Oleh. Mimi Muthmainah
Aktivis Dakwah


Sirine ambulans meraung-raung
Menembus garangnya sinar matahari 
Kotak berkaki empat terus berlari di kerumunan, berpacu mengejar sisa waktu 
Menerobos jalanan bergelombang, walau hiruk pikuk mengadang 

Timang-timang buah hatiku sayang,
melabuh erat dalam dekapan
Kudendangkan syair kehidupan
Di ujung nafasmu yang timbul tenggelam
Kumenghiba lara penuh pengharapan

Langit berselimut awan kelabu
Hatiku gamang tak bisa ditipu
Di atas sana, bidadari menunggu
Seolah ia berkata, ucapkanlah, "Selamat berpisah sayang" 
Lalu, malaikat maut pun datang meminang

Pusara di gundukan tanah merah
Berhiaskan kamboja merah muda
Tak letih mataku memandangnya
Sungguh rentan hati tiada berdaya, 
tercabik-cabik menyaksikan 

Malang melintang di arena kehidupan
Keberuntungan tak jua menyapa 
Beginilah nasib bani jelata, tak berharga akibat tiada berpunya
Di saat peraturan manusia merajai,
raga ancai, jiwa teraniaya

Berbuih lisan melontar kata
Bani jelata tak pernah dianggap ada 
Merayu memujuk sia-sia dengan  kalimat sakti pun tak berguna
Melukiskan lembaran kelam, menjejak noda-noda kepiluan

Duhai Allah yang Maha Kuasa Hapuskanlah derita bani jelata 
Selamatkanlah dari hawa nafsu keserakahan juga loba
Biarkanlah bani jelata hidup  sejahtera

Janganlah pernah lupa, dunia saja tak pernah lupa
Daulah pernah berjaya, kesehatan jaminan negara 
Bimaristan tegak dengan kemegahannya, hingga tak satu pun badan binasa

Ya, Ilahi Rabbi
Kutengadahkan tangan ke langit tinggi
Mengetuk pintu tirani dengan hati nurani
Kumohon tiada lagi duka nestapa
mendera bani jelata 
Cukuplah sampai di sini, kesehatan bak barang langka

Wahai bani jelata, walau duri menghujam sudah tak dirasa
Rapatkan barisan perjuangan 
Wujudkan hukum Sang Pemilik alam semesta, manusia dan kehidupan
Dengan sebaik-baik peraturan-Nya
tuk sudahi segala derita 

Borneo, 16/3/2022

Post a Comment

أحدث أقدم