Oleh Alfaqir Nuuihya 
Ibu Pemerhati Sosial


Imam Ahmad Bin Hambal Rahimahullah, ketika suatu saat bertemu dengan seorang Nasrani, beliau akan memejamkan matanya. Terkait hal itu, beliau memiliki alasan yang kuat, bahwa matanya tidak bisa digunakan untuk melihat orang-orang yang mengada-ada atas nama Allah bahkan telah berdusta atas-Nya (Thabaqat Al-Hanabilah 1/12).

Berbanding terbalik dengan sikap tokoh muslim kita, Nasaruddin Umar, seorang Imam Masjid Al-Istiqlal, dalam pertemuannya dengan tokoh Vatikan, yaitu Paus Fransiskus, Imam Masjid Al-Istiqlal ini memeluk erat dan mencium mesra tangan Paus Fransiskus. Dikutip dari cnbcindonesia.com – (05/09/2024). Menandakan tanda kecintaannya terhadap tokoh Katolik ini dan sikap empati yang sebenarnya justru terlarang di dalam Islam. 

Sepanjang kepemimpinan Rasulullah, ketika beliau menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. salah satu jalan yang ditempuh adalah dengan mengirimi mereka surat, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah kepada raja Romawi, Heraklius. 

Isi surat yang mengajak untuk memeluk Islam secara kafah. Sebab, hanya dengan mengikuti petunjuk Islamlah Heraklius akan selamat dan niscaya Allah pun akan memberinya pahala dua kali lipat, tetapi sungguh jika Heraklius ingkar maka dia akan menanggung dosa seluruh penghuni Romawi.

Berdasarkan hal tersebut Rasulullah saw. mencontohkan salah satu bentuk kecintaan kita terhadap nonmuslim. Bukanlah dengan gestur tubuh seperti memeluk atau mencium tangannya dengan mesra. Apalagi memberinya panggung untuk memberikan umat Islam petuah. 

Bentuk kecintaan kita terhadap orang nonmuslim adalah dengan mendakwahkan Islam kepada mereka, seperti halnya yang diajarkan oleh Rasulullah saat mengajak Heraklius. Sebab, sesungguhnya orang-orang kafir dari kalangan ahli kitab serta orang-orang musyrik tempatnya adalah di dalam Neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya, selama-lamanya.
 
Bahkan mereka adalah sejahat-jahatnya makhluk (QS. Al-Bayyinah, ayat 6). Maka, sudah sepatutnya, ketika kita mencintai mereka, kita memiliki kewajiban untuk menyelamatkan mereka dari panasnya neraka jahanam.

Penghormatan berlebihan terhadap tokoh nonmuslim menandakan lemahnya iman kita. Sebuah tindakan yang tercela, hanya karena takut kehilangan surga dunia, bahkan menjatuhkan izah kita sebagai muslim. 

Sejatinya, toleransi dalam Islam cukup dengan menghormati mereka tanpa harus berlebihan, menghargai mereka, dan membiarkan mereka beribadah tanpa mengganggunya. Namun, bukan berarti kita memfasilitasi ritual agama mereka, bahkan menjadi garda terdepan dalam melindungi mereka. 

"Lakum diinukum wa liyadiin." Surat Al-Kafirun ini sungguh telah jelas menggambarkan bagaimana seharusnya sikap kita terhadap nonmuslim. Sikap tokoh muslim terhadap kunjungan tokoh Vatikan ini sungguh bertolak belakang dengan nash-nash Al-Qur'an. Betapa banyak ayat Al-Qur'an yang menegaskan tentang sikap yang harus ditunjukkan terhadap kaum kafir ini. 

Salah satu contohnya di dalam surat Al-Fath ayat 29, Allah berfirman, "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka." Sungguh, ayat-ayat Al-Qur'an ini sangat bertolak belakang dengan fakta yang tengah terjadi saat ini. 

Banyak muslim justru mengidolakan dan menjadikan tokoh kafir sebagai teladan, bersikap lemah lembut terhadap mereka, tetapi justru keras terhadap saudara seakidah. Padahal jelas di dalam surat Al-Ahzab, bahwa teladan bagi muslim adalah hanya Rasulullah.
 
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah."

Jika kita cermati, kedatangan Paus Fransiskus ini tidak semata kunjungan biasa. Bisa dipastikan kunjungan ini memuat kekuatan politik dan salah satu jalan untuk menyebarkan pemikiran mereka, seperti moderasi beragama yang berarti menganggap bahwa semua agama benar.

Sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan), sinkretisme (mencampuradukkan ajaran berbagai agama), atau bahkan lebih jauh lagi, agar kita menjadikan paus sebagai teladan, serta meninggalkan Islam secara perlahan.

Terbukti, dalam pidatonya, Paus Fransiskus ini menyampaikan ide-ide mereka. Seperti menekankan untuk melawan ekstrimisme dan intoleran yang mengarah kepada Islam sebagai tertuduh sehingga diharapkan untuk diadakan dialog antaragama. Padahal jelas, Islam mengharamkan dialog antaragama ini karena sangat berbahaya, melemahkan umat Islam, dan khawatir akan menimbulkan keraguan atas ajaran Islam itu sendiri. 

Di satu sisi Paus Fransiskus ini membawa misi perdamaian, padahal jelas, bahkan Vatikan saja tidak mampu menyelesaikan genosida yang dilakukan oleh Zionis Israel terhadap Palestina. Di belahan dunia ketika Islam menjadi minoritas maka dipastikan akan menjadi bulan-bulanan, derita tiada akhir seperti yang dialami oleh muslim Rohingya, muslim di India, dsb. 

Bahkan, kunjungan ini menekankan untuk memberikan ruang pernikahan sesama jenis. Naudzubillah tsumma naudzubillah. Inilah salah satu hal yang harus kita tanggung ketika hidup di bawah negara sekuler. 

Tokoh-tokoh nonmuslim diberikan panggung seluas-luasnya dan bebas mengobok-obok ajaran Islam. Ini menunjukkan bahwa kita benar-benar sedang berada di bawah penjajahan Barat secara sadis, penjajahan dalam pemikiran yaitu melalui moderasi beragama.

"Islam itu tinggi dan tidak akan ada yang mengalahkan ketinggiannya." (HR. Addaruquthni). Oleh karena itu, kita tidak boleh menyamakan agama kita dengan agama yang lain serta tidak boleh mengikuti ajaran mereka sedikit pun.

Sungguh, ketika Islam mampu diterapkan secara syamil maka umat Islam tidak akan dijadikan bulan-bulanan oleh kaum kafir penjajah. Ketika syariat Islam diterapkan maka dipastikan akan menciptakan kesejahteraan dan kemuliaan umat Islam. Menjadikan umat Islam sebagai umat terbaik dan mampu menyebarkan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia melalui pintu jihad. 

Sungguh, saat ini umat Islam dipecah belah oleh kaum penjajah. Namun demikian, justru memperlihatkan kepada kita secara gamblang, bahwa ada golongan yang senantiasa berpegang dengan tali Allah, di satu sisi memperlihatkan kemunafikan saudara-saudara kita.

Benar, kedatangan Paus Fransiskus memporak-porandakan umat Islam. Namun esok atau lusa, Kota Roma dan seluruh dunia dipastikan akan bertekuk lutut secara sukarela, menyerahkan diri terhadap penghambaan hanya kepada Allah semata. Seperti janji Rasulullah dalam salah satu hadis, Rasulullah ditanya, "Kota manakah yang akan ditaklukan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma? Rasulullah pun menjawab, kota Heraklius ditaklukan terlebih dahulu (Konstantinopel). (HR. Ahmad)

Hari ini, betapa banyak saudara kita yang memperlihatkan kemunafikan mereka. Namun, di belahan dunia sana, betapa geliat manusia berkembang pesat dalam mengakui kebenaran Islam. Berbondong-bondong menerima ajaran Islam, melalu proses berpikir yang benar, bukan karena ketakutan akan tahta dunia. Kelak, Islam dipastikan kembali akan menguasai dunia di bawah naungan sistem Islam kafah. 

Wallahualam bissawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama