Oleh Ummu Husna


Miris, bagaimana bisa seorang anak yang dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tuanya mampu berbuat kejam kepada orang yang seharusnya dihormati dan ditaati.

Adalah seorang ayah yang dihabisi nyawanya oleh dua orang putri kandungnya sendiri. Pembunuhan berlangsung di toko perabot milik korban yang terletak di Jalan Masjid Baitul Latif, Duren Sawit, Jumat (21/6/2024).

Motifnya, "Karena sering dimarahi, kadang dipukul, dituduh mengambil barang milik korban, bahkan pernah dikatakan anak haram oleh korban. Ini berdasarkan keterangan tersangka," ungkap Ade Ary, Kabid Humas Polda Metro Jaya. (Tribunnews.com)

Hubungan antara anggota keluarga yang seharusnya saling menyayangi, saling melindungi, dan saling menghormati, telah dirusak dan dirobohkan oleh sistem sekulerisme-kapitalisme, yang melahirkan manusia-manusia miskin iman yang tidak mampu mengontrol emosinya, rapuh dan kosong jiwanya. Sehingga hanya karena dimarahi orang tuanya, seorang anak menyimpan dendam yang demikian besar sampai tega menghabisi nyawa orang yang sangat berjasa dalam kehidupannya. 

Di usia remaja, tindakan mereka sudah sangat di luar nalar, jangankan untuk birrul walidain, bahkan untuk berpikir tentang segala kebaikan yang telah diberikan orang tuanya saja tidak dilakukan, tindakannya lebih mengedepankan rasa sakit hati yang tidak seberapa dibandingkan dengan segala yang sudah diberikan oleh orang tuanya. Ini tidak bisa dipisahkan dari hasil sistem pendidikan yang juga sekuler yang tidak mendidik generasi agar memahami birul walidain, maka lahirlah generasi rusak dan merusak yang tidak lagi memiliki hati nurani.

Sungguh, penerapan sistem hidup kapitalisme gagal memanusiakan manusia. Manfaat, yang menjadi asas sistem kapitalisme membuat fitrah dan akal manusia tidak terpelihara, maka ketika orang tua dianggap tidak bermanfaat dalam kehidupannya, hanya menjadi penghalang tercapainya kesenangan dunia, maka orang tua akan disingkirkan. Sistem kapitalisme sekuler juga telah nyata menjauhkan manusia dari tujuan penciptaannya yaitu sebagai hamba dan khalifah yang akan menjadi rahmat di seluruh alam, yang senantiasa melaksanakan seluruh syariat Allah. 

Sangat berbeda dengan Islam, yang mendidik generasi menjadi generasi yang memiliki kepribadian Islam, dengan pondasi akidah Islam yang kuat anak-anak akan didorong untuk berbakti dan hormat  pada orang tuanya, juga memiliki kemampuan dalam mengendalikan emosi dan mengontrol garizah baqa sesuai dengan yang disyariatkan dalam Islam.

Islam juga memiliki mekanisme dalam menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindak kriminal. Berfungsinya peran keluarga dalam mendidik dan mengasuh dengan penuh kasih sayang dengan pola pengasuhan Islam, sehingga hubungan dengan sesama anggota keluarga akan berjalan harmonis.

Adanya kontrol masyarakat  dan juga penegakkan sistem sanksi oleh negara yang memberikan efek jera akan mencegah terjadinya segala bentuk kejahatan, dan ini semua hanya bisa diterapkan dalam sebuah negara yang menerapkan syariat Islam secara kafah. 
Wallahualam bissawab. []

Post a Comment

أحدث أقدم