Oleh : Sri Sumiyatun 
Pelajar


Kebijakan pemerintah baru-baru ini membuat publik geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, pemerintah memerintahkan agar seluruh materi ujian di madrasah yang mengandung konten khilafah dan perang atau jihad untuk ditarik dan diganti.  Hal ini sesuai ketentuan regulasi penilaian yang diatur pada SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor 3751, Nomor 5162 dan Nomor 5161 Tahun 2018 tentang Juknis Penilaian Hasil Belajar pada MA, MTs, dan MI.

Dikutip dari Republika.co.id., "Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Umar mengatakan bahwa setiap materi ajaran yang berbau tidak mengedepankan kedamaian, keutuhan dan toleransi juga dihilangkan. Karena menurutnya kita mengedepankan pada Islam wasathiyah".

Umar menambahkan bahwa Rasulullah Saw mengajarkan semangat perjuangan tapi untuk konteks sekarang ini tidak lagi dalam bentuk perang. Walaupun dalam sejarah kebudayaan Islam akan tetap dibahas tentang perang. Namun, tidak  dominan agar terkesan bahwa Rasulullah Saw tidak hanya berperang.

Yang akan banyak dibahas adalah aspek kehidupan Rasulullah Saw yang menjaga perdamaian dan sangat toleran. Dalam hal ini, yang paling utama Kemenag ingin mengajarkan Islam wasathiyah yaitu Islam yang berorientasi pada penguatan karakter, ideologi pancasila, dan anti korupsi. Pemerintah tidak ingin mengajarkan untuk membangun khilafah yang jelas ditolak di Indonesia. Bahwa khilafah tidak relevan lagi dengan Indonesia.

Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi telah menghapus konten radikal di 155 buku pelajaran agama Islam dan Moderasi beragama harus di bangun dari sekolah.  Untuk menjalankan program moderasi beragama, pihak Kemenag melakukan pembangunan rumah moderasi di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKN).

Penghapusan materi berkonten khilafah dan perang pada buku ajar jelas merupakan penyesatan sistematis yang dilakukan oleh pemerintah untuk membentuk kurikulum sekuler yang anti Islam.  Karena ajaran Islam yang berpotensi mengganggu kepentingan rezim dihapus. Hal ini membuat para pelajar muslim tidak tahu bagaimana sejarah kegemilangan peradaban Islam terutama bagaimana keberhasilan penerapan sistem Islam.

Dengan begitu kurikulum yang menjadi rujukan anak umat  memperjuangkan sistem Islam diganti dengan kurikulum yang justru mendorong mereka mengganti sistem Islam dengan sistem buatan manusia.

Rezim takut jika umat Islam memiliki pemahaman Islam dan berusaha menegakkan Islam terutama di Indonesia. Sehingga apabila Islam tegak akan mengancam terpenuhinya kepentingan rezim zalim. Dari situ rezim mulai melakukan berbagai upaya menjauhkan Islam dari umatnya.

Alih-alih mendakwakan Islam Kafah, penguasa malah mempromosikan Islam wasathiyah yang dikemas dengan menjunjung tinggi toleransi, menguatkan karakter, dan ideologi Pancasila. Padahal, Islam wasathiyah adalah Islam yang berdasarkan kebudayaan bukan akidah. Dalam ajaran Islam akidah memiliki peranan utama dan paling penting, sehingga tidak dapat dipisahkan antara Islam dan akidah.

Mereka berkilah Islam wasathiyah dapat mendukung dan menguatkan pancasila. Padahal Islam yang telah Allah wahyukan pada Rasulullah Saw. memiliki aturan yang sempurna. Sejatinya Islam tidak hanya mengajarkan hubungan manusia dengan Allah Swt., tapi juga manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Islam mengatur kehidupan manusia sejak mau tidur hingga bangun tidur. Aturan Islam mencakup pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan. 

Sistem Islam telah terbukti keberhasilannya selama tiga belas abad lamanya, apalagi dalam bidang pendidikan. Islam mampu mencetak peradaban yang cemerlang. Dari sini terlihat bahwa Islam wasathiyah hanya menjadi kedok rezim untuk mengaburkan pemahaman umat dari ajaran dan sejarah Islam.                                                                                                          Ajaran Islam sejatinya tidak dapat dipisahkan dari sejarah kekhilafahan. Peperangan atau jihad, adalah bagian dari Islam. Hanya dengan tegaknya kekhilafahan-lah aturan Islam dapat diterapkan secara sempurna. Dengan jihad pulalah dakwah Islam semakin luas dan keadilan bagi seluruh makhluk dapat terwujud.

Kebijakan pemerintah tentang moderasi Islam adalah bentuk jalan tengah yang diambil untuk mempertahankan kekuasaan. Padahal dalam Islam tidak ada pengambil jalan tengah seperti sistem kapitalisme yang memisahkan antara negara dan kehidupan sebagai jalan tengah. 

Sudah jelas bagaimana rusaknya sistem kapitalis yang diadopsi bangsa ini, dimana para pemegang kekuasaan dengan seenaknya membuat kebijakan demi kepentingannya sendiri, bahkan melakukan hal sedemikian rupa untuk mempertahankan tahta dan jabatannya.

Sangat berbeda dalam Islam, dimana khalifah sekalipun tidak memiliki kekuasaan mengganti aturan Islam dengan aturan buatan manusia apalagi demi kepentingan pribadi. Khalifah tidak diberikan gaji, tapi kehidupan dan keluarganya dijamin oleh negara. Sehingga para pemegang kekuasaan benar-benar menjalankan kewajibannya karena keimanannya kepada Allah.

Dalam Islam metode pembelajaran memiliki tujuan yang jelas dan siswanyapun akan diajarkan agar dapat merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai hamba Allah.

Pada dasarnya, pendidikan dalam Islam bertujuan membentuk pribadi yang beriman dan bertakwa. Sebagaimana ajaran Rasulullah yang juga telah tertulis dalam sejarah. Dan dalam membentuk kepribadian yang bertakwa, sistem Islam mendukung dan menerapkan pembelajaran Islam secara kaffah.

Begitulah bagaimana Islam mengatur pendidikan, sehingga tidak hanya menjadi umat yang pandai dan dapat menciptakan berbagai karya. Namun, juga menjadi hamba yang bertakwa. Sehingga sejarah sangatlah penting untuk dipelajari sebagai contoh bagi kehidupan saat ini.

Telah terbukti dalam catatan sejarah yang telah diakui bangsa barat. Bahwa selama masa kekhilafahan banyak ilmuwan yang lahir seperti Ibnu Al-Haitsami seorang penemu teori optik, Abu Qasim Al-Zahrawi pencipta alat bedah, Abbas Ibnu Firnas penemu pesawat terbang dan seorang ilmuan polymath dan masih banyak lagi.

Kemampuan sistem Islam dalam mengurusi pendidikan rakyatnya sudah jelas telah terbukti. Hanya Islamlah solusi bagi segala kezaliman di dunia ini. 
Wallahu a'lam.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama