Oleh : Afra Salsabila Zahra 
 Aktivis Remaja


Suatu masa dalam menjalani kehidupan yang fana ini kita akan dapati bahwa futur senantiasa hadir. Apalagi bagi para pengemban dakwah Islam yang berjuang dengan segala daya dan upaya. 

Pengorbanan yang habis-habisan akan dilakukan oleh para pengemban dakwah. Namun, semakin dalam langkah di jalan dakwah semakin besar kemungkinan futur itu menyapa hati. Kala semua terasa begitu menjemukan. Atau dikala diri begitu jauh dari ketaatan dan keistiqomahan. 

Bagaimana langkah kaki ini mulus tertempu dijalan mendaki? Seiring ujian yang terus menghalangi. Serta amanah dipundak yang selalu mendatangi. Dan rasa berat itu mulai menghampiri.

Ingin meninggalkan karena beratnya jalan dakwah. Namun, akhirat selalu membayangi keputusan. Saat kebahagiaan dalam dakwah harus berganti rasa hampa yang menyakitkan. Kemanakah rasa menggebu yang dulu tersemai? Saat langkah awal dakwah mulai terjalani. 

Futur artinya rasa malas dan lemah setelah sebelumnya ada masa rajin dan semangat. Dalam kamus Lisanul ‘Arab futur didefinisikan, “diam setelah intensitas tinggi, yaitu setelah melakukan dengan usaha keras.”

Dari Ja’dah bin Hubairah, ia berkata bahwa disebutkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai bekas budak milik Bani ‘Abdul Muthollib, ia shalat (malam) namun tidak tidur. Ia puasa setiap hari, tidak ada waktu kosong untuk tidak puasa. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku sendiri shalat (malam) namun aku tetap tidur. Aku puasa, namun lain waktu aku tidak berpuasa. Ingatlah, setiap amal itu pasti ada masa semangatnya. Dan setiap masa semangat itu pasti ada masa futur (malasnya). Barangsiapa yang kemalasannya masih dalam sunnah (petunjuk) Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, maka dia berada dalam petunjuk. Namun barangsiapa yang keluar dari petunjuk tersebut, sungguh dia telah menyimpang.” (HR. Thabrani dalam Al Mu’jam Al Kabir 2: 284. Ja’dah bin Hubairah dalam riwayat ini diperselisihkan apakah ia seorang sahabat. Riwayat ini mursal sebagaimana ta’liq atau komentar Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam musnad Imam Ahmad 5: 409)

Kelemahan ini adalah sesuatu yang akan menjadi salah satu penghalang dakwah diantara pengahalang lainnya. Saat futur beberapa hal harus dilakukan.

1. Introspeksi diri. Renungi apa yang membuat kita futur dan lemah dalam menjalankan dakwah. Ingat masa perjuangan ketika dakwah baru dimulai.

2. Perkuat pertemanan. Menjalin hubungan sesama pengemban dakwah akan membuat kita merasa kuat. Bahwa kesulitan yang kita dapati tidah hanya dirasakan sendiri namun oranglain juga.

3. Banyaklah mengingat mati. Dengan hal ini kita akan kembali diingatkan bahwa kehidupan dunia hanya sekejap mata dan kehidupan akhirat abadi. Bahwa dengan mengingat mati mampu menghancurkan kenikmatan dunia. 

4. Seringlah Berdo'a. 
Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

 “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang beribadah kepada Tuhan mereka di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini.” (QS. Al Kahfi: 28)

"Ya Tuhan kami, janganlah engkau jadikan hati kami condong pada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau lah Maha Pemberi Karunia." (Qs. Ali Imran : 8)

"Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah kalbuku atas agama-Mu." (HR. Tirmidzi)


Untukmu yang kini tengah dilanda futur. Bangkitlah dan teruslah berlari! Selepas kesulitan di jalan dakwah akan engkau dapati kebahagiaan yang hakiki.

Wallahu a'lam.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama