Oleh. Ranti Nuarita, S.Sos.
Aktivis Muslimah Sukabumi


Yerusalem, terjadi penyerangan oleh Israel ke wilayah Masjidilaqsa di waktu subuh dini hari. Bukan kali pertama Israel melakukan penyerangan ini, justru kejadian ini menambah deretan panjang dan semakin intensnya konflik-konflik yang terjadi antara masyarakat Palestina dengan Israel. Tidak jarang pula penyerangan brutal ini dilancarkan Israel di waktu-waktu ibadah kaum muslimin.

Dikutip dari CNBC Indonesia, Di tengah bulan Ramadan ini, pasukan Israel tiba-tiba menyerbu kompleks Masjidilaqsa di Yerusalem Timur pada Jumat subuh dini hari (15/04/2022), ketika ribuan jemaah sedang berkumpul di masjid untuk salat subuh.

Akibatnya setidaknya 158 warga Palestina dikabarkan terluka dalam kekerasan ketika pasukan Israel menahan ratusan warga, seperti dikutip dari Aljazeera. (CNBC Indonesia, 16/04/2022)  

Aneh tetapi nyata, sudah 74 tahun warga Palestina mengalami serangan-serangan yang serupa.  Namun, hingga hari ini dunia Barat yang menggadang-gadang HAM justru suara mereka hilang dan tenggelam.  Mereka bisu bahkan seakan-akan menutup mata setiap kali penyerangan, bahkan pelanggaran kemanusiaan itu terus menimpa warga di Palestina. Sangat berbeda dengan sikap mereka yang ditunjukkan saat ada invasi Rusia terhadap Ukraina. Di mana media sekuler Barat berlomba-lomba memberitakan agresi militer yang terjadi di sana.

Belum cukup sampai di situ. Warga Palestina tidak hanya dibiarkan dunia Barat, negeri-negeri kaum muslimin pun seakan-akan tidak peduli dengan penderitaan, bahkan rudal zionis yang sudah banyak merenggut nyawa warga di Palestina. Di saat warga Palestina khususnya kaum muslimin di sana menjaga Masjidilaqsa dengan ruh, jiwa, dan darah mereka. Para penguasa di negeri-negeri muslim seperti Uni Emirat Arab, Maroko, Sudan, Bahrain justru melakukan hubungan diplomatik dan ikut dalam perhelatan KTT Negev di Tel Aviv yang diadakan Israel pada 27 Maret 2022 lalu. 

Sebuah bukti pengkhianatan luar biasa negeri-negeri muslim terhadap kaum muslimin di Palestina. Alih-alih membantu Palestina melakukan perlawanan terhadap Israel, negeri-negeri muslim hari ini justru membiarkan  Palestina berjuang sendirian. 

Bukan tanpa alasan para penguasa negeri-negeri muslim hari ini seakan-akan menunjukkan pengkhianatan mereka. Sebab, sistem yang dianut dunia hari ini adalah kapitalisme, maka sangat mungkin akan lahir para pemimpin ruwaibidhah yang berkuasa hanya untuk melampiaskan keserakahan dan ambisi kekuasaan. Akhirnya para penguasa hari ini hanya bisa memberikan kecaman terhadap kejahatan, bombardir juga serangan-serangan yang dilakukan Israel kepada warga di Palestina tanpa pernah ada langkah nyata.

Di sisi lain bungkamnya dunia hari ini pun, tentu tidak terlepas dari usaha Israel yang bersenyawa  dengan kapitalisme dalam menggunakan mesin-mesin diplomasi, mesin-mesin propaganda, bahkan juga raksasa-raksasa media sekuler yang bahkan terus menarasikan wacana two state solution juga wacana normalisasi. Padahal sejatinya keberadaan Israel hanyalah penjajah, perampok, intruder, yang menduduki tanah Palestina dan mengusir penduduk muslim asli di sana. 

Sebagai kaum muslimin seharusnya kita sadar bahwa masalah konflik yang terjadi di Palestina bukan hanya sekadar masalah kemanusiaan atau perbatasan wilayah saja. Lebih dari itu,  persoalan ini sudah masuk dalam ranah ideologis, teologis, juga transedental. Bahkan para ulama mengatakan masalah yang menimpa Palestina hari ini adalah Qadhiyah wujud  bukan Qadhiyah Hudud. Artinya bukan sekedar masalah tapal batas antara Israel dengan bangsa-bangsa Arab, tetapi karena tatanan dunia mengadopsi konsep bernegara sekuler dan nasionalisme.

Akhirnya, akibat sekat kenegaraan bahkan juga konsep self determination rights yang ada hari ini menjadikan negeri-negeri kaum muslimin terpecah belah dan Palestina tidak memiliki penjaga secara otoritatif.

Maka dari itu untuk membebaskan Palestina dari kejahatan Israel yang bisa dilakukan kaum muslimin pertama ialah berdakwah. Memberikan edukasi pada umat, membangun literasi umat, berlomba-lomba menyadarkan umat tentang konflik sebenarnya yang terjadi di Palestina.

Saat umat sudah terpahamkan, selanjutnya adalah umat bersama-sama memperjuangkan solusi yang berasal dari tubuh kaum muslimin itu sendiri.  Memperjuangkan tegaknya institusi negara, umat sangat membutuhkan institusi Islam yang menerapkan ideologi Islam secara paripurna (kafah)  yakni khilafah. Sebab, penjagaan untuk kaum muslimin Palestina itu hanya bisa dilakukan oleh khilafah.

Khilafah dalam kepemimpinan seorang khalifah akan menjadi perisai bagi kaum muslimin Palestina. Khalifah akan mengirim pasukannya untuk memerangi kaum kafir Yahudi juga para penjajah dengan seruan jihad fii sabilillah demi melindungi kesucian dan kehormatan kaum muslimin. Bahkan dalam sejarahnya pun Palestina berhasil dibebaskan oleh seorang panglima sekaligus khalifah yaitu Shalahuddin Al Ayubi. Maka, Palestina harus kembali ketangan kaum muslimin melalui pembebas yang sesungguhnya yang punya kekuatan politik Islam dan di-drive oleh kekuatan akidah islam dengan syariat. Seorang khalifah dalam institusi khilafah yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunah.

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

أحدث أقدم