Oleh: Nurul Ummu Nada 
Member AMK dan Pemerhati Kebijakan Publik


Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang orang-orang yang dia pimpin.”

Kandidat Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Joe Biden akan mencabut sejumlah kebijakan kontroversial Presiden Donald Trump terkait Palestina dan Timur Tengah. Pernyataan itu diungkapkan Kandidat Wakil Presiden AS dari Demokrat Kamala Harris. Berbagai janji itu diungkapkan Harris saat wawancara dengan Arab American News.

Saya berjanji kepada Anda sebagai presiden, Islam akan diperlakukan sebagaimana mestinya, seperti keyakinan agama besar lainnya. Saya sungguh-sungguh bersungguh-sungguh," kata Joe Biden.

Selain itu, secara mengejutkan dalam video tersebut Biden juga mengutip hadis Nabi Muhammad saw.
"Hadis Nabi Muhammad memerintahkan siapa pun diantara kamu melihat kesalahan biarkan dia mengubahnya dengan tangannya jika dia tidak mampu, maka dengan lidahnya jika dia tidak mampu, maka dengan hatinya," kata Joe Biden.

Itulah ungkapan yang dilontarkan oleh Joe Biden sebagai calon presiden AS setelah memenangkan pemilu pada selasa (3/11/2020). Begitu banyak janji-janji yang dilontarkan kepada rakyat utamanya kaum muslim. Joe Biden hendak mengubah tatanan dunia utamanya negeri-negeri muslim seperti Palestina), Timur Tengah dan negeri muslim lainnya. Apakah akan semudah itu mengubah tatanan dunia? Tidak, selama sistem demokrasi-kapitalisme yang diadopsi maka jangan harap bisa memperbaiki tatanan dunia.

Meskipun Joe Biden mengutip sebuah hadis Rasulullah saw., tidak bisa dipungkiri bahwa itu hanyalah sebagai pemikat saja. Sehingga tidak bisa dijadikan sandaran harapan bagi umat muslim untuk mengubah suatu kebijakan. Karena akar permasalahannya berasal dari sebuah sistem, bukan dari pribadi seorang pemimpin. Layaknya sebuah mobil mewah dengan sopir yang lihai tetapi mesin yang dipakai mesin yang rusak. Sehingga walaupun mobil tersebut mewah akan tetap bobrok.

Dalam sistem Demokrasi rakyat dibutuhkan saat kampanye pemilu saja. Karena  kampanye hanya digunakan sebagai alat pemungutan suara. Setelah masa pemilu usai maka suara rakyat sudah tidak dibutuhkan lagi. Seperti kata pepatah "Habis manis sepah dibuang". Kampanye bukan janji yang bisa dimintai pertanggungjawaban. Itulah buruknya demokrasi yang hanya mengutamakan kepentingan dan hawa nafsu. 

Dengan presiden baru kebijakan AS terhadap Islam, dimungkinkan berubah gaya/style dan pendekatan. Namun watak kolonialis akan tetap menjadi wajah permanen kebijakan mereka. Dalam sistem Demokrasi-Kapitalisme hanya berdasarkan hawa nafsu dan kepentingan. Sehingga tujuan utamanya adalah meraih keuntungan yang sebesar-besarnya.

Bagaimana Islam memandang?

Dalam Islam cara memilih pemimpin bukan dari suara rakyat, tetapi dari baiat. Sistem pembaiatan inilah yang ditempuh oleh Rasulullah saw. dan dilanjutkan oleh Khulafa Rasyidin. Karena dalam Islam kedaulatan bukanlah berada di tangan rakyat melainkan ada pada hukum syara' (aturan Allah Swt.). 

Islam juga mengatur bahwa menjadi seorang pemimpin bukanlah berdasarkan hawa nafsu ataupun kepentingan, tetapi atas dasar ketakwaannya terhadap Allah Swt.. Dengan ketakwaannya seorang pemimpin akan menjadikan hukum syara' sebagai landasan hidup, terutama dalam memimpin umat. Karena Islam tidak sekedar mengatur ibadah saja, melainkan mengatur dalam segala aspek kehidupan. Mulai dari bangun tidur hingga bangun negara, mulai masuk kamar mandi hingga masuk surga. 

Menjadi seorang pemimpin haruslah jujur dan amanah. Melaksanakan segala kepemimpinannya dengan baik mulai dari awal kepemimpinan hingga akhir kepemimpinan. Tidak menjadikan dirinya sebagai pemimpin yang tergolong orang-orang munafik. 

Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ فَهُوَ مُنَافِقٌ وَ إِنْ صَامَ وَ صَلَّى وَ زَعَمَ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ: إِذَا حَدَثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ.

"Ada tiga perkara, yang siapapun melakukan tiga perkara tersebut, dia tergolong orang munafik—meski dia shaum, shalat dan mengklaim dirinya Muslim—yaitu: jika berkata, dusta; jika berjanji, ingkar; dan jika diberi amanah, khianat." (Ibn Bathah, Al-Ibânah al-Kubrâ, 2/697)

Saat Rasulullah saw. wafat, para sahabat tidak bergegas memakamkan jenazah beliau. Melainkan memilih pemimpin pengganti beliau. Mengapa? Apakah itu lebih penting? Ya, itu sangatlah penting. Karena pemimpin dalam Islam merupakan perisai (pelindung bagi umat) khususnya umat muslim. Setelah Abu Bakar Assidiq terpilih menjadi pengganti Rasulullah saw. maka proses pemakaman pun segera dilaksanakan. 

Begitu besar dan berat tanggungjawab seorang pemimpin. Karena seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Dalam sejarah kepemimpinan umum umat Islam (khilafah) tidak ada istilah perebutan kursi kekuasaan. Karena pemimpin yang bertakwa akan memikul amanah yang besar dan berat serta adil bagi umatnya.

Dalam Islam, pemimpin haruslah amanah. Pemimpin amanah adalah pemimpin yang bukan hanya tidak mengkhianati rakyat yang telah memilih dirinya, tetapi yang lebih penting adalah tidak mengkhianati Allah dan Rasul-Nya. Di dalam Al-Qur'an Allah Swt. telah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-Nya serta jangan mengkhianati amanah-amanah kalian, sementara kalian tahu." (TQS al-Anfal [8]: 27)

Kepemimpinan dalam Islam hanyalah menerapkan hukum yang sesuai dengan hukum syara' (hukum Allah), tidak mengambil hukum selain hukum Allah. Dan seorang pemimpin yang bertakwa hanyalah takut kepada Allah, bukan takut kepada sesama makhluk Allah (manusia). Sehingga tidak akan bisa dijadikan pemimpin boneka.

Kekhilafahan berhasil menyejahterakan umat selama 14 abad atau selama 1400 tahun lamanya. Hanya Islam yang bisa membawa keberkahan, ketentraman, dan kebahagiaan. Karena Islam rahmatan lil alamiin (rahmat bagi seluruh alam) bukan hanya rahmat bagi kaum muslim saja, tapi bagi seluruh alam. Masihkah kita ragu dengan kejayaan Islam sebagai pemimpin? Sejak kekhilafahan runtuh tidak ada satu ideologi yang bisa menyejahterakan umat. Hanya khilafahlah yang bisa mengubah tatanan dunia menjadi lebih baik. 
Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

أحدث أقدم