Oleh Arda Sya'roni


From Zero To Hero merupakan American Idiom yang sering kita dengar terutama saat menyajikan materi-materi inspiratif pembangkit semangat dalam mencapai sebuah impian. Adapun arti From Zero To Hero sendiri adalah dari nol atau dari bukan siapa-siapa hingga menjadi pahlawan. Meski mungkin diri kita  yang terlahir bukan sebagai anak seorang raja, sultan, konglomerat, ulama besar atau tokoh termasyhur sekalipun, kita masih mempunyai harapan untuk menjadi seorang pahlawan yang mampu turut mengubah dunia. 

Perjuangan dari bukan siapa-siapa hingga menjadi pahlawan atau orang hebat ini tentulah bukan perjalanan yang mudah bagi kita yang bukan siapa-siapa. Perjalanan ini pastinya membutuhkan proses panjang yang melelahkan, menguras tenaga, pikiran dan emosi. Pengorbanan besar pun dikerahkan dengan sekuat tenaga, jatuh dan bangun. 

Meski tidak terlahir dari keluarga hebat, sejatinya kita tetaplah seorang petaruh tangguh yang telah memenangkan pertarungan besar. Ini terbukti dengan bagaimana kita bisa terlahir setelah mengalahkan ratusan sperma lain yang turut berjuang untuk mencapai sel telur. Dalam masa kandungan selama 9 bulan 10 hari pun tak sedikit rintangan yang harus dihadapi, tapi kita mampu melaluinya hingga terlahir di dunia, bukan? Itulah tanda bahwa sesungguhnya jiwa pejuang telah ada pada diri kita sejak awal.

Ibu Sebagai Pahlawan 

Menjadi seorang pahlawan tak hanya disandang oleh seorang pria, bahkan seorang ibu yang dianggap lemah pun bisa menjadi seorang pahlawan. Bagaimanakah seorang ibu menjadi pahlawan? Apakah harus dengan menggenggam laras senapan dan turut berjuang di medan perang? 

Sebuah narasi percakapan Iblis kepada anak buahnya :

"Jika kau ingin merusak sebuah keluarga, rusaklah dulu ibunya!"

Dari narasi iblis tersebut dapat dipahami bahwa peran ibu sangat penting dalam sebuah rumah tangga. Ibu bagaikan seorang pahlawan dan garda terdepan dalam menjaga pertahanan rumah tangga.

Ibu yang bahagia dan berilmu tentu akan menghadirkan energi positif serta membantu terwujudnya keluarga samara dan shalih. Sebaliknya ibu yang tidak belajar ilmu agama hanya akan menyusahkan suami, merusak anak-anaknya serta membinasakan umat. (Atsar Al-Ibrahiymiy: 4/49)

Ibu sebagai madrasah pertama dan utama bagi anak, maka berkewajiban untuk memberikan pengasuhan dan pendidikan yang sesuai dengan aturan Allah. Ibu juga wajib untuk mengenalkan Allah sejak dini pada anak, menanamkan akidah yang kokoh dan memberikan panutan langsung melalui perilaku dan tutur katanya.

Ibu dan Peradaban

Apabila seluruh muslimah yang berperan sebagai ibu mampu mewujudkan perannya sebagai madrasah pertama anak dengan baik, maka tentulah akan kita dapati banyak anak yang tangguh, shaleh, berakhlak mulia dan mencetak generasi yang mampu berpikir cemerlang. Bisa kita bayangkan, apabila seluruh anak di segala penjuru dunia ini adalah generasi tangguh yang shaleh, paham agama dan berpikir cemerlang, tentunya peradaban mulia pun akan didapatkan.

Jadi, tugas kita sebagai seorang ibu tidaklah sebatas mengasuh anak, tapi juga mendidiknya sesuai aturan Allah untuk menjadi pejuang Allah yang kelak turut membangkitkan kembali kejayaan Islam.
Wallahualam bisawab. 

Sidoarjo, 23 Nopember 2023

Post a Comment

أحدث أقدم