Oleh : Sumiyati HA
Guru dan Member AMK


Ibu adalah pelipur lara
Ibu adalah kebahagian dalam kesedihan
Ibu adalah kekuatan dalam do’a
Ridha Allah adalah tergantung ridhanya ibu
Surga ada di bawah telapak kaki ibu

Berawal dari bercekcok soal baju, ibu yang dipolisikan oleh anak di Demak kini ditahan. Dunia bagaikan gelap mendengar berita-berita yang menyesakkan dada di negeri ini. Baru-baru ini terjadi kejadian yang menyayat hati.  

Seorang ibu yang berinisial (S) dengan usia 36 tahun dilaporkan oleh anak perempuannya sendiri yang berinisial (A) yang berusia 19 tahun. Pada tanggal 22 Oktober 2020 anak perempuang berinisial (A) melaporkan ibu kandungannya ke pihak kepolisian dan seorang ibu resmi di tahan oleh Polsek (Demak). Ibu (S) yang dilaporkan anak dengan dugaan penganiyaan dan kekerasan dalam rumah tangga. Ibu (S) di kenai pasal 44 ayat 1 Undang-Undang no 23 Tahun 2004 tentang penghapusan KDRT subsider pasal 351 KUHP tentang penganiyaan. (detikNews, 9/1/2021)

Berkeluarga (menikah) tidak melepaskan diri setiap insan dari permasalahan. Permasalahan selalu muncul dalam setiap individu, keluarga, masyarakat bahkan negara. Permasalahan keluarga bisa saja terjadi percecokan antara suami-istri, mertua, anak, perselingkuhan,  pekerjaan dan lain sebagainya hingga mengakibatkan perceraian, perusakan moral bagi anak.

Keharmonisan rumah tangga dan ketahanan keluarga adalah dambaan setiap keluarga. Meski punya harta banyak, jabatan tinggi, punya banyak anak tidaklah menjamin keharmonisan dan ketahanan keluarga. Mewujudkan keluarga harmonis dan ketahanan dalam keluarga dalam sistem kapitalis tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. 

Melahirkan anak yang salih dan salihah adalah harapan setiap keluarga. Dalam sistem kapitalisme sekularisme melahirkan anak yang diharapkan tidaklah semudah seperti yang dibayangkan . 

Kehidupan liberal dalam sistem kapitalisme melahirkan anak-anak yang bebas berprilaku. Bukan hanya kepada orang lain bahkan keluarganya sendiri, ibunya sendiri. Keyakinan indivudu yang terpapar kehidupan liberal “Surga Di bawah telapak kaki ibu” adalah hal yang biasa. Karena surga menurut mereka bukan hanya pada ibu, surga adalah yang membawa kesenangan pada mereka yang memuaskan hawa nafsu mereka. Pemahaman, pembelajaran ilmu agama hanya di yakini keberadaannya sedangkan mengamalkan jauh dari kehidupan, ya karena saat ini berada dalam yang sistem yang memisahkan kehidupan dan agama. 

Ibu dan anak yang harusnya yang saling mencintai kini yang hadir kebencian. Ibu dan anak yang harusnya menjadi sahabat kini menjadi musuh. Inilah buah dari Sistem Kapitalisme yang merusak tatanan pengasuhan anak. Sistem kapitalime melahirkan generasi yang tidak beradab. Sistem kapiltalisme merusak hubungan ibu dan anak.

Ibu adalah orang yang harus dimuliakan. Sebuah kisah legenda di masa Rasulullah. Kisah seorang sahabat yang namanya Alqomah. Beliau rajin sholatnya, rajin sedekah dan banyak bersedekah, kemudan sakit keras hingga mengalami kesusahan menjelang kematian.

Ketika para sahabat lain mengunjungi dan mentalqin dengan kalimat laa ilaha illallah, tapi beliau tidak bisa mengucapkannya. Setelah dicari permasalahannya, ternyata Alqomah pernah marah kepada ibunya, karena ibunya merasa tersinggung tidak diperdulikan oleh Alqomah. Menurut ibunya Alqomah lebih mendahulukan istrinya daripada ibunya. 

Kemudian Rasulullah meminta ibunya untuk memaafkan Alqomah agar wafatnya mudah, tetapi sang ibu tidak mau memaafkannya. Maka Rasulullah mengancam akan membakar Alqomah untu mempercepat kematiannya dan menghilangkan penderitaannya. Sang ibu pun tidak ingin Alqomah dibakar, akhrinya ibu memaafkan Alqomah. Dan Alqomah pun meninggal karena ridha ibu yang memaafkannya.

Dari Abu Hurairah r.a, Rasululloh saw bersabda, “ Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).

Untuk bisa mewujudkan keluarga dambaan, keluarga yang harmonis hanya dirasakan oleh kekuarga yang menjadikan pemahaman agama diamalkan dalam kehidupannya. Ibu dan anak menjalin kasih bagaikan sahabat yang tidak bisa dipisahkan. 

Dan lahirnya keluarga harmonis tidak lepas dari tanggung jawab negara. Negaralah yang memberikan solusi tuntas dalam setiap permasalahan, baik individu, keluarga, masyarakat. Karena itulah tanggung jawab negara yang mengatur kehidupan dengan sistem yang Islam. Matinya sistem kapitalisme, bangkitnya Khilafah Islamiyah.
Wallahu a'lam bishshawwab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama