Oleh : Ummu Diaz
Apakah benar seorang ibu akan kehilangan naluri sebagai seorang ibu karena himpitan ekonomi?
Pertanyaan yang sangat besar, tapi ini benar terjadi di negeri ini. Fitrahnya seorang ibu selalu siap berkorban untuk anak-anaknya. Selalu berupaya dengan berbagai cara untuk membahagiakan anak-anaknya, tetapi faktanya berbeda yang terjadi saat ini.
Seperti yang diberitakan oleh KOMPAS.com - kasus pembunuhan sadis terjadi di dusun 2, Desa Banua Sibohou kecamatan Namohalu Esiwa, kabupaten Nias utara, Sumatera Utara.
Seorang ibu berinisial MT (30) tega membunuh tiga anak kandungnya sendiri yang masih balita, ketiga korban itu di ketahui berinisial YL (5), SL (4), dan DL (2).
Usai pembunuhan ketiga anaknya itu pelaku sempat berusaha melakukan upaya bunuh diri dengan menggorok lehernya sendiri dengan parang. Adapun penyebab pembunuhan sadis yang di barengi dengan percobaan aksi bunuh diri itu, karena di duga terhimpit masalah ekonomi.
Maraknya kasus kekerasan pada anak saat pendemi ternyata bukan hanya terjadi sekali bahkan berkali-kali, karena alasan yang sama terhimpit ekonomi, yang seharusnya seorang anak balita tidak layak untuk mendapatkan kekerasan apalagi sampai dibunuh oleh ibu kandungnya sendiri akibat keputus asaan.
Apapun alasannya bukan solusi dari permasalahan, yang seharusnya seorang ibu menjaga dan menyayanginya penuh dengan rasa cinta. Inilah ironi di negeri ini kadang bisa gelap mata karena merasa anaknya itu beban buat orang tuanya, apalagi di masa sekarang kehidupan yang sulit membuat manusia lemah sehingga mengambil solusi yang salah. Kehidupan yang semakin susah dirasakan di sistem demokrasi. Penganguran dimana-mana dan lapangan kerja yang semakin sulit sehingga masyarakat pun merasa berat untuk menjalani hidup ini. Ditambah kebutuhan untuk kehidupan sehari-hari semakin mahal.
Ketidakmampu-an pemerintah untuk memberikan solusi yang sudah terjadi pada saat ini sudah semakin jelas. Seakan tidak peduli yang di alami masyarakat nya padahal di setiap janjinya akan selalu mensejahterakan rakyat nya. Tetapi faktanya berbeda, rakyat semakin menderita dengan kebijakan yang tidak berpihak pada kalangan masyarakat biasa.
Anak adalah perhiasan dalam kehidupan rumah tangga. Dalam AL -Qur'an disebutkan, "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia namun amal yang kekal dan shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi tuhan mu lebih baik untuk menjadi harapan." (Qs.Al kahfi : 46)
Islam juga menegaskan status anak yang baru lahir itu adalah suci benar dan tidak pernah bersalah. Nabi saw bersabda, "Setiap anak itu di lahirkan menuruti fitrahnya maka kedua orang tuannya lah yang akan menjadikan seorang yahudi, nasrani, atau majusi (HR.Bukhari).
Jika anak melakukan kesalahan maka ia tidak terkena dosa karena belum di kenai beban taklif.Nabi saw bersabda, "Tidak dicatat dosa dalam tiga perkara, anak kecil sampai ia baligh, yang tidur sampai ia bangun, orang gila sampai ia sadar." (HR .Ahmad)
Sistem yang saat ini sudah jelas kebobrokannya dengan kondisi masyarakat saat ini dan kerusakan moral yang luar biasa, karena itu kondisi kehidupan saat ini kembali pada tiga sebab utama, yaitu idiologi kapitalisme, demokrasi dan pengaruh asing.
Maka kita butuh perubahan besar perubahan yang harus diwujudkan itu bukan sembarang perubahan tetapi harus lah perubahan besar untuk mengubah kejahiliyahan modern menjadi kehidupan yang islami dan Allah ridhai.
Perubahan besar dari akidah sekulerisme menjadi akidah tauhid, dari idiologi kapitalisme menjadi idiologi Islam, dan dari demokrasi dengan kedaulatan rakyatnya menjadi Islam dengan kedaulatan syara'.
Perubahan besar itu hanya bisa di realisasikan dengan mencampakan sekulerisme, kapitalisme, berikut sistem ekonominya dan sistem demokrasi dan selanjutnya menggantinya dengan akidah Islam dengan hukum-hukum syarih yang di terapkan secara total menyeluruh, dan hanya seorang Khalifah lah yang bisa menerapkannya.
Wallahu a'lam bishshawwab.
Posting Komentar