Oleh : Khaulah al-Azwar al-Islamiyah
Member AMK, Mahasiswi


Dunia saat ini sedang digemparkan oleh virus Corona yang mematikan, membuat resah dan gelisah banyak orang.

Dilansir dari jpnn.com (15/2/2020), Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok mengonfirmasi 2.641 kasus baru virus corona dan 143 kematian pada Jumat (14/2). Selain itu, 2.277 kasus dugaan baru juga dilaporkan.

Secara keseluruhan, kasus terkonfirmasi di Tiongkok telah mencapai 66.492 dan total 1.523 kematian akibat virus tersebut.

Komisi Kesehatan Nasional menambahkan bahwa 11.053 pasien masih dalam kondisi kritis.

Kemarin, kondisi 849 pasien semakin buruk, sementara 1.373 orang diizinkan pulang dari rumah sakit setelah dinyatakan sembuh.Total 8.096 orang telah diizinkan meninggalkan rumah sakit setelah dinyatakan sembuh.

Lebih lanjut, pihak komisi mengatakan 513.183 kontak langsung dengan pasien yang terinfeksi telah ditelusuri. Dari jumlah tersebut, 30.081 telah dihapus dari daftar observasi medis dengan 169.039 lainnya masih dalam pengawasan medis. (ant/dil/jpnn)

Penyebaran wabah ini telah menjangkau sebanyak 25 negara : di mulai dengan negara tetangga  Cina yaitu Jepang, Kamboja, Korea Selatan, Filipina, Vietnam, Thailand, Russia, Singapura, India, Malaysia, dan mungkin masih ada lagi negara yang belum disebutkan tetapi diyakini virus ini telah menyebarkan di banyak negara di dunia.

Di Indonesia sendiri, Pemerintah lamban dalam menangani isu Corona. Seperti yang disampaikan oleh Anggota Komisi I DPR, Fadli Zon, ia mengkritisi sikap pemerintah cendurung lamban dalam menyusun kebijakan mengantisipasi penyebaran wabah virus Corona.

"Hingga hari ini (Rabu, 29/1) misalnya, belum ada satupun kebijakan yang bersifat menentukan terkait persiapan tersebut. Padahal, sudah ada enam negara tetangga kita sudah terpapar kasus Corona, yaitu Thailand, Vietnam, Kamboja, Malaysia, Singapura, dan Australia", ujar Fadli dalam keterangannya. (republik.co.id)

Beberapa gejala ditimbulkan oleh virus Corona antara lain : seperti suhu tubuh tinggi, sulit bernafas, dan batuk kering. Dilansir dari South China Morning Post, penelitian baru pada Virus Corona Wuhan menemukan, virus mungkin hidup pada individu tanpa gejala yang jelas (infeksi asimptomatik). (Buletin Dakwah Kaffah, edisi 127).

Sumber penyebaran virus ini adalah kelelawar, yang merupakan jenis virus Corona baru (2019-nCoV). Penyakit bisa saja berpindah dari hewan ke tubuh manusia. Seperti yang telah dipelajari oleh Peter Daszak, Presiden EcoHealth Alliance, yang telah bekerja selama 15 tahun.

Aneh, dengan penyebaran virus Corona yang semakin meluas tidak membatasi wisatawan mancanegara asal Cina untuk datang ke Indonesia. Di Singapura, seorang WNI positif terjangkit virus Corona. (kompas.com, 4/2/2020)

Anehnya lagi, Wakil Menteri Parekraf Angela Tanoesoedibjo mengatakan, tahun lalu terdapat sebanyak 1,9 juta wisatawan dari Cina. Walau demikian, pihaknya begitu perhitungan dalam proses potensi devisa, apabila wisatawan dari Cina berkurang. Jika devisa menurun, akan berpengaruh pada pendapatan negara. 

Banyak netizen yang meminta agar Pemerintah menolak kedatangan warga Cina. Karena khawatir dengan penularan virus Corona. 

Dalam Islam, ternyata kasus penyebaran wabah penyakit sudah ada sejak zaman Rasulullah saw. Islam selalu unggul dalam mengatasi penularan wabah yang mematikan.

Rasulullah selalu mengajarkan cara menghadapinya. Dalam salah satu riwayat hadis agar menerapkan karantina atau mengisolasi penderitanya.  

Dari Abdurrahman bin Auf, bahwa Rasulullah saw. bersabda :

"Apabila kamu mendengar wabah penyakit di suatu negeri, maka janganlah kamu mendatangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, janganlah kamu keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri darinya." (HR. Muslim, dalam kitab Shahihnya, nomor 4115).

Yang melatarbelakangi hadis ini, karena pada saat itu Umar bin Khaththab hendak menuju Syam. Umar bersama dengan beberapa sahabat pergi ke daerah Syam, ketika itu ada informasi bahwa wabah kolera melanda Syam.

Umar lalu menggelar musyawarah membicarakan apakah perlu melanjutkan perjalanan menuju Syam atau lebih baik kembali ke Madinah. Sebagian sahabat Muhajirin memandang perjalanan ke Syam harus dilanjutkan karena Umar membawa tujuan tertentu.

Tetapi, sebagian sahabat Muhajirin lainnya berpandangan sebaliknya. Mereka justru melarang Umar melanjutkan perjalanan ke Syam dan menyarankannya kembali ke Madinah.

Setelah itu, Umar meminta pendapat dari para sahabat golongan Anshar. Saran yang diberikan sama, sebagian memandang lebih baik melanjutkan perjalanan sementara sebagian lainnya menyarankan kembali.

Belum puas, akhirnya Umar bertanya kepada para sahabat dari kalangan petinggi Quraisy yang berhijrah ketika Fathu Makkah. Jawaban yang didapat, Umar dan rombongan disarankan untuk kembali ke Madinah dan melarang mendatangi daerah yang terserang wabah.

Umar lalu membuat keputusan untuk kembali ke Madinah dan tidak melanjutkan perjalanan ke Syam. Umar pun semakin mantap dalam mengambil keputusan setelah mendapat informasi dari Abdurrahman bin Auf bahwa Rasulullah pernah bersabda untuk tidak mendatangi tempat yang dilanda wabah penyakit.

Meskipun demikian, Pemerintah juga memiliki peran untuk menjaga kesehatan warganya. Terutama saat terjadi wabah penyakit yang menular dan mematikan. Perlindungan yang optimal dari penguasanya, serta tidak boleh abai dengan rakyatnya. 

Sebagaimana Umar bin Khaththab ra. telah mencontohkan penguasa yang seharusnya bertanggung jawab penuh untuk menghadapi persoalan yang diderita oleh rakyatnya. 

Rasulullah saw. bersabda :

"Siapa yang diserahi oleh Allah untuk mengatur urusan kaum Muslim, lalu dia tidak memperdulikan kebutuhan dan kepentingan mereka, maka Allah tidak akan memperdulikan kebutuhan dan kepentingannya pada Hari Kiamat." (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi).

Post a Comment

أحدث أقدم