Oleh : Erni Herniati
Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Dakwah


Musibah merupakan qadha dari Allah dan pandemi Covid merupakan salah satunya. "Jika seorang muslim ridha terhadap qadha, Allah maka kebaikan pun akan segera datang." (QS al-Hadid [57]: 22)

Jika seseorang telah membenci qadha Allah Swt. maka Rasulullah saw. telah bersabda:
"Sungguh besarnya pahala itu seiring dengan besarnya ujian. Sungguh jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Siapa saja yang ridha untuk dia keridhaan itu. Siapa yang benci, untuk dia kebencian itu." (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Baihaqi)

Telah dinyatakan oleh Imam al-Qarati ad-Dakhirah "As-sakhthu bi al-qadha haram(un) ijma'(an)", bahwa "Membenci qadha adalah haram berdasarkan (ijmak)."

Musibah merupakan qadha, sehingga wajib dihadapi dengan kesabaran. Ia datang dari arah yang beragam. Jika Allah Swt. telah menguji hamba-Nya maka di saat yang sama Allah pun akan memberi kabar gembira kepada mereka yang sabar dalam menghadapi musibah. Sebagaimana disampaikan dalam firman-Nya Al-Qur'an surat al-Baqarah [2] ayat 155-157.

Rasulullah saw. pun telah mengajari kita untuk melakukan istirja' (mengembalikan segalanya kepada Allah Swt.) dan berdoa untuk menghadapi musibah.

Kita juga hendaknya memperbanyak ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah Swt. Seperti bersedekah, tilawah Al-Qur'an, shalat sunah ataupun taqarrub yang lainnya.

Syukur pun wajib terus dideraskan, dengan adanya musibah yang menimpa kita. Itu karena Allah telah lebih banyak memberi kita nikmat, baik berupa kesehatan, rezeki serta memberi kita kemampuan dalam menjalani kehidupan dan bisa menjalankan aktivitas sehari-hari dengan normal. Keadaan ini harus kita sadari dan syukuri bahwa semua itu merupakan  nikmat yang telah Allah berikan, sehingga dapat mendorong kita untuk terus mensyukurinya.

Jika kita telah meyakini semua yang terjadi adalah qadha Allah, maka dalam menghadapi wabah seperti ini kita akan mewujudkan kebaikan. Syukur dan sabar merupakan dua sayap yang harus kita miliki.

Di balik musibah yang Allah berikan banyak keutamaan dan kebaikan. Misalnya musibah pandemi seperti sekarang ini, ketika menghadapi pandemi wabah, jika kita menjalaninya dengan menetapi sabar dan syukur maka semua ini akan menghantarkan pada pahala syahid. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. terhadap wabah tha'un:

"Tha'un itu merupakan azab yang Allah timpakan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan Allah jadikan sebagai rahmat untuk kaum Mukmin. Tidaklah seorang hamba saat tha'un terjadi, berdiam di negerinya -dalam riwayat Imam Ahmad yang lain: lalu dia berdiam di rumahnya- seraya bersabar dan mengharap ridha Allah, dan dia menyadari bahwa tidak menimpa dirinya kecuali apa yang telah Allah tuliskan untuk dia, kecuali bagi dia pahala semisal pahala syahid." (HR al-Bukhari dan Ahmad)

Penyakit jenis tha'un adalah wabah yang bersifat menular. Ini mirip dengan berbagai penyakit menular seperti sekarang ini. Kemudian jika seseorang telah terkena wabah ini lalu meyakini bahwa semua ini merupakan qadha dari Allah Swt. serta bersabar dalam menjalani semuanya maka insya Allah, ia akan mendapatkan pahala, sama dengan pahala orang yang berjihad.

Siapapun yang di-qadha-kan wafat karena terinfeksi Covid-19, semoga termasuk golongan syuhada akhirat. Rasulullah saw. telah bersabda:
"Syuhada itu ada lima: al-math'un (orang yang mati karena tha'un), al-mabthun (orang yang mati karena penyakit perut/diare), al-ghariq (orang yang mati tenggelam), orang yang mati tertimpa reruntuhan dan orang yang syahid di jalan Allah 'Azza wa Jalla." (HR.Muslim)

Orang yang beriman serta taat kepada Allah Swt. berdasarkan hadis di atas, dia termasuk syahid akhirat. Sementara orang yang wafat karena berperang di jalan Allah, dia terkategori syahid dunia dan akhirat. Tetapi jika seseorang itu wafat namun tidak dalam kondisi taat kepada Allah Swt., maka hadis di atas tidak berlaku atas dirinya.

Siapa pun kaum muslimin yang telah wafat dalam keadaan terpapar virus Covid-19 dalam keadaan taat kepada Allah maka akan termasuk kategori golongan syahid akhirat.

Selain itu ikhtiar terbaik untuk mengatasi pandemi Covid-19 ini pun harus terus dan tetap dijalankan, baik dari level individu, keluarga, masyarakat, hingga pemerintah/negara.

Menurut ilmu kesehatan, dalam kondisi saat ini harus dilakukan segala upaya untuk mencegah infeksi wabah yang menular ini.  Pengamalan itu sama seperti sabda Rasulullah saw.:
"Firra min al-majdzum firaraka min al-asad (jauhilah penyakit kusta sebagaimana engkau lari dari kejaran singa)." (HR. Ahmad)

Mematuhi prokes (mencuci tangan, memakai masker dan senantiasa menjaga jarak pun harus tetap dilakukan. Hal itu karena data telah menyebutkan bahwa ketiga hal tersebut sangatlah berpengaruh besar untuk mencegah penularan.

Selain menaati prokes, masyarakat pun harus saling mengingatkan, menasehati serta bantu-membantu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagaimana yang telah disabdakan dalam hadis-hadis tentang hal itu.

Tanggung jawab pemerintah terhadap segala urusan rakyatnya pun wajib dijalankan. Terlebih di saat pandemi seperti sekarang ini. Sebagaimana sabda Rasullulah saw.:
"Amir (pemimpin) masyarakat adalah pengurus mereka dan dia bertanggung jawab atas (urusan) rakyatnya." (HR al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ahmad)

Maka dari itu pemerintah pun wajib melakukan ikhtiar terbaik dalam mencari solusi untuk mengatasi pendemi ini. Misalnya dengan melakukan pemberian layanan kesehatan gratis untuk masyarakat serta mencukupi semua kebutuhan pokok masyarakat. Hal itu satu paket yang berlakukan bersamaan dengan penerapan kebijakan karantina wilayah yang akan memutus arus pandemi.

Dalam hal ini selayaknya tidak ada pertimbangan untung rugi untuk konsisten dalam upaya menyelesaikan wabah secara total. Pemerintah harus menyediakan berapa pun biaya yang dibutuhkan untuk hal tersebut. Lebih lanjut bahwa pemerintah pun wajib memiliki kemauan dan keberanian dalam politik. Dimana ke depannya secara otomatis ekonomi akan menjadi lebih baik. Dibandingkan dengan jika terus menerus mengambil kebijakan perpanjangan PPKM. Dimana dampaknya akan lebih menghancurkan sektor ekonomi kerakyatan dan nyawa masyarakat secara umum.
Wallahu a'lam bishshawwab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama