Oleh : Indi Lestari


Kehidupan generasi millenial sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, apapun bisa di search tanpa ada batasan, tanpa ada rentan waktu semua bisa dicari. Di dunia nyata generasi ini cenderung introvert tertutup tapi di dunia maya begitu aktif, serasa saatnya menunjukkan siapa aku, sudah tidak ada jendela pembatas dimensi. 

Hingga beberapa waktu lalu ungkapan spill the tea menjadi perbincangan hangat bahkan trending topic di twitter sebanyak 78.2% melakukan aktivitas ini. Sebenernya bahasa slang bukan hal baru tetapi baru-baru ini menjadi viral kembali. 

Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia, spill the tea memiliki makna 'menumpahkan teh'. Namun, mengingat ini adalah kata slang, sehingga itu bukanlah arti sebenarnya. Menurut Merriam-Webster Dictionary, kata 'tea' di sini tidak merujuk pada 'teh' melainkan huruf  T tersebut diartikan sebagai 'truth' atau 'kebenaran'. 

Sehingga spill the tea berarti bocorkan fakta atau kebenaran dari drama maupun permasalahan yang sedang terjadi. Umumnya, Ungkapan ini biasanya digunakan oleh mereka yang suka bergosip dan ingin mengetahui setiap detail kehidupan orang lain. (suara.com)

Menjadi mengerikan ketika dengan gamblang mulai dari akun dengan identitas atau pun akun anonim ramai-ramai menceritakan keburukan-keburukan yang pernah mereka lakukan. Baik cerita sendiri ataupun menceritakan kisah orang lain, dengan mudahnya menceritakan perbuatan maksiat, melakukan perzinahan, selingkuh dsb, otomatis itu menjadi perbincangan umum.

Ternyata semakin maju teknologi, informasi makin transparan. Moral kaum muda semakin tergerus lantaran tidak adanya filter budaya, mengumbar aib sendiri bahkan orang lain menjadi aktivitas yang disenangi.

Menjadi pertanyaan besar sebenarnya untuk apa mereka melakukan itu semua, apa yang menjadi tujuan dari mengumbar aib yang na'udzubillah kebanyakan adalah perbuatan maksiat. Bukannya bertaubat ketika melakukan maksiat ini dengan bangga mengumbarnya, sudah tidak punya rasa malukah , dan mirisnya generasi muslim juga malah ikut-ikutan.

Sangat disayangkan perkembangan teknologi diisi oleh orang-orang yang sudah tidak punya rasa malu dan justru dengan bangganya menceritakan aib sendiri.
Inilah generasi yang lahir dari sistem kapitalisme-sekuler, dimana manusia memiliki kebebasan untuk melakukan segala macam perbuatan meskipun itu kemaksiatan, sistem yang dimana kehidupan manusia tidak diatur oleh aturan agama. Generasi mudanya tak memahami Islam dan berani melakukan pelanggaran terhadap syariat, disempurnakan dengan penguasa yang abai terhadap generasi saat ini. 

Berbeda dengan generasi yang lahir dari sistem Islam, mereka merupakan generasi yang unggul, bukan hanya unggul dari aspek skill saja, tapi juga unggul dalam pola pikir dan pola sikap.

Pola pikir dan pola sikap yang unggul hanya akan lahir dari asas pemikiran (akidah) yang lurus, akidah yang memiliki cara pandang benar terhadap hakikat kehidupan dan tentang hakikat keberadaan manusia di dunia.

Dengan akidah ini mereka akan tertuntun untuk memiliki kesadaran yang lurus serta langkah hidup yang benar, sesuai dengan tujuan penciptaan manusia, alam semesta, dan kehidupan.
Dan sudah tentu dalam Islam, Allah melarang umatnya untuk membuka aib orang lain ataupun dirinya sendiri, bagaimana tidak Allah telah menutup aib kita tapi tidak tau malu nya kita mengumbarnya dengan kesadaran diri.  

Rasulullah saw bersabda :

"Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari,  kemudian di paginya ia berkata : wahai fulan,  kemarin aku telah melakukan ini dan itu padahal Allah telah menutupnya dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR. Bukhori Muslim) 

Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (TQS. An-nur : 19)

Tanpa benteng negara, berbagai kerusakan begitu mudah tersebar luas dan membentuk lifestyle yang jauh dari nilai-nilai adab, apalagi halal-haram. Ini menjadi bukti bahwa sistem saat ini telah gagal melindungi generasi sebagai penerus peradaban.

Wallahu'alam bishshawab.

Post a Comment

أحدث أقدم