Oleh. Suaibatul Islamiyah Muslimah Aktivis Dakwah

Sungguh ironi, musibah yang datang bertubi-tubi di negeri ini, kasus Covid-19 yang belum usai, utang negara melambung, kasus kenakalan remaja meningkat, angka kriminalitas naik tajam, kemiskinan, penghinaan terhadap agama dan ulama, korupsi menggurita, dan masih banyak lagi PR negara yang sangat penting serta harus diselesaikan.
Seolah menjauh dari berbagai masalah, kini ada saja kebijakan yang tak seharusnya dilakukan yakni mengaruskan moderasi beragama. Alih-alih menyelesaikan problem, dengan dalih toleransi semakin menambah beban yang sifatnya merusak pemikiran hingga penyesatan akidah umat.
Moderasi beragama adalah mengambil sebagian isi dari Al-Qur'an dan meninggalkan sebagian yang menurutnya tidak ekstrem, seperti hukum potong tangan bagi pencuri, hukum rajam dan jilid bagi pezina itu ditinggalkan.
Bahkan kebijakan moderasi beragama ini bisa mengarahkan umat semakin jauh dari Al-Qur'an yang merupakan wahyu Allah, sebagai satu-satunya sumber hukum yang seharusnya menjadi solusi untuk menyelesaikan berbagai masalah kehidupan, baik bagi muslim maupun nonmuslim.
Dalam hal ini kebijakan moderasi beragama semakin masif digaungkan, bahkan MUI dan parpol islam nampak mendukung kebijakan yang menyatakan tak ada larangan tegas dari syariat untuk mengucapkan selamat natal.
Sebagaimana Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Muhammad Cholil Nafis menyebut mengucapkan selamat Natal itu boleh. Namun hal tersebut hanya dalam konteks saling menghormati dan toleransi antar umat beragama. Pendapat tersebut ia sampaikan di laman twitter pribadinya, Jumat (17/12/2021).
Terlebih jika seseorang memiliki keluarga yang merupakan penganut nasrani ataupun pejabat yang memiliki rakyat beragama nasrani. Menurut Cholil, yang tidak boleh dilakukan seorang muslim adalah mengikuti upacara atau rangkaian kegiatan perayaan natal tersebut.
Harus Ada Batasan Akidah
Jelas pernyataan yang sangat menyesatkan serta membahayakan akidah umat, khususnya kaum muslim. Islam sebagai agama yang sempurna, mempunyai batasan toleransi yakni apa yang sudah tercantum dalam firman Allah:

لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ
“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." (QS Al-Kafirun: 6).
Maka tidak diperkenankan seorang pun mengotak-atik masalah yang bersangkutan dengan akidah. Apalagi sampai mencampuradukkan antara ranah amal dan akidah. Bahkan mereka merumuskan sendiri dengan aturan mereka atas nama kemanusiaan, kesetaraan gender, keadilan, persamaan, dan toleransi.
Jika dalam masalah akidah maka tidak ada toleransi. Dengan kata lain, tidak lagi dikatakan toleransi jika akidah yang harus dikorbankan, tentulah sangat berbahaya. Apalagi imbauan yang terkesan memaksa, seperti halnya edaran pemasangan spanduk ucapan selamat natal di Sulawesi Selatan harus tetap berjalan. Meskipun banyak menuai protes warga, kebijakan ini terus dijalankan.
Alasan Moderasi Digaungkan
Perlu diketahui sebelumnya istilah moderasi ini merupakan istilah bentukan barat. Moderasi beragama merupakan cara pandang beragama (Islam) yang disesuaikan dengan arahan nilai-nilai barat atau sekulerisme (memisahkan peran agama dari kehidupan). Sedangkan radikalisme menurut mereka merupakan paham yang menjalankan semua isi dari Al-Qur'an dan tidak mau menerima nilai-nilai barat.
Dari sini kenapa barat dan para antek-anteknya tidak berhenti menggaungkan istilah moderasi ini, yang tidak lain tujuannya untuk menjauhkan pemikiran umat muslim dari ajaran Islam itu sendiri. Moderasi beragama merupakan kamuflase dari liberalisme yang lahir dari rahim sekulerisme, sebagai alat penjajah untuk memfitnah ajaran Islam kafah serta mengadu domba umat. Demi mencapai kemenangannya yakni pertarungan idiologi politik Islam dan kapitalisme yang sesuai dengan rancangan Rand Corporation, lembaga think tank AS. Hal ini tertuang dalam dua buku yang berjudul Civil Democratic Islam, Partners, Resources and Strategies (2003) dan Building Moderate Muslim Networks (2007).
Karena barat memahami sisi kekuatan muslim berada pada keislamannya serta pemikirannya, yang sejatinya merupakan ruh kebangkitan. Semakin umat jauh dari pemahaman Islam yang sebenarnya maka semakin mudah umat terpecah belah dan semakin mudah untuk dijajah. Allah berfirman :
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (QS Al-Baqarah: 120).
Butuh Islam Kafah Bukan Moderasi
Inilah moderasi bertopeng toleransi yang lahir dari rahim sekulerisme (memisahkan peran agama dari kehidupan). Alih-alih memberikan solusi, faktanya umat semakin jauh dari didnding rahmat, yang mana kehidupannya semakin terpuruk dan terjajah dengan berbagi masalah yang terus datang bertubi-tubi. Mulai dari kerusakan moral, perzinaan, kasus korupsi, hingga terkikisnya akidah umat akibat dari moderasi itu sendiri. Maka sudah saatnya umat sadar serta mengembalikan jati dirinya sebagai seorang muslim yakni kembali kepada Islam Kaffah sebagaimana yang telah Allah perintahkan di dalam Qs.Al-Baqarah

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.(Qs.Al-Baqarah 208)
Sebagai seorang muslim yang beriman pasti memahami bahwa moderasi bukanlah solusi. Serta betapa pentingnya umat kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya yakni penerapan Islam kafah, yang sejatinya merupakan ruh kebangkitan umat. Demi terwujudnya persatuan umat dalam bingkai Khilafah, yang merupakan perisai atau pelindung umat sejati.

Allah berfirman:
“Dia (Zulkarnain) berkata, "(Dinding) ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila janji Tuhanku sudah datang, Dia akan menghancurluluhkannya; dan janji Tuhanku itu benar." (QS Al-Kahfi: 98).
Dalam tafsir ringkas Kemenang RI menyebutkan sesungguhnya dinding ini dan kemampuan untuk membuatnya adalah rahmat dari Tuhanku bagi hamba-Nya yang saleh. Dinding ini akan menjadi penghalang dari orang atau bangsa lain yang akan menyerang. Bangunan ini akan terus berdiri tegak sampai waktu yang Allah janjikan.
Dengan demikian umat muslim tidak lagi terjajah, karena sudah memilki dinding penghalang yang penuh rahmat bagi seluruh alam. Wallahu a'lam bishshawwab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama