Oleh : Darni Salamah
Aktivis Muslimah Sukabumi


Sektor  perekonomian tentu bergantung kepada sumber daya alam. Indonesia sendiri begitu kaya akan minerba. Ironinya, kekayaan sumber daya alam tersebut menjadi objek ekploitasi dengan tujuan kepentingan kapitalis. Tentu, lagi-lagi kesejahteraan rakyat terancam. Tak hanya itu, alam Indonesia yang begitu kaya pun kian rusak.

Berdasarkan  data Global Footprint Network tahun 2020, Indonesia mengalami defisit ekologi sebanyak 42%. Angka ini menunjukkan, konsumsi terhadap sumberdaya lebih tinggi daripada yang saat ini tersedia dan akan menyebabkan daya dukung alam terus berkurang. Padahal negara tropis umumnya ada di peringkat 10 besar urutan index modal alam. Hal tersebut tentu berimbas apda melemahnya perekonomian negara.  (Mediaindonesia.com,11/02/ 2021).

Bencana yang tak berhenti menerpa sebagian wilayah negeri awal tahun 2021 ini.  Longsor Sumedang yang mengakibatkan  38 jiwa meninggal, 29 rumah rusak dan ribuan orang mengungsi.  Banjir Kalimantan Selatan yang terjadi pada (13/1),  sebanyak 13 kabupaten/kota terdampak. Akibatnya, 15 orang meninggal dan sekitar 112.709 orang mengungsi. Banjir dan longsor pun terjadi di Manado, Sulawesi Utara. Banjir juga terjadi di Kabupaten Lamongan dan Sidoarjo, Jawa Timur, Kabupaten Pidie, Aceh, hingga Kota Cirebon, Jawa Barat. Paling akhir, Selasa (19/1), banjir terjadi di kawasan Puncak Bogor. Penyebabnya pun sangat klise : rusaknya daya dukung ekologis di daerah-daerah dataran tinggi serta akibat wilayah hutan yang teralih fungsi.

Masifnya pengalihan fungsi hutan di Kalimantan misalnya, berimbas pada terus menerusnya bencana ekologi yang terjadi. Mengingat 3,7 juta hektar hutan di Kalsel sebanyak 50 persennya sudah dialihfungsikan menjadi pertambangan dan perkebunan sawit. Menurut Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono, masifnya pembukaan lahan yang terjadi secara terus menerus turut andil dari bencana ekologi yang terjadi di Kalimantan selama ini.
Tak hanya banjir, juga terjadi gempa bumi di Mamuju dan Majene pada Kamis (14/1). Akibatnya, 88 orang meninggal per Selasa (19/1) berdasarkan pencatatan Basarnas Makassar. Selain itu, menurut data BNPB, hingga Senin (18/1) sebanyak 253 orang mengalami luka berat, 679 orang luka ringan dan sebanyak 19.435 orang mengungsi 
(cnnindonesia.com, 19/1/2021) 

Dan masih banyak lagi bencana yang terjadi di wilayah lain seperti  gunung meletus. Gunung Semeru yang berada di Jawa Timur mengeluarkan Awan Panas Guguran (APG) dengan jarak luncur kurang lebih 4,5 kilometer pada Sabtu (16/1) pukul 17.24 WIB. Pada Senin (18/1), Gunung Merapi  perbatasan Jawa Tengah dan DIY pun  kembali mengeluarkan awan panas. 

Pengadopsian kapitalisme yang berlandaskan sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) menjadi sebab praktik kolusi dan oligarki yang dilakukan penguasa dalam mengeksploitasi sumber daya alam yang menyebabkan defisitnya ekoligi hingga angka 42 persen. Ironisnya, bencana terus berulang sepanjang tahun tanpa ada upaya serius memperbaiki kesalahan mendasar yang menyangkut pembangunan yang dikaitkan dengan keseimbangan ekologi. 

“Telah nyata kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan Allah SWT).” (TQS ar-Rum [30]: 41)

Degradasi ekologi yang menyebabkan defisit, disebabkan karena tidak diterapkannya sistem Islam yang menjaga manusia untuk tidak semena-mena melakukan kemaksiatan yang mengundang bencana. Jika sudah demikian, lantas sumber daya apa yang akan kita sisakan untuk generasi bangsa bila terus mempertahankan  ideologi dan sistem sekularisme-kapitalisme yang menjadi akar permasalahan pengelolaan sumber daya yang kian menimbulkan problematika baru. 

Sudah saatnya menerapkan sistem yang telah Allah Swt turunkan, dengan menerapkan syariah Islam secara kafah dalam setiap aspek kehidupan. Hanya sistem Islam yang mampu menjaga dan melindungi sumber daya alam dari keserakahan para Kapitalis. Apabila sumber daya alam yang ada dikelola dengan benar maka keseimbangan alam akan terjaga dan umat bisa hidup sejahtera.

Wallahu a'lam bishshawab.

1 Komentar

  1. Penjajahan era modern, sumberdaya minerba kita di keruk ke luar negeri dengan harga, yang jauh dari kata layak...

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama