Oleh: Puji Astuti, S.Pd. I


Dilansir dari tirto.id yang mengutip laporan New York Times, Sabtu (7/11/2020) waktu setempat, Joe Biden yang berpasangan dengan Kamala Harris akhirnya menang serta terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke -46, mengalahkan pasangan Donald Trump dan Mike Pence. 

"Saya berjanji kepada Anda sebagai Presiden, Islam akan diperlakukan sebagaimana mestinya, seperti keyakinan agama besar lainnya. Saya bersungguh-sungguh." Demikian ucapan Joe Biden dalam kanal YouTubenya. 

Selain itu, dalam video tersebut Joe Biden juga mengutip hadist Nabi Muhammad SAW. Biden mengatakan "Hadist Nabi Muhamad memerintahkan siapa pun diantara kamu melihat kesalahan biarkan dia mengubahnya dengan tangannya jika dia tidak mampu, maka dengan lidahnya jika dia tidak mampu, maka dengan hatinya."  Joe Biden pun menegaskan suara muslim Amerika juga akan menjadi bagian dari pemerintahan jika ia sudah resmi menjabat menjadi Presiden AS (pikiranrakyat.com, 07/11/20)

Kandidat Wakil Presiden Kamala Harris  berjanji akan mencabut sejumlah kebijakan kontroversial Presiden Donald Trump terkait Palestina dan Timur Tengah. "Joe dan saya percaya pada nilai setiap Palestina dan setiap Israel serta kami akan bekerja untuk memastikan bahwa Palestina dan Israel menikmati tindakan yang sama untuk kebebasan, keamanan, kemakmuran dan demokrasi."  Demikian janji itu diungkapkan Harris saat wawancara dengan Arab American News.

Harris juga menekankan bahwa diskriminasi dan fanatisme tidak akan mendapat tempat dalam pemerintahan Biden-Harris. “Pada hari pertama kami di kantor, Joe dan saya akan mencabut penghalang perjalanan Muslim non-Amerika dan larangan pengungsi serta menjadikan Amerika, sekali lagi, sebagai tujuan yang menyambut para imigran dan pengungsi, termasuk menambah batas penerimaan pengungsi,” ucapnya.  (sindonews.com, 6/11/2020)

Serangkaian janji yang diberikan oleh Biden - Harris seolah memberikan harapan baru, khususnya bagi muslim di Amerika  dan dunia Islam secara keseluruhan. Akankah harapan itu menjadi kenyataan?

Sebagaimana diketahui, Amerika Serikat adalah negara adidaya yang menganut ideologi sekuler kapitalisme. Ideologi inilah yang menjadi sumber kekuatannya. Bahkan AS selalu menjadikan ideologi ini poros bagi setiap kebijakan politik internasional dan senantiasa menyebarkan ideologi ini agar tetap menjadi negara adidaya.

Amerika Serikat adalah negara superpower dengan kapitalisme sekuler sebagai ideologinya, memiliki konstitusi tetap sebagai kesepakatan yang tidak bisa diubah oleh presiden terpilih. AS senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebijakan untuk mempertahankan eksistensi dan kepemimpinannya dalam kancah internasional. Dalam hal ekonomi, banyak negara menjadikan dolar AS sebagai tolak ukur mata uangnya.

Dalam hal politik, AS tidak pernah memberikan ruang bagi tumbuh kembang Islam politik. Hal ini berlaku bagi semua negara yang menerapkan ideologi ini. Bahkan Islam dan umatnya menjadi pihak tertuduh sebagai agama radikalisme dan umatnya senantiasa menjadi sasaran empuk berbagai tindak persekusi dan intimidasi. Islamophobia marak terjadi di negara-negara kapitalisme. Standar ganda pun diterapkan dalam pelaksanaan HAM dan proses demokratisasi. Negara-negara Dunia Ketiga menjadi objek eksploitasi ekonomi. Penjajahan pun tak lepas dari metode AS dalam menyebarkan ideologinya. Mulai dari penjajahan yang terlihat oleh mata (menjajah secara fisik) hingga penjajahan tak kasat mata (menjajah pemikiran).

Kebijakan politik kapitalisme demokrasi akan tetap sama, walaupun berkali-kali presiden berganti. Dahulu ada Bush yang memulai memusuhi Islam dengan mengkaitkan Islam dan umatnya dengan jargon WOT (War On Terrorism), hingga saat ini berlanjut berganti menjadi narasi radikalisme. Kehadiran Joe Biden dan Kamala Harris tak bisa diharapkan akan merubah kehidupan kaum muslimin. Janji- janji yang diberikan saat kampanye hanyalah lip service bagi demokrasi. Tidak akan pernah membuat kehidupan kaum muslimin menjadi lebih baik. 

Bergantinya presiden tidak akan mengubah sistem politik AS yang berasas sekuler. Sekularisme akan senantiasa bertentangan dengan Islam. Dan Islam akan selalu menjadi rival bagi ideologi kapitalisme sekuler. Kehidupan kaum muslimin tidak akan berubah walau berganti presiden AS dengan sistem sekuler kapitalisme. Serangkaian janji-janji yang diucapkan pasangan Presiden AS ke 46 ini hanyalah janji-janji tanpa realisasi.  

Maka Islam adalah harapan baru kaum muslim untuk perubahan yang lebih baik. Islam yang diturunkan Allah Swt. melalui nabi Muhammad saw. memiliki metode khas dalam menerapkan politik dalam negeri dan luar negeri. Politik dalam negeri, negara menerapkan aturan Islam dalam kehidupan bernegara. Negeri yang tunduk kepada aturan Ilahi, maka Allah akan memberikan keberkahan kepada negeri tersebut. Dakwah dan jihad menjadi politik luar negeri sekaligus metode khas dalam mengemban Islam ke seluruh dunia.

Dan hal ini hanya bisa dilakukan oleh sebuah institusi yang menjadikan Islam sebagai asas kehidupan bernegara. Sistem Islam ini yang akan mendatangkan rahmat bagi seluruh alam. Dengan sistem ekonominya tahan terhadap krisis (karna mata uang berstandar pada emas dan perak), distribusi kekayaan kepada setiap individu rakyat sehingga kebutuhan pokok rakyat terjamin. Fasilitas kesehatan dan pendidikan dapat diakses dengan mudah dan keamanan dijamin oleh negara. 

Inilah Islam yang dijadikan sistem kehidupan dalam bernegara, insha Allah keberkahan dan rahmat akan turun ke bumi. Kaum muslim harus cerdas, tidak lagi tertipu dengan janji-janji manis ala pemimpin kapitalis sekuler. 

Post a Comment

أحدث أقدم