Oleh : Rosmita


Menjalani ibadah puasa di tengah wabah corona bukanlah hal mudah. Namun kami tetap merasa gembira. Meski Ramadhan kali ini terasa berbeda dari Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Ya sejak corona melanda negeri tercinta, dan kami dianjurkan untuk tetap di rumah aja. Maka semua kegiatan dari mulai bekerja, sekolah dan beribadah dilakukan di rumah aja. Tak ada acara shalat tarawih berjama'ah dan buka bersama di masjid seperti biasanya.

Begitu pun dengan ekonomi keluarga kami yang tak lagi sama. Sudah sebulan suamiku di PHK dari perusahaan tempatnya bekerja, tanpa pesangon pula. Selama ini kami hidup dari sisa gaji suami dan bansos. Suamiku sudah kesana-kemari mencari pekerjaan tapi belum juga dapat. Paling sesekali ada tetangga yang minta suamiku mengantar barang ke suatu tempat. Lumayan lah ada uang transport untuk beli bensin dan sisanya untuk menyambung hidup kami. Aku, suamiku dan ketiga buah hati kami. Alhamdulillah anak-anakku qonaah, mau makan apa adanya. Sedangkan anakku yang kecil masih asi jadi aku tidak perlu beli susu formula.

Cuma sedihnya saat anak-anakku merengek minta dibelikan baju baru.

"Bunda kok aku belum dibelikan baju baru?" tanya si sulung.

"Aku juga mau baju baru bunda." si tengah ikut merajuk.

"Maaf ya sayang tahun ini kita ga bisa beli baju baru seperti tahun kemarin. Kalian kan tahu kalau ayah sudah tidak bekerja lagi." aku berusaha memberi pengertian kepada mereka.

"Iya bunda gapapa, aku ngerti kok." meski raut wajahnya terlihat sedih, tapi si sulung berusaha menerima keadaan kami.

"Aqila aja udah beli baju baru bun." anak keduaku rupanya masih ingin dibelikan baju seperti teman sebayanya.

"Kan masih ada baju yang lama sayang, pakai itu aja ya. Lagian kan lagi ada corona jadi kita ga bisa kemana-mana." aku berusaha membujuknya.

"Yaudah deh bunda aku pakai baju yang lama aja kan lagi corona."
Alhamdulillah hatiku lega rasanya, kalian memang anak-anak bunda yang soleh dan solehah. 

*****

Beberapa hari yang lalu ibuku juga menelponku.

"Assalamualaikum. Ran, kok kamu ga pulang kampung?" tanya ibuku.

"Waalaikumsalam. Maaf bu tahun ini aku ga bisa pulang karena lagi ada corona." kataku memberi alasan.

"Kalau gitu transferin saja ya uangnya!" ujar ibuku.

Deg...

Aku bingung harus bilang apa? Ibu memang belum tahu kalau suamiku di PHK. Aku sengaja tidak memberitahunya karena khawatir menyusahkannya. Biasanya saat suami bekerja dan dapat THR aku selalu memberi uang untuk ibuku masak ketupat. Bahkan aku juga membelikannya baju lebaran, sirup dan makanan kalengan. Begitu juga dengan ibu mertuaku, sama tidak aku bedakan. Tapi tahun ini jangankan untuk ngasih orangtua, untukku dan anak-anakku saja tidak ada. Bahkan bayar zakat fitrah saja aku pakai beras yang aku dapat dari pemberian orang, karena aku memang tidak ada uang.

"Ran, kok diam aja?" tanya ibuku membuyarkan lamunanku.

"Maaf bu tahun ini aku ga bisa ngasih ibu apa-apa, karena mas Yanto sudah tidak bekerja. Di PHK sebulan yang lalu." terpaksa aku menceritakan keadaan yang sebenarnya pada ibu.

"Kok kamu ga cerita sama ibu?"

"Aku tidak mau ibu jadi kepikiran."

