Oleh. Sumiyati
Guru, Pemerhati Generasi


Tahun 2022 telah berlalu. Berbagai macam problem yang telah dilalui oleh siapa pun. Baik problem individu, keluarga, lingkungan, masyarakat, negara bahkan dunia. Banyak problem yang terjadi di dunia ini yang terus berulang dan belum usai bahkan tidak ada solusi atas problem yang terjadi dan seketika para penguasa di dunia ini apakah lupa? atau pura-pura lupa? atau ada mata tapi tak mampu melihat? atau ada telinga tapi tak mampu mendengar? Seakan-akan setiap problemnya tidak ada. Dan ini sangat menyedihkan.

Baru-baru ini, tepatnya pada tanggal 25 dan 26 Desember 2022 kembali terjadi lagi gelombang pengungsian Rohingya terdampar di Aceh tepatnya di pesisir desa Ladong, kecamatan Masjid Raya, kabupaten Aceh Besar dan pantai Gampong, Pidie, Aceh. Dan ini adalah bukan kali pertama tapi sudah beberapa kali. Pengungsi Rohingya ini sebelum sampai di Aceh ternyata mereka datang dari Bangladesh yaitu tempat mengungsinya mereka sebelumnya. 

Perjalanan yang sangat lama melewati lautan dengan kondisi kapal yang rusak mesinnya, dan dalam perjalanan selama 10 hari mereka tidak makan karena kekurangan persediaan makanan dan bahkan dalam perjalanan tersebut ada 27 orang yang meninggal dunia di kapal tersebut. (BBCNEWS INDONESIA, 28/12/2022)

Kabar tentang Rohignya bukan kali pertama didengar dan dilihat tapi ini yang kesekian kali. sangat menyedihkan mendengar dan melihat di berita. Tapi hal yang serupa masih saja terjadi. Kehadiran pengugsi Rohingya pun ada penolakan dari warga Aceh dan merasa terganggu dengan hadiran mereka karena ketidaknyaman. 

Perwakilan UNHCR di Indonesia menekankan bahwa pengungsi juga memiliki hak asasi manusia dan selayaknya bisa saling menolong.  Indonesia sesungguhnya tidak memiliki kewajiban untuk menerima pengungsi yang masuk karena sampai saat ini belum meratifikasi Convention Relating to the Status of Refugees (Konvensi 1951) dan Protocol Relating to the Status of Refugees (Protokol 1967).

Anehnya dengan probem yang sangat mencengkamkan ini PBB seperti terdiam. Tidak ada gerakan mendorong atau kerja sama untuk membantu Rohingya. Bahkan PBB tidak menekan negara Asal para pengungsi Rohingya yaitu Myanmar untuk menyelesaikan konflik yang terjadi hingga membuat muslim Rohingnya berjalan, berlayar melewati segala tantangan untuk mendapatkan tempat perlindungan atas mereka. Mereka adalah orang-orang yang terusir dari negara mereka. 

Dunia menutup mata melihat keadaan mereka yang hingga saat ini belum ada solusi yang terbaik untuk mereka. Apalagi adanya solusi pragmatis yang ditawarkan kepada mereka dengan menampung para pengungsi Rohingya. Tindakan seperti ini menunjukan kalau solusi atas permasalahan Rohingya tidak akan terselesaikan dengan tuntas bahkan bisa akan terulang dengan permasalahan yang sama dan para pengungsinya akan terlunta-lunta. 
Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) tidak mampu memberikan solusi yang terbaik. 

Solusi atas segala permasalahan yang ada saat ini dan yang dihadapi oleng pengungsi Rohingya tidak lain dan tidak bukan adalah Islam Kaffah yaitu Islam yang menerapkan aturan syariah secara totalitas. Mereka butuh penerapkan Islam kaffah yang akan melindungi dan membela mereka yang diusir dari tanah airnya sendiri. 

Dengan penerapan Islam Kaffah maka kaum muslim akan dijamin terjaga harkat dan martabatnya. Akan dijamin keamanan, akan dijamin kesehatan, pendidikan dan keamanan. Islam akan bangkit dengan janji Allah SWT dan bisyarah Rasulullah SAW. Dan untuk menggapai semuanya butuh uluran tangan butuh kerja sama dan berjuang bersama untuk bangkitnya Islam. 
Wallahualam bissawab. 

Post a Comment

أحدث أقدم