Oleh. Shinta Putri
Aktivis Muslimah Peradaban


Anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasluddin menilai kenaikan harga pangan dan energi seperti BBM dan LPG telah menjadi pukulan bagi daya beli mayoritas masyarakat negara ini. Hal ini diduga telah menaikkan angka kemiskinan.

“Saya meyakini kenaikan harga komoditas strategis seperti pangan dan energi ini telah berdampak luas pada rakyat Indonesia terutama terhadap masyarakat kelas menengah ke bawah,” kata Akmal di Jakarta, Senin (4/4). (JPNN.com) 

Kenaikan harga kebutuhan pangan masyarakat membuat goncang perekonomian Indonesia, diprediksi inflasi akan naik mencapai 5 persen. Meskipun masih di bawah Amerika yang inflasinya 8.5 persen per Maret 2022 (CNN Indonesia), namun kondisi kenaikan harga pangan yang signifikan akan berdampak buruk pada kondisi ekonomi masyarakat.

Dari sumber data Badan Ketahanan Pangan (BKP) menunjukan banyak pengeluaran keluarga 65 persen untuk kebutuhan pangan data tahun 2021. Ini menunjukan pengeluaran terbanyak untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari di sektor pangan. Sehingga jika kebutuhan pangan semakin meningkat maka ditahun ini pengeluaran rumah tangga  lebih membengkak.

Pengeluaran pangan rumah tangga yang dominan akan berbanding lurus dengan tingkat kemiskinan suatu kota atau kabupaten, meskipun indikasinya berbeda-beda tiap wilayah. Ini harus segera diantisipasi oleh negara. Naiknya semua kebutuhan pokok dan sumber energi akan menyebabkan dampak serius pada masyarakat yaitu kemiskinan massal akan meningkat drastis.

Lonjakan harga pangan terjadi ketika kondisi ekonomi rakyat masih dalam masa pemulihan akibat pandemi, menurut badan pusat statistik kemiskinan  9,71 persen pada bulan September 2021, dengan kata lain jumlah penduduk yang miskin bertambah 1,72 juta dibandingkan dengan periode yang sama ditahun 2019. Data ini dimasa pandemi belum lagi ditambah kenaikan harga pangan akan lebih memperparah kemiskinan meningkat.

Sangat menyedihkan tingkat kemiskinan yang naik menyebabkan kondisi masyarakat yang semakin terpuruk, dampak pandemi belum 100 persen pulih ditambah masalah kenaikan harga pangan yang meningkat tajam sedangkan pendapatan masyarakat tidak bertambah.

Pemerintah hanya memberi kebijakan yang tidak bisa menyelesaikan masalah seperti hal nya kenaikan minyak goreng meskipun ada penerapan satu harga 14000 perkg tetapi barangnya kosong, setelah dihapus penerapan satu harga, minyak goreng melimpah dengan harga fantastis 50rb kemasan 2liter.

Ini menunjukan bahwa rezim dalam sistem kapitalis saat ini kebijakan dari pemerintah hanya omong kosong belaka, rakyat semakin sengsara. Tidak ada keseriusan dalam menangani masalah kenaikan pangan, yang ada hanya himbauan supaya para pedagang tidak mempermainkan harga pasar di momen lebaran.

Dari tahun ke tahun setiap lebaran  harga barang kebutuhan menjadi mahal sudah menjadi kebiasaan yang sampai sekarang belum bisa terselesaikan. Tak heran jika kedepannya nanti diprediksi kemiskinan pun akan semakin bertambah, pengurangan karyawan pun juga akan terjadi karena banyaknya perusahan kecil maupun besar yang kolaps akibat mahalnya harga minyak bumi dan bahan produksi. 

Di samping itu sulitnya lapangan kerja dan mencari nafkah yang layak akan menyebabkan masalah rakyat semakin kompleks. Dimasa pandemi memang ada yang kekayaan meningkat tapi itu hanya segelintir orang, lebih banyak yang miskin daripada yang kaya jika kondisi masih seperti saat ini. Harga kebutuhan naik tajam. Siapa yang peduli dengan kondisi rakyat? Jika pemimpinnya saja tidak bisa segera mencari solusi atas permasalahan ini.

Sedangkan rakyat butuh setiap hari untuk makan karena termasuk kebutuhan pokok yang tidak bisa diganti. Keegoisan pemerintah dalam mengelola urusan rakyat yang seharusnya didahulukan daripada urusan para elit pemilik modal dan pejabat. Tidak punya simpati dan empati terhadap kondisi umat ciri pemerintah dengan sistem kapitalis, rakyat hanya dijadikan obyek untuk mendapatkan untung dengan menaikan pajak dimana-mana.

Sangat bertolak belakang dengan sistem Islam yaitu pemerintahan dalam institusi khilafah pemimpin sebagai pelindung dan penjaga umat akan melakukan tindakan yang tegas kepada oknum yang mempermainkan kenaikan harga pasar apalagi terkait kebutuhan pangan, tidak akan ditolerir karena itu kebutuhan dasar rakyat.

Negara akan memfasilitasi sarana prasana untuk meningkatkan produksi bahan pangan dengan menyediakan lahan dan seperangkat kebutuhan untuk mengelola lahan sehingga bisa menghasilkan bahan pangan yang berlimpah, seperti saat ini mulai dari singkong sampai daging semua mengambil impor ini juga sangat mempengaruhi kestabilan harga pangan.

Negara akan menggunakan mata uang yang anti inflasi yaitu penggunaan dinar dan dirham. Sehingga akan meminimalkan terjadinya inflasi yang akan membahayakan ekonomi negara.  Negara akan memberi bantuan kepada masyarakat yang tidak memiliki modal dan membuka lapangan perkerjaan seluas-luasnya sehingga kemiskinan sebisa mungkin ditekan.

Dan hanya dengan sistem aturan Islam lah akan muncul pemimpin-pemimpin yang amanah dan takut kepada Allah sehingga tidak berani berbuat dzolim, karena setiap apa yang dia pimpin semua akan dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya di yaumil kiamat kelak. Harapan kita semua untuk mendapatkan negara yang baik dan penuh berkah dari Allah SWT.

Wallahu a'lam bishawwab. 

Post a Comment

أحدث أقدم