Oleh: Ninik Suhardani
(Pegiat Kajian Muslimah Sindoro dan Member AMK) 


"Iki jamane jaman edan, yen ra edan ora keduman. Bejo-bejone wong kang iling lan waspodho. (Sekarang jamannya jaman edan, jika tidak edan tidak dapat apa-apa. Sungguh beruntung orang yang selalu ingat dan waspada)." Ki Ronggowarsito 

Ungkapan berbahasa Jawa di atas sepertinya cocok jika disematkan untuk film "The Santri" yang akan rilis secara serentak di bioskop pada bulan 22 Oktober mendatang yang bertepatan dengan hari santri. 

Seperti yang dilansir dari cnnindonesia.com, "The Santri" besutan Livi Zheng yang di inisiasi oleh PBNU, direncanakan akan tayang di bulan Oktober mendatang bertepatan dengan peringatan Hari Santri. (Senin, 16/09/2019). Film ini dibintangi pendatang baru, seperti Azmi Iskandar, Wirda Mansyur (hafidzah dan entrepreneur muda, putri Ustadz pesohor UYM), dan Veve Zulfikar. 

Di dalam trailernya film "The Santri", ini mengisahkan kehidupan sebuah pesantren yang sedang mempersiapkan acara besar dalam rangka peringatan Hari Santri. Puncak acara tersebut akan di umumkan 6 santriwan dan santriwati terbaik yang akan di berangkatkan dan bekerja ke Amerika Serikat. Why, mengapa harus ke Amerika Serikat? tidak ke Malaysia, Arab Saudi yang notabene negeri-negeri Islam. Ada apa di balik ini semua? 

Hal ini sejalan dengan pernyataan Livi sang sutera dara bahwa film terbarunya "The Santri" akan di pasarkan ke Amerika Serikat. Menurutnya di Amerika Serikat akan lebih mudah menembus pasar. Sebelumnya Livi Zheng mengungkapkan bahwa ia mempromosikan eksotisme Bali di Amerika Serikat melalui filmnya Beats of Paradise. (poskotanews.com, 15/08/2019)

Jika kita telusuri siapa sebenarnya sang sutera dara? Dia Livi Zheng adalah seorang non muslim (jelas dia tidak tahu-menahu tentang dunia pesantren apalagi tentang Islam) sutera dara asal Indonesia yang mendapatkan penghargaan "Culture Ambassador" di Amerika Serikat. Secara otomatis semua film hasil besutannya, tidak terkecuali "The Santri" akan senantiasa menjadikan Amerika Serikat sebagai barometernya. Sementara yang menjadi narasumber film tersebut adalah Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj, tokoh Islam Liberal yang sering membuat pernyataan kontroversial. Menurutnya film "The Santri" adalah drama action yang sarat dengan nilai-nilai Islam yang santun, ramah, toleransi, plural, jauh dari kata radikal, apalagi Islam Teror. 

Film "The Santri" yang seyogyanya akan tayang 22 Oktober mendatang, sepertinya gagal tayang dikarenakan menuai pemboikotan dari banyak kalangan. Bukan tanpa alasan mereka melakukan pemboikotan, pasalnya film "The Santri" yang terlihat dari trailernya, sama sekali tidak menggambarkan kehidupan pesantren dengan nilai-nilai keislamannya. Justru menampakkan gambaran yang jauh dari nilai-nilai keislaman, santrinya pun tidak kalah gaul dengan gaya anak jaman now. Hal ini memang tidak aneh jika kita lihat siapa di balik layar "The Santri" tersebut. 

Ketika Amerika dijadikan sebagai barometer oleh sang sutera dara, secara otomatis film tersebut sarat akan nilai-nilai serta pemikiran yang dimiliki sang barometer. Tidak mengherankan jika Sipilis, Islam moderat tampak nyata dalam film tersebut. Film ini jelas dapat merusak generasi muda muslim, serta sarat agenda kaum kafir dan munafik di dalamnya untuk merusak umat.

Hal di atas bukanlah isapan jempol belaka, pertama pluralisme dan sinkretisme membahayakan akidah. Dalam trailernya ada adegan dimana seorang santriwati yang diperankan oleh Wirda Mansyur masuk ke dalam gereja dengan membawa tumpeng. Entah dalam acara apa itu, jelas tergambar di sini adanya pluralisme dan sinkretisme pengakuan terhadap semua agama itu benar, ini sangat membahayakan aqidah. Di dalam surat  al Kafirun, Allah dengan tegas menjelaskan bagi orang-orang kafir: "Untukmu Agamamu Dan Untukku Agamaku", artinya sebagai seorang muslim tidak mencampuri urusan agama lain apalagi sampai masuk gereja dalam acara perayaan kafir.

