Oleh : Ummu Chaera
Praktisi Pendidikan


Masalah negeri ini tak akan pernah berhenti selama sistem rusak masih tetap dipertahankan. Berbagai masalah yang kerap datang tak mampu menjadi sebuah pelajaran tapi malah dianggap sebagai kewajaran.

Kembali muncul kasus memilukan, seorang anak yang tega memenjarakan orang tuanya sendiri hanya karena hal sepele.

Dilansir oleh detik com,
Seorang ibu kini sedang mendekam dipenjara di kota Demak, karena pengaduan dari seorang anak yang dikandungnya selama 9 bulan,yang dianggap telah menganiayanya. Sang anak tega melaporkan perbuatan ibunya hanya karena luka yang tak berarti dibandingkan dengan luka ibu saat mengandung dan melahirkannya.
(detik.com,09/01/2021)

Miris memang, generasi yang lahir dari rahim sekuler yang merupakan imbas dari kapitalisme ini telah melengkapi kerusakan generasi negeri ini. Tak cukup hilang rasa keimanan dalam dada, mereka pun kehilangan rasa kemanusiaan dalam jiwa. 

Sehingga aktivitasnya tak terselip sedikit pun rasa takut dosa dan neraka, hanya mengutamakan kepuasan raga semata, bahkan tak ada nilai dalam amal apa pun selain materi belaka. Hingga akhirnya, apa pun yang menghalanginya tak segan-segan ia singkirkan demi obsesinya, tak peduli apakah ia kawan atau pun lawan, baik atau buruk, karena tak ada standar bagi perilakunya kecuali  nafsu yang menguasai dan dalih hak asasi.

Entah di mana tempat Pencipta-nya berada, karena faktanya di rumah atau pun di kehidupan, nyaris tak ditemukan. Di rumah tak ada adab di hadapan orang tua, di luar dengan pongah tawuran antar sesama. Hingga jelas, bahwa sistem rusak ini bukan lagi sekadar memisahkan agama dengan kehidupan tapi sudah menghilangkan agama dari diri manusia.

Berbeda dengan generasi yang lahir dari buaian keimanan, ia akan menjadi pribadi yang beradab, ia akan berhati-hati dalam bertindak karena setiap aktivitasnya akan dilihat oleh Dzat Yang Mengawasi dan dicatat oleh malaikat yang teliti.

Selain itu, rasa kemanusiaan yang biasa digaungkan oleh kaum liberal yang semu hanya bisa muncul pada pribadi yang takut pada siksa Rabb-nya yang berlaku, ia melakukakan setiap aktivitasnya hanya karena perintah-Nya semata bukan pada materi atau pujian manusia. 

Sehingga tak mungkin terjadi seorang anak berani menyakiti orang tuanya dengan sikap dan tutur katanya, karena hal itu merupakan dosa besar dan pelakunya tak mampu mencium wanginya surga. Sebagaimana firman Allah Swt dan sabda Nabi saw.

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (QS. Al isra:23)

“Dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah dan durhaka pada kedua orang tua.” (HR. Bukhari).

“Baunya surga dapat dicium sejauh perjalanan 1000 tahun. Demi Allah tidak akan menciumnya seseorang yang mendurhaka kepada ibu bapaknya…” (HR At-Tabrani)

Sungguh berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan perbuatan yang mulia, karena ia disandingkan dengan keimanan kepada Allah Swt. Sehingga pahala dan dosa pelakunya memiliki nilai yang sama dengan akidah.

Jadi, hanya di sistem Tuhan manusia sajalah kemuliaan keluarga dan generasi shalih terwujud, karena  keberkahan dan keselamatannya bersama lantunan doa-doa orang tua dan Rabb-nya. Sedangkan pada sistem buatan manusia hanya kesengsaraan anak manusia yang ada, karena ia hidup dalam laknat orang tua dan Tuhan-Nya.

“Tak ada dosa yang lebih pantas untuk Allah segerakan azabnya di dunia disamping juga diakhirat kecuali dosa durhaka kepada kedua orang tua.” (HR. Abu Daud).

Oleh karena itu, saatnya bagi kita melepaskan diri dan bangsa ini dari cengkraman sistem demokrasi sekuler. Karena sistem ini telah mengintimidasi hingga kriminalisasi manusia. Yang menjadi pertanyaan, generasi manakah yang hendak kita bangun sekarang?

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

أحدث أقدم