maka keberkahan akan Allah limpahkan.
Wallahu'alam bissawab.
إرسال تعليق