"Yaudah yang penting kamu dan keluarga sehat ya. Assalamualaikum." ibu mengakhiri pembicaraan.

"Iya bu, waalaikumsalam." jawabku.

'Maafkan aku bu' batinku.

*****

H-1 Lebaran

"Bunda bau rendang harum banget." ujar si sulung.

"Mungkin ada tetangga yang sedang masak rendang." kataku.

"Aduh aku jadi lapar nih." gerutu si tengah.

"Sabar dek puasanya tinggal sehari lagi kok, harus kuat ya!" si kakak menguatkan adiknya.

"Bunda kok bunda ga masak ketupat dan opor ayam?" rengek si tengah.

"Bunda ga punya uang sayang, uang bunda cuma cukup untuk beli sayur dan telur aja."

"Gapapa bunda, sayur dan telur juga enak kok. Iyakan dek?" si kakak lagi membujuk adiknya.

*****

Ba'da Isya takbir mulai menggema, rasa haru dan takjub menyambut hari raya.

Anak-anakku yang bermain di teras rumah, tiba-tiba masuk.

"Bunda ternyata yang masak rendang bude Nuri." lapor si sulung.

"Kok kamu tau?" tanyaku heran.

"Iya bun barusan aku lihat dia nganterin makanan ke tetangga sebelah rumah kita. Ada ketupat, sayur, dan rendang." dia menjelaskan.

"Kok kamu tau detail banget?"

"Aku perhatiin bun, tapi bun kok kita ga dibagi ya?" kata anakku sedih.

Ya Allah sedih rasanya mendengar ucapan anakku. Maafin bunda ya, bunda ga bisa masakin kamu makanan yang enak sampai kamu berharap dikasih sama orang lain. Airmataku pun mengalir deras, menahan kepedihan di hati. Lalu ku peluk anak-anakku.

"Sabar ya nak, mungkin belum rizki kita untuk bisa makan ketupat. Tapi percayalah Allah akan memberi kita rizki dari arah yang tidak kita sangka-sangka."

Tak lama kemudian terdengar suara pintu rumahku diketuk. Aku pun membukanya. Seorang bapak berdiri di depan pintu membawa tentengan.

"Assalamualaikum. Bu ini ada zakat fitrah dari masjid, diterima ya bu." katanya sambil menyerahkan 2 kantong plastik berisi beras dan sebuah amplop.

"Alhamdulillah, makasih ya pak saya terima zakatnya." 

"Besok masjid Ar-rahman mengadakan shalat ied bu, tapi tetap mengikuti protokol kesehatan ya bu."

"Baik pak, terimakasih infonya."

"Kalau begitu saya permisi dulu bu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Setelah bapak itu pergi, aku langsung masuk ke rumah dan membuka amplop berwarna putih. Allahu Akbar, pekikku dalam hati. Isi amplopnya uang tiga ratus ribu rupiah. Suamiku yang baru keluar dari kamar mandi langsung menghampiriku.

"Ada apa bun?" tanyanya keheranan melihatku memegang amplop berisi uang.

"Ini yah kita dapat zakat dari masjid." aku menjelaskan.

"Alhamdulillah, rizki minnallah. Yaudah bunda simpan ya."

"Iya yah."

*****

Keesokan harinya setelah shalat ied di masjid, ustaz Hadi dan Istrinya mengajak kami makan di rumahnya. Ada ketupat, rendang, opor ayam, sambal kentang, dan kerupuk. Alhamdulillah akhirnya kami bisa makan ketupat juga tahun ini. Dan sebelum pulang ustaz Hadi juga memberi uang pada anak-anakku. Masya Allah, nikmat yang mana lagi yang kau dustakan?

Roda kehidupan pasti akan terus berputar, menempatkan kita pada satu posisi. Kadang di atas kadang di bawah. Namun, apapun keadaannya tetaplah bersyukur. Yakinlah bersama kesulitan pasti ada kemudahan. []

Post a Comment

أحدث أقدم