Oleh Arda Sya'roni

Life is never flat, kita sering dengar pepatah ini di salah satu iklan makanan ringan dengan bentuk bergelombang. Serupa dengan bentuk makanan ringan yang bergelombang tersebut, kehidupan yang kita jalani pun kadang bergelombang, tak selalu berjalan lurus. Kita akan menemui riak-riak kecil yang kadang membuat jalan kita tertatih. Kadang pula kita temui kerikil yang menghadang langkah kita. Atau bahkan bukit yang terjal pun jurang yang dalam. Ya, begitulah kehidupan.

Mengapa Allah memberikan kehidupan yang tak selalu lurus dan lancar layaknya jalan tol? Mengapa Allah kerap mendatangkan kesulitan-kesulitan bagi hamba-Nya? Apakah hidup yang tak selalu mulus itu tanda bahwa Allah tak mencintai hamba-Nya?

Berbagai pertanyaan kerap hadir di benak kita. Bahkan terkadang kita juga berprasangka buruk pada takdir Allah. Meski kita tahu bahwa takdir Allah tak pernah salah dan bahwa itulah yang terbaik bagi kita, tapi kerap iblis berbisik untuk meragukan keimanan kita. Nauzubillah, semoga kita tidak termasuk salah seorang diantaranya.

Ujian

Ujian yang diberikan pada manusia sesungguhnya adalah bentuk dari kasih sayang Allah, dimana Allah mengharapkan kebaikan bagi manusia tersebut
Allah juga tak segan memberikan rahmat dan pahala berlipat jika manusia itu bersabar. Ujian juga menandakan bahwa Allah sesungguhnya rindu pada hamba-Nya tersebut. Allah merindukan tangisannya, keputusasaannya dan kelemahannya. Juga untuk melihat seberapa dalam keimanannya, apakah iman yang diucapkannya hanya sebatas pemanis di bibir saja ataukah begitu dalam hingga berani mengorbankan segalanya.

Dalam surat Al Ankabut: 2, Allah berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

“Apakah manusia mengira bahwa kamu akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, 'kami telah beriman,' sedangkan mereka tidak diuji?

Sebuah hadits qudsi menyebutkan:
“Jika Aku mencintai hamba, maka Aku turunkan ujian (kesulitan dan kesempitan) kepadanya. Hal itu agar ia memohon kepada-Ku (agar ujian dapat diangkat darinya melalui doa-doa yang dipanjatkan).”

Macam Ujian

Ujian dari Allah tak selalu merupakan ujian Adakalanya itu adalah bentuk peringatan ataupun azab, ada juga yang berupa istidraj. Ujian itu pun tak selalu berupa keburukan semisal masalah atau musibah. Kenikmatan dan kesenangan pun bisa jadi merupakan ujian dari Allah. Fitnah juga merupakan salah satu bentuk ujian. Dalam Surat Al Anfal : 28 dijelaskan :

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

”Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah lah pahala yang besar”.

Lalu apa beda ujian, azab dan istidraj?

Ibarat sekolah, ujian hanya diberikan pada mereka yang ikut dalam proses belajar mengajar di sekolah tersebut, bila kita tidak turut bersekolah tentu kita diikutkan dalam ujian, bukan? Nah, begitu pula dalam sekolah kehidupan. Ujian hanya akan diberikan pada mereka yang 'belajar', dalam artian mereka yang mau belajar ilmu agama. Sedang azab atau peringatan Allah tentulah sebuah bentuk penghukuman atas dosa-dosa yang telah kita lakukan. Dan istidraj adalah sebuah bentuk pembiaran dari Allah. Allah akan memberikan semua nikmat meski sang hamba kerap bermaksiat. Rizkinya tetap mengalir tiada henti, semua usahanya sukses, anak-anak berprestasi, dan semua yang tampak indah yang didamba para hamba shalih. Namun, semua kenikmatan itu akan menemui akhir yang memilukan.

Untuk mengetahui ujian yang kita hadapi itu adalah benar sebuah ujian, azab ataukah istidraj tentu diperlukan sebuah muhasabah diri karena hanya diri kita sendirilah yang bisa menjawabnya. Namun, apapun bentuk ujian baik itu memang ujian, azab ataupun istidraj, pastilah Allah sesuaikan dengan batas kemampuan kita. Allah takkan mungkin mendzalimi hamba-Nya dengan memberikan beban di luar batas kesanggupan masing-masing hamba. 

“..... لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا”

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai batas kemampuannya...”
(QS Al Baqarah: 286)

Bagaimana Menghadapi Ujian?

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah memberikan ujian sebagai bentuk kasih sayang-Nya. Seseorang belum bisa dikatakan beriman bila belum diberi ujian. Dan manusia akan terus mendapatkan ujian itu hingga dosa-dosa terhapuskan, sehingga bila kembali ke hadapan Allah diharapkan telah bersih dari dosa. Lalu, bagaimana sikap kita saat menghadapi ujian? Tentunya kita hanya bisa bersabar sembari mencari solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Rida atas takdir yang menghampiri, berserah diri dengan selalu berharap ampunan dan rahmat Allah, dan berdoa menghiba kasih sayang Allah untuk membantunya keluar dari permasalahan tersebut. Tak lupa tetap berikhtiar untuk segera menyelesaikan masalahnya.
Wallahualam bissawab. []
Sidoarjo, 16 Juli 2023

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama