Oleh Nur Hasanah, S.Kom
Aktivis Dakwah Islam
Tiga bulan lebih, perang antara Zionis Israel dengan Palestina berlangsung. Sampai saat ini perang tersebut masih belum ada tanda-tanda akan berakhir. Meskipun banyak diberitakan bahwa Zionis Israel sudah mengalami banyak kerugian akibat perang ini, namun serangan masih tetap dilakukan. Hal ini dikarenakan Zionis Israel masih memiliki kekuatan untuk melakukan serangan.
Kekuatannya bukan hanya dari dalam negaranya tetapi juga dari bantuan negara-negara yang mendukungnya, seperti Amerika, Inggris, Perancis dan lainnya. Dukungannya berupa persenjataan, kapal perang dan minyak sebagai bahan bakar senjata perang. Karena mendapat dukungan dari banyak negara, Zionis Israel merasa besar kepala. Dia tidak peduli dengan kecaman-kecaman dari dunia.
Secara fakta, penguasa Amerika dan Inggris memang berpihak kepada Zionis Israel.
Namun rakyat mereka banyak yang tidak mendukungnya. Mereka banyak melakukan aksi demo karena merasa berempati kepada nasib rakyat Palestina. Rakyat sipil Palestina menjadi korban serangan tentara Zionis Israel. Wanita, anak-anak menjadi korban terbanyak.
Aksi serangan, banyak disaksikan melalui media sosial, sehingga kesedihannya bisa dirasakan oleh penduduk dunia. Bukan hanya penduduk negara-negara muslim saja, tetapi penduduk negara-negara yang bukan beragama Islam. Mereka menyampaikan rasa simpatinya dengan berbagai cara. Diantaranya, share video keadaan yang terjadi di Palestina, boikot produk yang turut menyumbang ke Zionis Israel dan yang terbaru, warget Indonesia melakukan gerakan julid fiisabilillah ke akun media sosial para tentara dan propagandis Zionis Israel.
Gerakan julid fiisabilillah sangat memberikan efek besar kepada mental para tentara Zionis Israel dan propagandisnya. Mereka banyak yang frustrasi sehingga melemahkan semangat para tentara dan propagandis Zionis Israel.
Julid fiisabilillah menjadi viral, sebagai bentuk perlawanaan warganet Indonesia yang diikuti oleh warganet Malaysia dan Turki. (kumparan.com 4/12/2023)
Kemana Penguasa Negeri-negeri Muslim?
Zionis Isreal sedang tidak berperang dengan tentara di Palestina. Mereka sedang perang dengan rakyat sipil yang lemah dan tidak memiliki senjata. Wajar bila banyak korban warga sipil yang meninggal dunia. Kekuatan tentara dengan persenjataan canggih tentu tidak sebanding dengan kekuatan rakyat sipil.
Meskipun melawan rakyat sipil, Zionis Israel melakukan serangannya dengan melemparkan bom-bom yang berkekuatan besar dari atas, dengan pesawat perang. Sekali lempar bom, banyak bangunan-bangunan tinggi hancur dan rakyat sipil berjatuhan menjadi korban. Rakyat tidak berdaya, tentu tidak mampu melawannya. Butuh kekuatan yang sebanding untuk melawan serangan Zionis Israel. Palestina membutuhkan tentara dengan persenjataan yang sebanding dengan lawannya.
Sebenarnya, jumlah tentara Zionis Israel hanya sedikit. Tetapi karena memiliki dukungan kuat dari negara adidaya Amerika, Zionis Isreal terlihat seolah memiliki kekuatan besar. Padahal andai saja negeri-negeri muslim bersatu untuk membantu Palestina, tentu tidak akan banyak korban rakyat Palestina yang meninggal dunia. Andai saja negeri-negeri muslim bersatu dan mengirimkan tentara-tentaranya, untuk turut berperang melawan Zionis Israel, Zionis Israel akan kalah dan Palestina bisa merdeka.
Sayangnya penguasa negeri-negeri muslim seolah tidak memiliki kekuatan. Mereka hanya sekedar melakukan kecaman agar terkesan tidak membela Zionis Israel. Padahal dunia juga menyaksikan. Para penguasa muslim masih berhubungan mesra dengan Zionis Israel. Mereka melakukan kerjasama hubungan jual beli barang-barang dan minyak sebagai bahan bakar senjata perang. Alih-alih melakukan pembelaan kepada Palestina. Penguasa negeri-negeri muslim, malah mendukung Zionis Israel untuk melakukan genosida di Palestina.
Nasionalisme, Sekat Khayal Yang Menyengsarakan
Walaupun Palestina dikelilingi oleh negeri-negeri muslim, Palestina seolah berjuang sendiri melawan penjajahan Zionis Israel. Kekayaan negeri-negeri muslim sekitar, tidak memberikan manfaat untuk membantu saudaranya yang di genosida. Hal ini terjadi karena adanya sekat nasionalisme.
Nasionalisme adalah paham mencintai bangsanya sendiri melebihi bangsa lainnya. Sekat nasionalisme menjadikan ketidakpedulian terhadap keadaan yang terjadi di luar negaranya. Walaupun negara tetangganya sedang dijajah, mereka menganggap itu bukan urusannya. Mereka tidak memiliki kekuasaan untuk sekedar membelanya, walaupun sesama muslim. Mereka terpenjara dengan aturan-aturan dari pemilik paham nasionalisme, yaitu Amerika.
Para penguasa negeri-negeri muslim seharusnya mentaati hadis yang menyatakan bahwa sesama muslim adalah saudara. Sebagai saudara, membela saudaranya yang sedang diperangi adalah wajib hukumnya.
Dalam Islam, ikatan agama adalah ikatan yang sangat kuat. Bahkan ikatannya lebih kuat dari ikatan saudara sedarah. Namun, ketika Islam tidak dijadikan aturan dalam bernegara, maka ikatan agama tidak menjadi yang utama. Aturan Islam dicampakkan. Mereka tidak takut terhadap azab Allah yang mengancamnya.
Banyak yang bisa dilakukan oleh para penguasa muslim yang ada di sekitar Palestina untuk membantu Palestina merdeka. Tetapi ide nasionalisme telah mendarah daging dan terus dipelihara, sehingga kekuatan negeri-negeri muslim tidak dapat memancarkan cahaya.
Sebagai contoh, Mesir yang berbatasan dengan Palestina. Mesir memiliki pintu untuk distribusi keluar masuk bantuan dari luar menuju Palestina. Sejatinya Mesir menjadi penolong pertama rakyat Palestina dari kelaparan dan ancaman nyawa. Tetapi karena adanya sekat nasionalisme, Mesir tidak berdaya membantu Palestina. Palestina merasakan kesengsaraan yang panjang.
Padahal sekat nasionalisme itu tidak nyata. Sekat nasionlisme adalah sekat khayal yang menyengsarakan. Sayangnya sekat nasionalisme tetap tergaja dan dipelihara karena lemahnya pemikiran umat Islam dari agamanya. Para penguasa negeri-negeri muslim seharusnya mentaati hadis yang menyatakan bahwa sesama muslim adalah saudara. Sebagai saudara, membela saudaranya yang sedang diperangi adalah wajib hukumnya.
Waalahuallam bisawab. []
إرسال تعليق