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi Saw. bersabda:
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.”(HR. Ahmad  dan Abu Daud)

“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami (tasyabuh bil Kufar)." (HR. Tirmidzi)

Kedua, ikhtilat dan khalwat yang membahayakan moral. Dalam trailernya terdapat adegan ikhtilat, campur baur laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, disertai interaksi yang tidak penting. Selain itu juga ada adegan khalwat, yaitu berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini adalah perbuatan yang merusak moral sekaligus merusak citra santri dan juga pesantren. Kehidupan para santri sebuah pesantren antara laki-laki dan perempuan selalu terpisah, ketika terpaksa harus berpapasan mereka akan langsung menundukkan pandangannya. Akan tetapi dalam film ini ada adegan ikhtilat yang jelas diharamkan oleh Allah Swt. Kehidupan laki-laki dan perempuan harus terpisah secara sempurna sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw, adanya pemisahan saf laki-laki dan perempuan pada saat shalat. Selain itu Rasulullah Saw. juga mencontohkan tempat duduk laki-laki dan perempuan pada saat menuntut ilmu harus terpisah. 

Allah Swt. juga memerintahkan kepada laki-laki dan perempuan untuk selalu menundukkan pandangan. Allah berfirman:
"Katakanlah kepada kaum pria Mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka." (QS an Nur: 30)

Ayat di atas mengandung perintah untuk menundukkan pandangan terhadap hal-hal yang diharamkan serta membatasi terhadap hal yang boleh untuk di lihat. Hal ini berbeda jauh dengan apa yang ada di dalam trailer film "The Santri" tersebut, Mereka dengan santainya saling melirikkan mata, ini benar-benar jauh dari nilai-nilai Islam. 

Sementara khalwat termasuk perbuatan yang mendekati zina dan diharamkan Allah Swt. 
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS Al-Isra': 32)

Di samping itu ada sebuah hadis Rasulullah Saw. ibn 'Abbas menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. berkhutbah:
"Janganlah sekali-kali seorang pria berkhalwat dengan seorang wanita, kecuali jika wanita tersebut disertai seorang mahram..."

Ketiga, berkiblat ke Amerika Serikat. Ini suatu hal yang sangat aneh menjadikan Amerika sebagai kiblatnya para santri. Dalam film "The Santri", di berangkatkannya dan bekerja 6 santriwan dan santriwati terbaik ke Amerika 
Tentu ini sangat aneh mengingat Amerika adalah salah satu negara yang memusuhi Islam. Bahkan Amerika lah yang pertama kali mempropagandakan Islam agama teroris dengan merekayasa tragedi 911. Sejak saat itulah muncul istilah Teroris dan Radikalisme. Bahkan melalui RAND Corporations sebagai lembaga think dan thanknya, Amerika telah membuat sematan Islam moderat yang digunakan sebagai alat untuk menghancurkan Islam dari dalam tubuh kaum muslimin itu sendiri. 

Film "The Santri" telah memberikan citra buruk bagi santri juga pesantren. Bahkan lebih dari itu meskipun berbalut image santri, pesantren, dan Islam. Akan tetapi film ini justru memiliki pesan yang dapat merusak aqidah dan moral. Film ini pun tidak lepas dari upaya pencucian otak kaum muda tentang ide pluralisme dan sinkretisme dengan menyamaratakan dan menganggap semua agama itu benar. Padahal agama yang benar hanyalah Islam, sehingga yang lain pasti salah. Selain itu sarat dengan pesan politik yang mendukung Amerika Serikat dalam mempropagandakan isu terorisme dan radikalisme  sebagai upaya mencegah kebangkitan Islam.

Dari sini terlihat nyata bahwa kaum liberalis telah masuk pada ranah inti ajaran Islam, yakni pluralisme dan sinkretisme. Sementara yang menjadi sasaran adalah generasi muda milineal yang hafal al Quran. Karenanya kita harus senantiasa membentengi generasi muda milineal  dengan pembinaan Islam Kaffah secara intensif, sehingga akan terbentuk aqliyah (pola pikir) Islam dan nafsiyah (pola sikap) Islam. Dengan aqliyah Islam akan terbentuk pada dirinya, bahwa setiap aktivitas berfikirnya akan senantiasa berpijak pada Islam dan sumber-sumbernya (al Quran, as Sunah, ijma' sahabat, dan qiyas), tidak lagi berdasarkan asas manfaat. 

Sementara dengan nafsiyah islamnya, bahwa setiap perbuatannya akan senantiasa tunduk kepada syariat Islam, tidak berdasarkan hawa nafsu atau mengikuti fakta semata. Selain itu kita harus senantiasa berupaya dengan sekuat tenaga agar Islam kaffah terterapkan di muka bumi ini. Hanya dengan penerapan Islam Kaffah dan tegaknya Daulah Khilafah Islamiyahlah, ketakwaan serta akidah setiap individu akan terjaga dari pemikiran asing atau kufur. Wallahu ‘alam Bi-ashawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama