Oleh Rodlifatul Jannah 
Muslimah Peduli Generasi


Fenomena kekerasan, kriminalitas dan tawuran pelajar semakin meningkat trennya. Ini menjadi PR besar bagi bangsa. Mengingat, Indonesia akan memiliki bonus demografi yang luar biasa, akan menjadi ancaman besar jika perilaku generasinya rusak. Padahal remaja adalah generasi penerus dan harapan yang akan menerima tongkat estafet masa depan umat dan peradaban.

Siapa yang menjadikan remaja seperti itu? Biang keroknya adalah kapitalisme sekuler. Sederet potret buram remaja menjadi bukti kegagalan sistem kapitalisme yang diterapkan. Salah satunya melalui sistem pendidikan. Sistem pendidikan ala kapitalisme sekuler telah banyak menyedot waktu, pikiran dan energi siswa sehingga melupakan aspek pembentukan karakter dan kepribadian yang mulia.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan semestinya menjadi wadah untuk membentuk remaja yang berkualitas serta berkepribadian kuat sesuai dengan tujuan pendidikan, tetapi justru menimbulkan banyak masalah. Sekolah yang baik semestinya bisa mencetak kepribadian generasi yang berkualitas. Sebaliknya, sekolah yang buruk adalah yang abai terhadap hal-hal tersebut.

Serba Sekuler

Dengan penerapan kurikulum sekuler kapitalistik, para pelajar terbentuk menjadi pribadi yang rapuh, emosional, bahkan enggan dari mencari solusi dari berbagai persoalan kehidupan. Kata iman dan takwa hanya sebagai lip service, tidak mewujud dalam realitas. Untuk membentuk ketakwaan pada pelajar, apakah cukup waktu 2 jam dalam satu minggu belajar agama? Tidak dimungkiri, dalam kurikulum pendidikan saat ini, untuk mencetak sosok pelajar yang mukmin dan mutakin hanya bergantung pada materi pendidikan agama. Adapun dalam pelajaran yang lain, tidak ada penanaman nilai kepribadian untuk menjadi mukmin dan mutakin. Karena sistem pendidikan sekuler kapitalistik menempatkan agama jauh dari urusan pendidikan. Akibatnya, pelajaran umum bebas nilai yang sama sekali tidak tersentuh standar agama.

Lemahnya peran keluarga juga bisa menjadi penyebabnya. Banyak keluarga saat ini yang disibukkan untuk mencari materi sehingga mengabaikan terhadap pendidikan anak-anaknya. Sistem kehidupan kapitalisme mengakibatkan beban hidup setiap keluarga kian membelit. Pun para ibu sebagai pendidik pertama dan utama bagi anaknya tidak sempat memberikan perhatian dan kasih sayang yang sempurna. Karena kesibukan di luar rumah, bahkan turut membantu suami agar asap dapur tetap mengepul sehingga tak ada waktu lagi memberikan keteladanan.

Akhirnya anak mencari perhatian dan kasih sayang di luar keluarganya. Seperti, ke televisi, gadget, media sosial, dan media elektronik lainnya. Belum lagi kalau mendapat perhatian dari teman, geng dan lainnya. Yang ini bisa berpengaruh buruk pada kepribadiannya. Karena dia tidak mengenal kasih sayang yang sejati dalam rumah.

Potret buram remaja dapat diselesaikan dengan memperbaiki sistem hidup yang mempengaruhi pemahaman dan perilaku remaja. Ini membutuhkan peran dari berbagai unsur, yakni sekolah, keluarga, masyarakat, dan negara. Semua elemen memikul tanggung jawab yang sama dalam membentuk remaja yang baik dan berkualitas, berkepribadian yang dibangun atas iman dan takwa.

Keluarga Fondasi Pendidikan

Selain itu, keluarga merupakan tempat pertama dan utama pendidikan dan pembinaan terhadap anak (generasi). Rasulullah saw. pernah bersabda:

“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islam). Ayah dan ibunyalah kelak yang menjadikan dirinya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala).” (HR Al-Bukhari, Muslim, Malik, Ahmad, At-Tirmidzi, Abu Dawud dan An-Nasa'i).

Beginilah peran penting orang tua dalam mendidik anaknya. Diajarkan pada mereka tentang perilaku yang baik, budi pekerti yang benar, memilih kalimat-kalimat yang baik, sikap sopan santun, kasih sayang terhadap saudara dan orang lain. Serta diajarkan cara yang benar dalam memenuhi kebutuhan hidup dan memilih barang halal yang mereka gunakan. Dengan begitu, diharapkan kelak akan terbentuk pada anak pribadi yang saleh dan taat dengan aturan Islam.

Kontrol Sosial Masyarakat

Kemudian, yang menjadi lingkungan remaja menjalani aktivitas sosialnya adalah masyarakat. Maka masyarakat memiliki peran juga dalam mempengaruhi baik buruknya proses pendidikan, karena remaja merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Interaksi ini sangat dibutuhkan dan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan remaja.

Masyarakat merupakan sekumpulan individu yang mempunyai pemikiran, perasaan, serta interaksi mereka diatur dengan aturan yang sama. Maka ketika memperhatikan pentingnya menjaga atmosfer yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan remaja atau generasi, semua orang pasti sepakat memandang mana yang membawa pengaruh positif dan mana yang membawa pengaruh negatif bagi pendidikan generasi.

Jika melihat ada perkara yang membawa dampak pengaruh negatif maka mereka akan ikut mencegahnya. Jika itu perkara yang baik maka akan mendukungnya, misalnya melihat remaja suka nongkrong dengan aktivitas mungkin minum minuman keras dan sebagainya. Maka masyarakat akan ikut menasehati bahkan disuruh bubar atau mengajak mereka kepada aktivitas yang produktif. Inilah peran besar masyarakat sebagai kontrol sosial.

Peran Strategis Negara

Peran pokok dan strategis dalam membentuk kepribadian generasi ada di pundak negara. Dengan paradigma pendidikan yang merujuk pada asas akidah Islam, akan menjadi penentu arah dan tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum dan standar nilai ilmu pengetahuan yang serta proses belajar mengajar, termasuk penetapan kualifikasi guru dan dosen serta budaya sekolah maupun kampus tempat generasi eksis dan aktif. Ini diberlakukan mulai jenjang TK hingga perguruan tinggi. Diharapkan nantinya akan terbentuk kepribadian Islam pada anak didik, menguasai tsaqafah Islam dan ilmu-ilmu kehidupan (iptek dan keahlian).

Negara wajib memiliki visi pendidikan yang menjamin tercapainya generasi yang berkualitas dan menyediakan pendidikan bebas biaya bagi seluruh masyarakat. Negara menyediakan sarana dan prasarananya juga. Sehingga penyelenggaraan pendidikan bukan jadi ajang bisnis yang akan mengurangi mutu pendidikan. Tidak ketinggalan negara juga menyediakan tenaga-tenaga pendidik yang handal, berkepribadian Islam, memiliki pengabdian yang tinggi dan mengerti filosofi pendidikan serta cara-cara yang harus dilakukan. Negara juga melakukan kontrol dan menindak tegas terhadap hal-hal yang bisa merusak generasi, seperti media dan lainnya.

Sistem seperti ini tidak akan tegak pada negara yang menganut sistem kapitalisme sekuler saat ini. Yang mampu mewujudkan hanyalah negara yang menerapkan Islam secara kafah melalui institusi Khilafah Islamiah. Wallahualam bissawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama