Oleh : Erni Herniati
Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Dakwah


Sistem pernafasan manusia dapat dihitung kurang lebih bernafas selama 23 ribu kali. Manusia menghirup udara rata-rata 6,3 atau 13 liter permenit setara sekitar 492 sampai 1000 galon perhari. Semua sistem ini telah dirancang oleh Allah Swt., Zat yang Maha Pencipta dengan sangat sempurna. Dalam sistem ini pun terdapat organ yang sangat penting yaitu paru-paru yang mampu bernafas sangat sempurna.

Di tengah pandemi Covid-19  sekarang yang sudah berjalan dua tahun ini, haruskah manusia menyombongkan diri? Pantaskah manusia merasa lebih hebat dari Allah? Jawabannya tentulah sangat tidak pantas karena Allah lah yang telah mengatur dan menciptakan itu semua.

Al-Qur'an merupakan kitab suci dan firman Allah Sang Penguasa alam semesta. Kehidupan manusia (sistem fisiologisnya dengan seluruh sistem anatominya) adalah hasil ciptaan-Nya. Al-Qur'an merupakan firman dari Allah Swt. yang telah diberikan kepada Nabi Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril lalu disampaikan kepada manusia dengan cara mutawattir.

Salah satu yang dapat dilakukan oleh manusia sebagai mahluk adalah dengan banyak-banyak membaca Al-Qur'an. Kemudian memahaminya dan menjalankan isinya secara keseluruhan dengan penuh ketundukkan.

Jika kita harus memilih dan didesak untuk memilih salah satu, yaitu Al-Qur'an atau pemikiran manusia? Pastinya umat Muslim akan memilih Al-Qur'an. Dalam hal ini apakah layak Al-Qur'an yang jelas merupakan firman Allah Swt. harus disandingkan dan dibandingkan dengan pemikiran manusia?

Semua isi Al-Qur'an wajib diyakini bahwa isinya merupakan kebenaran dan keadilan. Al-Qur'an merupakan petunjuk bagi umat manusia agar terhindar dari kesalahan. Sebagaimana firman-Nya:

"Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an) sebagai kalimat yang benar dan adil, tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimatnya. Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Tahu." (TQS al-An'am [6]: 115)

Setiap yang telah Allah Swt. sampaikan kepada umatnya adalah benar, tidak pernah bimbang ataupun ragu kepadanya. Qatadah mengungkapkan terkait ayat di atas bahwa setiap ucapan-Nya adalah benar dan setiap keputusan-Nya adalah adil. Setiap larangan yang telah Allah Swt. serukan adalah batil serta tidak ada keadilan selain keadilan-Nya, tak ada kebaikannya melainkan hanya adanya mafsadat (kerusakan).

Telah dipahami bahwa al-insanu makaanul khatha wan nisyan, (manusia itu tempat salah dan lupa) sekuat ataupun sehebat apapun manusia, akal dan pikirannya pun terbatas.

Siapa pun yang telah  mengingkari maka ia pun dapat dikatakan kafir, ataupun sesat. Seorang muslim yang telah mengabaikan Al-Qur'an akan mendapatkan dosa, neraka, serta murka Allah Swt. Sebaliknya jika telah meyakini lalu ia telah mengamalkannya, maka akan mendapatkan surga, pahala serta ridha Allah Swt.

Jika seorang muslim dipaksa memilih antara Al-Qur'an atau pemikiran manusia maka jawabannya mutlak, yaitu wajib memilih Al-Qur'an. Al-Qur'an merupakan akidah yang wajib untuk diyakini.

Jika narasi yang beredar saat ini mengatakan bahwa radikalisme adalah sesuatu yang membahayakan, sementara sikap tegas yang telah memilih Al-Qur'an dianggap sebagai pemicu radikalisme, maka itu sama saja dengan menuduh bahwa Al-Qur'an itu buruk dan berbahaya. Sungguh sangat disayangkan jika seorang muslim malah menistakan kitabnya sendiri.

Al-Qur'an merupakan petunjuk bagi umat manusia. Barang siapa yang berpegang teguh dan meyakini Al-Qur'an maka mereka akan selalu diberi petunjuk dan cahaya di kehidupannya. Sabda Rasulullah saw.,

“Aku telah meninggalkan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selamanya, selama berpegang dengan keduanya, yaitu kitab Allah (Al-Qur'an) dan sunnahku.” (HR al-Hakim)

Al-Qur'an telah menjelaskan secara jelas misalnya tentang harta rampasan perang, tentang jihad, pezina, pencurian serta menjelaskan perkara ibadah, pakaian, halal dan haram juga akhlak.

Allah telah menjelaskan dalam salah satu  bahwa Al-Qur'an adalah petunjuk bagi umat manusia,

“Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu serta petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (TQS. an-Nahl [16]: 89)

Di dalam kitab-kitab fikih telah dijelaskan dan dibahas mulai dari bermuamalah, thaharah, al-qadha (peradilan), maliyah, jinayat, serta hudud, hingga masalah khalifah ataupun imamah.

Semuanya telah jelas, bahwa Islam telah mengatur semua aspek kehidupan manusia. Tak boleh sedikit pun mengingkari ayat Al-Qur'an, mengambilnya sebagiannya saja, ataupun menguranginya. Semuanya wajib dijalankan secara kafah (keseluruhan), jika tidak maka akan terjerumus pada kekufuran.

Dengan demikian, maka sistem sekarang yaitu sistem sekularisme sangatlah bertentangan dengan ajaran Islam. Menurut pandangan sekularisme, agama boleh ada tetapi tidak boleh dijalankan secara menyeluruh, dan hanya diperbolehkan untuk mengatur dalam masalah ibadah, keluarga dan aspek moral semata.

Dari mulai orde lama sampai saat sekarang ini paham sekularisme inilah yang telah dijalankan di negara ini. Mirisnya saat ini, paham sekularisme kian radikal. Paham ini bukan hanya memisahkan agama saja, tetapi sudah memasuki tahap membenci agama. Syariat Islam telah dijauhkan dalam semua pengaturan urusan di negeri dengan jumlah penduduk muslim terbesar sedunia ini.

Apa yang akan terjadi adalah kerusakan, jika sistem sekularisme ini terus ditegakkan. Itu karena sistem ini telah menyingkirkan ajaran agama dari kehidupan. Perilaku seperti ini merupakan dosa besar dan tentunya akan membawa kerusakan yang sangat parah. Allah Swt. berfirman:

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar),” (TQS ar-Rum [30]: 41)

Kondisi negara kita saat ini memiliki utang yang tembus mencapai 6500 triliun rupiah, korupsi pun semakin merajalela, sumber daya alam negara kita pun banyak yang telah dikuasai oleh bangsa asing, pemungutan pajak yang semakin tinggi, jumlah kriminalitas pun kian meningkat. Belum lagi jumlah angka kemiskinan yang terus bertambah. Itulah beberapa dampak buruk dari tidak diterapkannya Al-Qur’an dalam kehidupan. Tidakkah kita rindu kehidupan yang adil, damai dan sejahtera dengan menerapkan aturan yang berasal dari Allah Swt. semata? 
Wallahu a’lam bishshawab.

Post a Comment

أحدث أقدم