Oleh: El Syifa Abdurrahman 
Ibu Rumah Tangga dan Member AMK


Kata mereka diriku selalu dimanja 
Kata mereka diriku selalu ditimang
Nada-nada yang indah 
Selalu terurai darinya 
Tangisan nakal dari bibirku 
Takkan jadi deritanya
Tangan halus dan suci 
Telah mengangkat tubuh ini 
Jiwa raga dan seluruh hidup rela dia berikan

Penggalan lirik lagu yang dinyanyikan oleh Melly Goeslaw ini menggambarkan betapa besar kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Seorang ibu rela memberikan apa saja demi kebahagiaan buah hatinya. Sampai ada ungkapan yang populer kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. 

Ungkapan tersebut nampaknya tidak berlaku untuk ibu berinisial MT (30) asal Nias Utara, Sumatera Utara yang tega membunuh ketiga buah hatinya yang masih balita dengan cara menggorok lehernya.

Dilansir dari detik.com (14/12/2020), kejadian ini menurut Humas Nias Aiptu Yansen kepada wartawan, Kamis (10/12).  "Suami pelaku berangkat bersama ke TPS II Desa Banua Sibohou untuk melakukan pencoblosan terhadap calon Bupati dan Wakil Bupati Nias Utara dan sebelum keempatnya berangkat mereka pamit terlebih dahulu kepada pelaku inisial MT dan para korban. 

MT melakukan tindakan pembunuhan ini dipicu himpitan ekonomi. Nasib tragis pun tak dapat dihindari karena akhirnya MT pun meninggal dunia menyusul ketiga buah hatinya. MT meninggal karena sakit, akibat tidak mau makan.

Peristiwa yang menimpa MT dan ketiga buah hatinya, bukanlah yang pertama kali terjadi, ada banyak kasus serupa yang pernah terjadi. Pertanyaannya  kenapa seorang ibu yang secara fitrah sangat menyayangi anaknya sanggup menghilangkan nyawa anak-anaknya?

Dalam kasus yang menimpa MT himpitan ekonomi menjadi motif utama pelaku menghilangkan nyawa buah hatinya. Kondisi kita hari ini memang sedang diuji dengan pandemi yang berkepanjangan. Banyak suami-suami yang harus kehilangan pekerjaan, situasi ini tentu berdampak terhadap istri. Sehingga Istri turut memikirkan perekonomian keluarga. Bahkan tak jarang pula terpaksa menggantikan posisi suami sebagai pencari nafkah. 

Hal ini berdampak terhadap bahtera rumah tangga, istri harus memikul beban ganda. Di samping harus mengurusi urusan domestik, harus pula menanggung nafkah keluarga. Kondisi ini jika tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan depresi. 

Namun, sebetulnya kondisi tidak ideal ini bukan hanya terjadi saat pandemi saja. Jauh sebelum pandemi pun kondisi ini sudah ada. Bukan hanya masalah ekonomi, tapi hampir di seluruh aspek kehidupan. Penerapan sistem kapitalisme menjadikan negeri ini tak kunjung keluar dari krisis multidimensi yang menderanya. Angan-angan hidup sejahtera dalam naungannya adalah bagai mimpi di siang bolong. 

Jika kita berbicara tentang kesejahteraan Islam telah membebankan tanggung jawab mewujudkannya pada tiga pihak yaitu, individu, masyarakat dan negara.

Beban pemenuhan kesejahteraan awalnya berada di pundak individu. Akan tetapi dalam konteks keluarga tanggung jawab ini dialihkan kepada suami sebagai kepala kelarga. 

Para suami akan didorong untuk bekerja, hanya saja jika kepala keluarga dalam hal ini suami tidak mampu karena alasan yang syar’i, maka akan dialihkan kepada ahli waris dan kerabat terdekatnya. 

Pilar kedua adalah masyarakat,di mana Islam telah mengajarkan bahwa seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Ini akan menjadi pendorong lahirnya kepekaan sosial atas dasar iman. Seorang muslim tidak akan membiarkan tetangganya kelaparan sementara dia tidur nyenyak. 

Pilar ketiga adalah negara. Negara harus memastikan setiap individu dan masyarakat bisa memenuhi tanggung jawabnya dalam mendapatkan kesejahteraan.

Mekanismenya dengan menyediakan sarana dan prasarana berikut kondisi yang ideal bagi keberlangsungan berusaha. Penyediaan lapangan pekerjaan, bantuan modal, penegakan hukum yang adil adalah upaya yang dilakukan negara dalam mewujudkan kesejahteraan. 

Negara juga akan mengeluarkan kas dari Baitul Mal untuk membantu orang-orang atau kelompok masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sekalipun mereka telah berusaha maksimal. Ini semua dalam rangka menjalankan fungsi negara sebagai pemelihara dan pengatur urusan umat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyatnya.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang artinya : “ Dan imam yang memimpin manusia adalah laksana seorang penggembala, dia akan dimintai pertanggung jawaban atas rakyat yang dipimpinnya. (HR. Bukhari Muslim) 

Mengakhiri tahun 2020 ini saatnya kita mencampakkan sistem kapitalisme sekuler menuju sistem Islam yang penuh berkah. 
Di mana dengan penerapannya kita akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah dalam Alquran surat Al-araf  ayat 6 yang artinya : 

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat- ayat) Kami itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." 


Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama