Oleh Ranti Nuarita S.Sos.
Aktivis Muslimah


Belum kering luka akibat pernyataan islamofobia yang dilakukan oleh seorang petinggi di sebuah institusi pendidikan di Indonesia. Kali ini dunia Islam kembali tersakiti dengan ujaran kebencian terhadap Islam yang dilakukan oleh juru bicara partai Bharatiya Janata Party (BJP) Nupur Sharma yang merendahkan Nabi Muhammad Saw. di sebuah acara debat televisi. Tidak hanya itu bahkan sebelumnya, kepala operasi media BJP Delhi, Naveen Kumar Jindal juga mengunggah sesuatu  mengenai Nabi Muhammad Saw. Akibat dua pernyataan yang dinilai merendahkan Nabi Muhammad saw. tersebut akhirnya melahirkan bentrokan antara umat Hindu dan Islam India.

Dikutip dari Republika.co.id,  Kepolisian India mengumumkan pada Sabtu (11/6/2022), bentrokan antara umat Hindu dan Islam di India timur memakan korban dua remaja pada Jumat (10/6/2022). Bentrokan ini buntut dari pernyataan menghina yang dilakukan pejabat Bharatiya Janata Party (BJP) kepada Nabi Muhammad saw.(Republika.co.id,12/06/2022) 

Bukan kali pertama kasus penghinaan terhadap Islam muncul ke permukaan, kasus lain seperti penghinaan terhadap jilbab oleh politikus  Prancis, Charlie Hebdo yang dua kali menghina Nabi saw. dengan menampilkan karikatur yang tidak sopan di tahun 2006 dan 2020 dan penghinaan lainnya, menjadi bukti bahwa dunia sedang masif menggaungkan islamofobia global.

Bukan tanpa alasan hari ini semakin banyak sekali ujaran kebencian dan penghinaan terhadap Islam, karena memang dalam diri orang-orang kafir telah tertanam rasa kebencian terhadap Islam. Di sisi lain jika dicermati secara mendalam, maka semua permasalahan yang menimpa kaum muslim hari ini berakar pada penerapan sistem demokrasi sekuler. Sebuah sistem rusak yang pada praktiknya menafikan agama dari kehidupan. Menjadikan isu kebebasan sebagai senjata utama mulai dari kebebasan dalam berekspresi, bertingkah laku, serta kebebasan dalam memberikan pendapat, di mana semua kebebasan ini dilindungi dengan gagasan HAM.

Gagasan HAM dari sistem demokrasi sekuler ini katanya dibangun untuk menciptakan dunia yang ramah, toleran, aman, bebas terbuka, tetapi  pada faktanya saat ini seakan-akan mengarah pada pengkhianatan konsep yang diperjuangkan. Apa yang terjadi di India menjadi bukti nyata bahwa banyak kontradiksi dari gagasan HAM tersebut. Sebab, selalu saja ada perbedaan yang jomplang antara ucapan dan perbuatan jika menyangkut umat Islam. HAM  ibarat fatamorgana, sebuah ilusi sesaat bagi umat Islam, buktinya keberadaan HAM hari ini sama sekali tidak mengubah nasib kaum muslim. Kaum muslim tetap didiskriminasi, dipersekusi, dikriminalisasi. Bahkan dunia seakan-akan mengerahkan berbagai upaya agar islamofobia semakin tumbuh subur di segala penjurunya. War on terrorism, war on extremism, hingga war on radicalism, menjadi isu yang terus diangkat di banyak negara dari Barat hingga Asia.

Hal ini menjadi sebuah keniscayaan karena memang islamofobia adalah alat yang digunakan Barat untuk mengalihkan masyarakat dari kegagalan sistem demokrasi sekuler. Isu islamofobia juga terus diangkat agar umat sendiri ragu dengan Islam yang akhirnya membuat masyarakat menutup mata dari dari cahaya juga solusi Islam dan melupakan keburukan dari sistem demokrasi sekuler.

Di sisi lain ironisnya ketika islamofobia dan penghinaan terhadap Islam semakin masif, sikap para penguasa di negeri-negeri muslim dalam sistem hari ini hanya terbatas dengan memberikan kecaman dan pemboikotan, karena  tersandera kepentingan-kepentingan politik. Inilah realitas yang ada di tengah-tengah umat hari ini. Pada akhirnya sistem demokrasi sekuler menjadikan kaum muslim kehilangan muruah (wibawa) di hadapan Barat juga kaum kafir, membuat para penghina Islam tidak memiliki rasa takut bahkan kebanyakan dari mereka leluasa mengulang-ulang penghinaan terhadap agama  yang mulia ini. 

Sungguh sampai kapan pun tidak akan pernah ada otoritas yang mampu menghentikan penghinaan terhadap Islam kecuali jika umat hidup dalam negara yang menerapkan hukum Allah terikat dalam sistem Islam. Hanya dengan penerapan sistem Islam kemuliaan Islam juga umat akan terjaga. Sebab, sistem Islam dalam kepemimpinan seorang khalifah  akan menjadi perisai yang melindungi kemuliaan Islam juga kaum muslim. Sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda, 

“Sesungguhnya seorang imam itu laksana perisai. Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng." (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis tersebut tentunya bukan sekadar isapan jempol, karena tertulis dalam tinta emas sejarah Harun Ar-Rasyid, di era ‘Abbasiyah, telah menyumbat mulut jalang Nakfur Raja Romawi dan berhasil membuatnya berlutut. Ada Al-Muktashim memenuhi jeritan muslimah yang kehormatannya dinodai oleh tentara Romawi, melumat Amuriah, yang mengakibatkan 9000 tentara Romawi terbunuh dan 9000 lainnya menjadi tawanan.

Sudah seharusnya kaum muslim memperjuangkan tegaknya sistem Islam di muka bumi. Sebab, dengan tegaknya sistem Islam secara paripurna itulah yang akan menjadi pijakan untuk menyelesaikan segala masalah yang di dunia semisal islamofobia.
Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

أحدث أقدم