Oleh. Shinta putri
Aktivis Muslimah Peradaban
Pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya menimbulkan duka mendalam bagi dunia pesepakbolaan Indonesia. Ratusan Aremania dinyatakan meninggal dunia dan lainnya mengalami luka-luka akibat kejadian ini.
Muhammad Riandi Cahyono merupakan salah satu Aremania yang turut menjadi korban dalam tragedi tersebut. Dia dan kekasihnya sengaja menyaksikan pertandingan tersebut dengan mengendarai motor dari Blitar. "Sekarang saya tidak tahu di mana pacar saya, belum ketemu sampai sekarang," ucap pria yang berusia 22 tahun tersebut di RSUD Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Ahad (2/10/2022).
Pada saat kejadian, Riandi tak menampik ikut turun ke lapangan bersama Aremania lainnya. Hal ini semata-mata untuk menyampaikan protesnya karena Arema FC kalah dengan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan. (Republika.co.id)
Para pendukung Arema protes kepada pemain karena selama kurang lebih 23 tahun Arema tidak pernah kalah dalam pertandingan yang diadakan dikandang sendiri. Akan tetapi tindakan protes ini tidak direspon positif oleh aparat. Kemudian aparat menembakkan gas air mata dengan alasan tidak bisa mengatasi tindakan protes pendukung Arema yang anarkis.
Kerusuhan dalam persepakbolaan sering terjadi berulang kali, hal ini dikarenakan sikap fanatisme dari pendukung club' sepak bola. Alhasil tindakan fanatisme yang berlebihan kali ini membawa korban banyak 129 nyawa meninggal dunia dengan sia-sia dan kemungkinan jumlahnya masih bisa bertambah.
Berulangnya kerusuhan dalam dunia persepakbolaan terkesan dibiarkan oleh negara. Meskipun presiden Jokowi meminta kepada menteri kesehatan Budi shadiqin dan gubenur Khofifah untuk memantau kondisi korban yang masih dirawat dirumah sakit tapi tindakan ini sudah terlambat. Seharusnya sebelum pertandingan diantisipasi jika terjadi kericuhan atau masalah yang lain bisa diatasi tanpa menimbulkan korban jiwa.
Namun disatu sisi aparat memberi kesan tindakan represif dalam mengatasi kerusuhan yang katanya anarkis, jika memang betul anarkis seharusnya aparat tidak perlu menembakkan gas air mata. Karena aturan dalam FIFA apapun yang terjadi dilarang menembakkan gas air mata di arena pertandingan. Telah nampak jelas bahwa aparat bersikap represif dalam mengatasi kerusuhan. Gas air mata sangat berbahaya dampaknya membuat mata pedas dan sesak nafas yang luar biasa. Tak heran jika yang meninggal disebabkan dari efek gas air mata membuat sesak nafas.
Tragedi kerusuhan seperti ini tidak akan terjadi jika sikap fanatisme kepada golongan tidak menghinggapi jiwa anak-anak muda sekarang. Suka sepak diperbolehkan dalam Islam akan tetapi sikap fanatisme haram hukumnya. Daru Jabir bin Muth’im, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukan termasuk golongan kami orang yang mengajak kepada ‘ashabiyyah, bukan termasuk golongan kami orang yang berperang karena ‘ashabiyyah dan bukan termasuk golongan kami orang yang mati karena ‘ashabiyyah.” (HR. Abu Dawud No.4456)
Aparat harusnya juga mencari antisipasi yang tepat jika terjadi kerusuhan tidak bertindak yang berlebihan dengan menembakkan gas air mata. Karena gas air mata bukan hanya membahayakan satu orang tapi seluruh ruang arena terkena dampaknya. Beginilah sikap aparat dalam aturan kapitalis mereka tidak memperdulikan dampak yang terjadi sebelum bertindak.
Seharusnya petugas mengayomi rakyatnya malah membuat celaka dan sikapnya terkesan biasa saja tanpa rasa bersalah walaupun ada korban meninggal yang begitu banyak. Sangat berbeda dengan aturan Islam pertandingan sepak bola hukumnya boleh dilakukan asalkan tidak mengarah pada perjudian dan politik maka negara memfasilitasi pertandingan dengan sarana prasana yang tepat dan negara juga memberikan pembinaan Tetang larangan fanatik kepada golongan, sehingga kerusuhan seperti ini bisa dicegah dengan baik.
Hanya Islamlah yang melindungi nyawa manusia dengan baik karena dalam Islam satu nyawa lebih berharga dari dunia seisinya. Kita butuh secepatnya sistem aturan Islam supaya para generasi muda kita tidak terjebak dalam aktivitas yang menyesatkan. Pemuda harusnya diarahkan pada perjuangan Islam yang haqiqi bukannya malah mati konyol dalam fanatisme berlebih pada sesuatu yang tidak ada gunanya.
Wallahualam bissawab.
Posting Komentar