Oleh. Shinta Putri
Aktivis Muslimah Peradaban


Founder of Drone Emprit and Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi turut prihatin dengan tulisan yang dibuat Rektor ITK Balikpapan, Prof Budi Santosa Purwokartiko.
“Tulisan Prof Budi Santosa Purwokartiko ini bisa masuk kategori “rasis” dan “xenophobic”.

Rasis: pembedaan berdasarkan ras (manusia gurun, Arab).
Xenophobic: benci pada orang asing (manusia gurun).
Saya kira beliau contoh korban “firehose of kadrunisasi”.

Jangan dicontoh ya.,” tulis Ismail Fahmi melalui cuitannya di akun twitter @ismailfahmi yang dikutip fajar.co.id, Minggu (1/5/2022). 

Keangkuhan para intelektual mendominasi, merasa kepandaian akademik lebih utama daripada ketundukan dan ketaatan kepada Sang Pencipta. Seolah-olah mengesampingkan keberadaan Tuhan yang wajib disembah, mereka malah mengagungkan prestasi akademik.

Mereka merasa para mahasiswi dengan kepandaian akademik diatas rata-rata kebanyakan tidak memakai kerudung, inilah manusia yang berguna dan bermanfaat untuk kemajuan negeri. Dari pernyataan yang kontroversi tersebut membuktikan bahwa Islamopobia sudah merebak kemana-mana.

Bukan hanya dari kalangan tidak berpendidikan bahkan yang berpendidikan pun ikut terjangkiti. Secara keilmuan para intelektual seharusnya lebih punya kemampuan berpikir yang lebih luas. Akan tetapi kenapa mereka juga alergi dengan ajaran Islam dan atribut-atributnya.

Semua ini adalah hasil dari paham sekulerisasi yang berhasil menancapkan ide menjauhkan agama dari kehidupan. Meskipun yang omong adalah orang Islam sendiri. Kaum muslimin benar-benar dijauhkan dari agamanya sendiri, mereka di cekoki dengan kehebatan intelektual di negeri-negeri kafir.

Sehingga para intelektual di negeri ini merasa bangga dengan ilmu dan pemikiran yang mereka dapat dari negeri-negeri kafir. Maka tak heran mentalitas mereka tergerus dengan mental sekuler, berani menantang ayat-ayat Alquran. Tidak takut kepada murkanya Allah SWT. 

Inilah hasil dari sistem demokrasi yang mengagung-agungkan ide kebebasan untuk berpendapat. Kebebasan yang kebablasan tanpa disertai dengan ilmu agama. Sistem demokrasi mencetak manusia menjadi pribadi yang sombong dan kufur terhadap nikmat Allah SWT. 

Sangat berbeda dalam sistem kehidupan yang diatur oleh Islam. Manusia-manusia yang dicetak dalam sistem islam manusia yang mempunyai kepribadian Islam, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Tidak angkuh dengan prestasi yang mereka miliki, justru rendah hati, dan merasa bahwa manusia ini adalah lemah dan terbatas kemampuannya.

Kepandaian yang dimiliki semua di kerahkan untuk kemajuan dan kebaikan Islam, maka dimasa pemerintahan Islam muncullah para ilmuwan yang hebat bukan hanya pandai ilmu akademik tetapi juga menguasai ilmu Islam secara menyeluruh. Bahkan ilmuwan Islam lebih hebat dari pada ilmuwan negeri kafir saat ini. Seperti contoh Ibnu Sina, Al khawarizmi, Al kindi dll.

Hanya dengan sistem Islam kan akan mencetak manusia yang tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Serta takut akan adzab dan murka Nya. Semoga kita semua dijauhkan dari ide pemikiran sekularisme yang menyesatkan. Hanya Islam yang bisa menghilangkan islamphobia yang menjangkiti umat.
Wallahu a'lam bissawwab. 

Post a Comment

أحدث أقدم