Oleh Shinta Putri 
Aktivis Muslimah Peradaban 


Mucikari prostitusi anak, FEA alias Mami Icha 24 memerintahkan kepada para korban untuk mengenakan seragam sekolah sesuai keinginan pelanggan. Dirreskrimsus Polda Metro Jaya Kombes Ade Safri Simanjuntak mengatakan bahwa Mami Icha menjajakan para korban lewat sosial media. 

Selanjutnya, Mami Icha mengarahkan pelanggan untuk bertransaksi lewat aplikasi Line atau Telegram. Lewat aplikasi Line atau Telegram itu, Mami Icha membagikan profil para anak yang dijadikan sebagai pekerja seks komersial (PSK). Lewat komunikasi itulah, terkadang pelanggan meminta supaya korban anak untuk mengenakan seragam. (Media Indonesia, 24/9/2023) 

Sangat miris para mucikari menyasar anak di bawah umur, mereka memfasilitasi para laki-laki hidung belang untuk menikmati tubuh anak-anak. Negeri ini darurat prostitusi, nasib generasi penerus menjadi suram. Kehormatan nya ditukar dengan nilai yang membuat tak jelas masa depannya.

Eksploitasi anak terus terjadi dengan berbagai mekanisme, termasuk cara  haram  demi mendapatkan keuntungan. Cara apapun mereka lakukan demi bisnis prostitusi berjalan, dengan cara online ini lebih mudah mencari akses para pelanggan. Karena saat ini pengguna medsos lebih banyak.

Para mucikari mencari korban dan mangsa anak-anak dibawah umur dengan iming-iming uang. Tentunya ini cara jitu mempengaruhi mereka untuk tertarik melakukan hubungan seks kepada orang yang tidak mereka kenal. Di saat kondisi ekonomi yang terpuruk inilah kehidupan anak-anak terkena dampaknya. Mereka harus rela berkorban untuk mencari uang. Padahal bukan kewajiban mereka untuk mencari nafkah.

Realita ini menunjukkan bahwa anak berada dalam lingkungan yang tidak aman.  Negara gagal menjamin keamanan anak. Padahal dalam Undang-undang Dasar 1945 jelas di sebutkan kewajiban negara memberikan kesejahteraan dan kehidupan yang layak kepada anak-anak. Tapi realitasnya negara tidak peduli dengan kondisi anak-anak.

Inilah watak dari penguasa dalam aturan kapitalis. Mereka hanya mengutamakan kepentingan para pembisnis daripada urusan rakyat apalagi ini perkara yang sangat penting hubungannya dengan para generasi penerus bangsa. Anak-anak ini kelak akan menjadi pengisi peradaban selanjutnya.

Apa jadinya jika generasinya sebuah negara rusak fisik dan mental, tentu akan mempengaruhi existensi suatu bangsa. Negeri itu akan terpuruk dalam kemiskinan dan kebodohan. Apakah hal ini yang diinginkan oleh para pemimpin saat ini? Tentunya kan tidak ingin.

Berbeda hal nya dengan Islam menetapkan negara sebagai pihak yang berkewajiban menjamin keamanan anak. Kebutuhan dan kesejahteraan anak diperhatikan betul. Negara memberikan fasilitas keamanan yang ketat kepada anak-anak. 
 
Negara memiliki berbagai mekanisme perlindungan anak , termasuk dengan jaminan kesejahteraan, pendidikan kepribadian Islam, dan pemberian sanksi yang menjerakan bagi pelaku kejahatan prostitusi, salah satu kejahatan yang keji dan membahayakan jika dibiarkan. Namun jika negara memberi hukuman yang tegas bagi para pelaku zina dengan dirajam atau dicambuk. Maka pelaku kejahatan akan takut dan jera untuk melakukannya.

Beginilah peran negara dalam sistem Islam yang tidak ada duanya di dunia ini. Seharusnya negeri kita tercinta ini yang mayoritas penduduknya beragama Islam mau menerima Islam sebagai aturan kehidupan, bukan malah menolak dengan alasan keberagaman. Bumi ini milik Allah SWT seharusnya aturan kehidupan yang diterapkan adalah aturan dari Allah sebagai Al mudabbir. 
Wallahualam bisawab. []

Post a Comment

أحدث أقدم