Oleh Nur Hasanah, SKom
Aktivis Dakwah


Kriminalitas di Indonesia telah menjadi isu yang sangat mengkhawatirkan, terutama ketika pelaku tindak kriminal adalah remaja yang masih berstatus pelajar. Fakta menunjukkan bahwa pelaku kriminalitas sadis semakin banyak berasal dari kelompok usia muda. Perilaku kriminal yang mereka lakukan tidak hanya berupa tindakan kejahatan biasa, tetapi sering kali melibatkan kekerasan ekstrem dan tindakan sadis. Beberapa kasus bahkan memperlihatkan bahwa pelaku dan korban memiliki hubungan darah, seperti antara anak dan orang tua.

Dilansir dari liputan6.com 23/07/24, dua orang remaja putri membunuh ayahnnya dengan pisau karena sakit hati telah dimarahi ayahnya setelah mencuri uang ayahnya. Ada juga seorang anak remaja berusia 19 tahun, membunuh ayahnya yang sakit sroke karena sakit hati dimarahi ayahnya disebabkan tidak mematuhi ayahnya yang meminta bantuan untuk diantarkan ke kamar mandi.

Kasus-kasus ini mencerminkan fenomena yang memprihatinkan dan mengundang perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan pemerintah. Tindakan kriminalitas yang melibatkan kekerasan fisik, penyiksaan, bahkan pembunuhan, memperlihatkan betapa parahnya dampak degradasi moral di kalangan remaja. Perilaku sadis ini bukan hanya merugikan korban secara fisik dan mental, tetapi juga menciptakan ketakutan dan rasa tidak aman di masyarakat.


Penyebab Kriminalitas Sadis di Kalangan Remaja

Untuk memahami fenomena ini, penting untuk mengidentifikasi beberapa faktor yang berkontribusi terhadap meningkatnya kasus kriminalitas sadis di kalangan remaja. 

Beberapa faktor yang sering diidentifikasi meliputi:

1. Lingkungan Keluarga: Keluarga seharusnya menjadi tempat utama dalam menanamkan nilai-nilai moral dan agama kepada anak. Namun, disfungsi keluarga, seperti kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, dan kurangnya perhatian orang tua, dapat menyebabkan anak mencari pelampiasan di luar rumah. Hal ini dapat mendorong mereka untuk terlibat dalam perilaku kriminal.

2. Pengaruh Teman Sebaya: Remaja sering kali dipengaruhi oleh teman sebaya. Jika mereka berada dalam lingkungan yang mendukung perilaku negatif, seperti geng atau kelompok yang melakukan kejahatan, mereka cenderung ikut terlibat dalam aktivitas kriminal.

3. Media dan Teknologi: Paparan terhadap konten kekerasan melalui media sosial, video game, dan film dapat menumbuhkan sikap agresif dan perilaku sadis pada remaja. Media sering kali menggambarkan kekerasan sebagai sesuatu yang biasa atau bahkan heroik, sehingga mempengaruhi cara berpikir remaja.

4. Kurangnya Pendidikan Moral dan Agama: Pendidikan yang tidak seimbang antara ilmu pengetahuan umum dan pendidikan moral serta agama dapat menyebabkan kekosongan spiritual pada remaja. Tanpa landasan moral yang kuat, mereka lebih mudah terpengaruh oleh perilaku negatif.

5. Tekanan Sosial dan Ekonomi: Kemiskinan, ketidaksetaraan, dan tekanan sosial lainnya dapat mendorong remaja untuk melakukan tindak kriminal sebagai bentuk pelarian atau cara untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.

Sekularisme telah merusak tatanan kehidupan. Hasil pendidikannya, melahirkan manusia tidak lagi mempedulikan halal haram karena miskin iman. Hubungan keluarga sudah tidak lagi jadi pandangan, sehingga tidak terbentuk perasaan memiliki kewajiban berbakti kepada orang tua.

Pendidikan dalam sistem Kapitalisme melahirkan generasi rusak, karena tidak terbina nilai-nilai agama. Hubungan dengan Allah tidak dihadirkan. Pemikirannya hanya menjadikan materi sebagai tujuan. Fitrah dan akal tidak terpelihara sehingga tabiatnya tidak jauh beda dengan hewan.


Solusi dalam Perspektif Islam

Islam menawarkan solusi komprehensif untuk menangani masalah kriminalitas sadis di kalangan remaja. Solusi ini mencakup pendekatan preventif dan rehabilitatif yang berakar pada nilai-nilai agama dan moral. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil berdasarkan perspektif Islam:

1. Penguatan Pendidikan Agama dan Moral: Islam sangat menekankan pentingnya pendidikan agama dan moral sejak dini. Pendidikan agama tidak hanya terbatas pada pengetahuan teoretis, tetapi juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengajarkan nilai-nilai seperti kasih sayang, kejujuran, dan keadilan dapat membentuk karakter remaja yang berakhlak mulia.

2. Peran Keluarga yang Kuat: Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran penting dalam pembentukan karakter anak. Islam mengajarkan pentingnya keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang. Orang tua harus menjadi teladan yang baik dan memberikan perhatian serta pendidikan yang cukup kepada anak-anak mereka.

3. Kontrol dan Pengawasan terhadap Media dan Teknologi: Islam mengajarkan untuk menjauhi hal-hal yang bisa merusak akhlak. Oleh karena itu, pengawasan terhadap apa yang dikonsumsi oleh remaja melalui media dan teknologi menjadi sangat penting. Orang tua harus aktif pendidik dalam mendidik, memantau dan membimbing penggunaan media oleh anak-anak.

4. Penguatan Lembaga Pendidikan: Sekolah dan lembaga pendidikan lainnya harus mengintegrasikan pendidikan agama dalam kurikulum. Guru harus berperan sebagai pendidik dan pembimbing yang mampu menanamkan nilai-nilai moral dan agama kepada siswa.

5. Program Rehabilitasi dan Dakwah: Bagi remaja yang sudah terlanjur terlibat dalam tindak kriminal, Islam menawarkan pendekatan rehabilitatif melalui dakwah dan bimbingan spiritual. Program-program dakwah yang diarahkan khusus untuk remaja dapat membantu mereka kembali ke jalan yang benar dan memperbaiki akhlak mereka.

6. Masyarakat yang Peduli dan Saling Membantu: Islam mengajarkan pentingnya tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Masyarakat harus menjadi lingkungan yang suportif dan peduli terhadap perkembangan remaja. Program-program komunitas yang melibatkan remaja dalam kegiatan positif dapat mencegah mereka terjerumus dalam perilaku negatif.

Solusi-solusi itu tidak mungkin bisa dijalankan secara keseluruhan bila sistem yang digunakan, masih sistem yang sekarang. Butuh sistem yang benar-benar bisa menjaga manusia dari segala kemaksiatan. Sistem yang bisa mendidik manusia agar hidup sesuai fitrahnya, menjadi manusia, sebaik-baik mahluk yang Allah ciptakan. 

Hanya sistem Islam yang bisa memastikan masalah kriminalitas di kalangan remaja bisa selesai. Sistem Islam, mampu mendidik manusia agar terjaga dari kemaksiatan termasuk tindakan kriminal. Sistem Islam, memberikan efek jera kepada pelaku kriminal karena sanksi dalam islam sangat jelas dan tegas. []

Post a Comment

أحدث أقدم