Oleh: RAI Adiatmadja
Founder Komunitas Menulis Buku Antologi

Dunia Barat memiliki ketakutan yang teramat besar pada Islam. Sejak dahulu negara yang benar-benar memperlihatkan kebencian terhadap Islam salah satunya adalah Prancis. Negara tersebut tak segan menyakiti perasaan umat Islam dengan mencap ‘teroris’ yang terus diembuskan. Bahkan penghinaan kepada Rasulullah tidak pernah berhenti dalam berbagai versi. 
Seruan pemboikotan terhadap produk dari Prancis kian masif disuarakan, mayoritas negara Arab di Timur Tengah. Sebagai reaksi atas ucapan Presiden Emmanuel Macron terhadap kematian seorang guru. Macron mengatakan, menggambarkan Nabi Muhammad saw.sebagai kartun bukanlah hal yang salah.
Mengutip jaringan berita CNN, Macron menyampaikan sikap itu pekan lalu, untuk menghormati guru sekolah menengah yang dibunuh. Guru bernama Samuel Paty (28) tewas setelah kepalanya dipenggal usai mengajar di pinggiran Prancis.

Paty dihabisi setelah dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas. Membahas kartun karya Charliee Hebdo, dianggap sebagai pelajaran kebebasan berekspresi.
Pernyataan Macron yang dinilai tidak sensitif dan emosional, memicu demonstrasi dan boikot produk Prancis dari sejumlah negara-negara muslim. (Tribunnews.com, 28/10/2020).

Pernyataan yang memang jelas menyerang Islam, telah membangkitkan kemarahan kaum muslim. Sehingga seruan pemboikotan yang terasa besar sekali gaungnya, semakin menjalari sebagian besar dunia. Membuktikan ruh Islam masih berkobar atas ketidakrelaan menerima saat Rasulullah dihina.
Prancis memiliki catatan sejarah fobia terhadap Islam, mengapa hal itu terjadi?

Penolakan dan kontroversi kasus penghinaan kepada Nabi Muhammad terus bergulir bahkan menjadi trending di berbagai media sosial. Tidak kunjung berhenti ditambah dengan masalah yang menjadikan kondisi tersebut masuk dalam ruang yang kompleksitas. Budaya mengolok-olok agama Islam di Prancis hingga memunculkan beberapa ekstrimis. Masyarakat liberal di Prancis meyakini bahwa tokoh agama bukanlah hal yang bisa dikecualikan dan luput dari sarana kritik, satire melalui gambar, dsb. 
Mereka berpendapat mengolok-olok atribut dan tokoh agama adalah salah satu bagian dari ekspresi kebebasan berpendapat bahkan menjadi nilai sentral demokrasi. 

Sejak ramai kembali karikatur Nabi Muhammad saw tanggal 02/09/2020 yang diterbitkan Majalah Charlie Hebdo yang dilakukan secara berulang-ulang. Tentu hal ini sangat menyakiti perasaan umat Islam dan  teramat merusak kehormatan kaum muslimin. Hal ini ditunjukkan dengan adanya dukungan pemerintah Prancis terhadap  ulah majalah tersebut.
Kejadian tersebut menyebabkan tewasnya Pety, sehingga menjadi angin segar untuk Macron mengembuskan manuvernya menyerang Islam dengan menyebutkan bahwa pembunuhan tersebut dilakukan oleh Islam yang ingin merebut Prancis. 

Tak hanya gaung di negara-negara Arab, di dalam negeri pun MUI memberikan pernyataan tegas dan mengeluarkan imbauan kepada umat Islam Indonesia untuk memboikot segala produk asal dari negara Prancis.
Selain aksi boikot, MUI meminta agar Presiden Prancis Emmanuel Macron mencabut ucapannya dan meminta maaf kepada Islam sedunia. 

Seruan boikot dilayangkan melalui surat prnyataan Nomor: Kep-1823/DP-MU/X/I2020 tertanggal 30 Oktober 2020.
“MUI menyatakan sikap dan mengimbau kepada umat Islam Indonesia dan dunia untuk memboikot semua produk yang berasal dari negara Prancis.” Bunyi salah satu pernyataan dalam surat yang ditandatangani Wakil Ketua Umum MUI, Muhyidin Junaidi dan Sekjen MUI Anwar Abbas tersebut. (Kompas.com, 31 Oktober 2020).

Demokrasi kerap termakan aturan sendiri dan inkonsistensi, itulah pemandangan yang terjadi di Prancis dan negara-negara pembenci Islam di dunia. Memaksakan kebebasan agama bagi diri mereka, tetapi memenjarakan hak umat Islam untuk menjaga kehormatan. Sesungguhnya tak ada kebebasan berekspresi yang absolut karena mereka sendiri kerap mengekang pendapat yang mengkritisi kebijakan pemerintah. 

Tidak ada korban jiwa jika mereka penganut kebebasan mampu bertoleransi atas perbedaan dan menghormati umat Islam, seperti halnya mereka yang selalu mengatasnamakan liberalisme sebagai hak asasi manusia.

Gaung boikot memang menghanguskan sebagian kepongahan mereka dan memberi bukti bahwa Islam masih bernyawa di muka bumi ini. Sekalipun semua tak akan mampu menghentikan gerakan mereka yang terus mengulang dan mengusik ketenangan. Boikot produk harus diiringi dengan pemboikotan besar-besaran terhadap sistem kapitalisme demokrasi yang berpaham sekuler. 

Paham sekulerisme melahirkan virus islamofobia yang menjangkiti masyarakat Barat. Mereka akan terus menyuarakan ketakutan, kebencian untuk menjegal kebangkitan Islam. Hal ini karena ketakutan akut mereka atas kebangkitan Islam yang semakin kentara dengan bukti pertumbuhan umat Islam di Prancis sebagai populasi muslim terbesar di Eropa. 

Suara Islam semakin besar di Prancis dengan salah satu bukti tampilnya para muslimah berjilbab menjadi salah satu fenomena keislaman yang sangat kuat di negeri tersebut. Mereka tak hanya hadir di masjid-masjid atau pusat-pusat keislaman, melainkan di sekolah-sekolah negeri, dan tempat penting lainnya. Umat Islam Prancis memiliki peranan yang penting dalam semua sektor. (Republika, 10/8/2020).

Saat ini Barat semakin menyadari jika peradaban yang diciptakannya akan tergerus dan mati sehingga berbagai upaya diembuskan supaya kekuatan Islam mandul. Bahkan mereka tak berhenti untuk menciptakan sendi-sendi utama kaum muslimin seperti jihad dan khilafah menjadi tumpul agar tak ada cara untuk mempersatukan umat Islam di seluruh dunia.
Penistaan demi penistaan yang terjadi baik di dalam ataupun di luar negeri diakibatkan paham kebebasan yang dikuatkan oleh pemisahan agama dari kehidupan.

Melihat kondisi yang semakin karut marut tentu harus ada perubahan hakiki.  Kini dunia membutuhkan sistem yang akan membawa ke hal yang lebih baik. Sistem itu yaitu Islam kafah (khilafah). Sistem yang membawa  stabilitas kehidupan terbentuk dalam ruh iman dan implementasi toleransi  akan tercapai dengan cemerlang. 

Patut dipahami pemerintahan di sistem Islam tak akan mengabaikan penghina Rasulullah atau pelecehan terhadap simbol dan jati diri agama mana pun. Tindakan tegas akan dijalankan agar melahirkan efek jera bagi siapa pun pembuat keonaran. 

“Sungguh orang-orang yang menyakiti Allah dan rasul-Nya, Allah akan melaknati mereka di dunia dan akhirat serta menyediakan bagi mereka siksaan yang menghinakan.” (TQS. al-Ahzab: 57)

Islam kini semakin tak terlindungi sehingga menggerakkan sebagian orang untuk berperilaku dan melawan secara pribadi karena semua telah nyata menjadi lingkaran setan yang mengokohkan stigma buruk terhadap Islam.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita berjuang bersama untuk pemboikotan sistem rusak yang masih berpijak, menggulirkannya hingga berganti dengan sistem yang diridhai Allah yaitu khilafah a'la minhajin nubuwwah. 

Wallahu a’lam bishshawab.

Post a Comment

أحدث أقدم