Oleh : Siti Latifah
Aktivis Muslimah


Marhaban ya nurul aini
Marhaban jaddal husain
Marhaban marhaban
Ya marhaban ya marhaban
Ya nurul aini
Marhaban jaddal husain

Gema shalawat dan pekikan takbir saling bersahutan mengisi setiap ruang terminal 3 bandara Soekarno-Hatta pada Selasa, 10 November 2020.
Euforia cinta yang tak terbendung mengatmosfer bandara. Jutaan umat berkumpul untuk sama-sama memecahkan celengan rindu dengan Habib Rizieq Syihab yang telah lama tersimpan. 
Kerinduan umat terhadap keadilan semakin deras bersamaan dengan kezaliman yang bertubi-tubi menciderai umat. Kerinduan umat pada figur ulama hanif dan kepemimpinan Islam yang sudah lama absen membersamai umat.
Marhaban bikum yaa dzurriyatan nabi Habib Rizieq Syihab di negeri kita yang haus akan keadilan.

Ribuan kamera merekam antusias masyarakat menyambut kedatangan Habib Rizieq Syihab (HRS) kembali ke tanah air. Tergambar jelas pada diri umat langkah yang satu dan frekuensi yang sama. Banyak di luar sana mencoba menebak alasan antusiasme umat tersebut. Sekretaris Umum (Sekum) Front Pembela Islam (FPI) Munarman menilai bahwa ini merupakan representasi simbol kerinduan umat akan keadilan.

“Saya kira ini bukan sekadar perasaan cinta secara personality, tapi ini adalah representasi simbol kerinduan umat akan keadilan,” tuturnya dalam acara Fokus: Kedatangan HRS, ke Mana Arah Perjuangan Umat? di kanal Youtube Fokus Khilafah Channel, Ahad (15/11/2020). Lanjutnya memperjelas alasan umat yang begitu antusias menyambut kedatangan sang habib “Itu yang selama ini dirasakan oleh umat bahwa mereka sedang mengalami ketidakadilan dan mereka sedang mengalami kezaliman.” (mediaumat.news, 16/11/2020)

Sekali lagi, umat merindukan keadilan dan berakhirnya kezaliman. Bagaimana tidak? saat ini, pemerintah sudah tak segan-segan mempertontonkan ketidakadilan pada rakyat seperti dengan mengesahkan Omnibus Law UU Cipta Kerja yang sangat berpihak pada korporasi, hal ini semakin menambah ketidakpercayaan umat terhadap rezim.

Alasan kuat inilah yang mendesak umat akan kehadiran pemimpin bersandar pada aturan Maha Rahman dan berani melawan kezaliman. Akankah demokrasi mampu mengobati keresahan umat?

Trek Record Demokrasi

Bagai pungguk merindukan bulan. Demokrasi telah datang namun keadilan kian samar dan menghilang sementara kezaliman terus berkepanjangan. Tahun terus berganti, periode rezim satu berhenti lalu disambut rezim lain yang menunggu sedari tadi. Melalui rahim demokrasi lah lahir rezim yang jauh dari ekspektasi pemimpin dambaan rakyat. Melainkan pemimpin yang selalu berpihak pada korporasi tapi tajam terhadap rakyat sendiri.
Dari jalan demokrasi inilah para ulama yang lantang menentang segala bentuk kezaliman dan menyuarakan kebenaran dikriminalisasi dan dipersekusi tanpa peduli bahwa ulama adalah pewaris para nabi. Bahkan tak sedikit ulama yang harus mendekam di balik jeruji besi seperti ustadz Abu Bakar Ba'asyir. 
Sebaliknya, mereka yang kerap menghina nabi, menista Islam dan ajarannya serta mengolok-olok ulama justru bebas bak tak tersentuh hukum. Astaghfirullah... Bagaimana mungkin Allah turunkan keberkahan pada negeri bila pada agama dan penjaga agama-Nya saja alergi?
Dari sini kita faham bahwa kezaliman bukan hanya dari buruk individu atau rezim melainkan mekanisme sistem yang rusak dan merusak.
Sebab demokrasi berdiri di atas 3 falsafah yakni : sekularisme, kebebasan dan kedaulatan di tangan rakyat. Jadi kezaliman dan tirani adalah keniscayaan bagi negeri yang menerapkan demokrasi meski itu di negeri kampium demokrasi saat ini : Amerika Serikat.

Produk Sistem

Saat ini, kita dapat merasakan, melihat dan mendengar sekaligus mengalami kekacauan sistem kufur demokrasi di negeri Islam maupun Barat. Seharusnya kondisi ini bisa jadi bahan renungan dan pikiran kita bersama, khususnya umat yang sedang merindukan hidup mulia dengan diterapkannya aturan Allah yang agung nan paripurna. Umat yang membutuhkan kepemimpinan yang kebijakannya adil dan mampu menyelamatkan rakyatnya di dunia dan akhirat.

Oleh karena itu, hari ini umat membutuhkan Khilafah satu-satunya institusi yang akan menegakkan syariat kaffah dan darinya akan lahir pemimpin yang mengurusi umat dan memuliakan ulama dan rakyatnya. Sebagaimana 14 abad telah dibuktikannya.

Untuk mewujudkannya, kita harus mengikuti metode yang telah di gariskan Rasulullah Saw yakni melalui revolusi pemikiran dan pergantian sistem. Maka revolusi akhlak akan menjadi produk sistem khilafah.
"Katakanlah (Muhammad) : inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Maha Suci Allah dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik". (TQS Yusuf : 108)
Wallahu a'lam bishshawwab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama