Oleh Ummu Diaz
Aktivis Dakwah


"Ibu adalah malaikat tak bersayap yang selalu rela berkorban, di pelukan ibu aku merasa aman."

Ibu adalah tempat ternyaman untuk anak-anaknya, bisa bermanja dan berkeluh kesah. Ibu adalah orang pertama yang akan menjaga anak-anaknya di saat susah dan senangnya. Ibu penolong pertama di saat anaknya terluka.

Namun, tidak di kondisi saat ini. Seorang ibu tega membiarkan anaknya dicabuli oleh kepala sekolahnya berinisial J (41) yang juga seorang PNS yang melakukan pencabulan terhadap anak remajanya selama 5 kali dan ibu kandung nya E sudah mengijinkan tindakan tersebut terhadap anaknya sendiri.

"Pelaku yang merupakan Kepala Sekolah Dasar, diamankan anggota Resmob Polres Sumenep pada hari Kamis tanggal 29 Agustus 2024 sekitar pukul 15.00 WIB di rumahnya, Desa Kalianget Timur. (Kumparan, 30/8/2024)

Naluri seorang ibu yang seharusnya menjaga mahkota anaknya malah sengaja merusaknya. Terbukti di sistem sekulerisme begitu mudah mematikan naluri keibuan dan di sistem ini juga seorang ibu bisa menghabisi nyawa anak-anaknya dengan tangannya sendiri. Belum lagi kasus pembunuhan bayi akibat hamil di luar nikah yang belum terdata. Maka bisa jadi, masih banyak kasus yang serupa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Matinya naluri seorang ibu di sebabkan banyak faktor, diantaranya:

Pertama, himpitan ekonomi. Di sistem saat ini sulitnya lapangan pekerjaan bagi laki-laki, efeknya kebutuhan di dalam rumah tangga tidak terpenuhi. Belum lagi biaya pendidikan yang semakin mahal, kesehatan yang tidak dijamin oleh negara, bahan pokok semakin mahal. Maka tidak heran jika seorang ibu rentan terkena setress bahkan depresi.

Kedua, ketidakharmonisan keluarga. Dengan hidup individualisme ini bisa menghilangkan rasa kepedulian terhadap sesama anggota keluarga. Tidak lagi saling menyayangi di dalam keluarga seakan-akan hidup sendiri dan ketika ada masalah di dalam keluarga tidak bisa menyelesaikan karena kurangnya komunikasi. Selain itu, peran seorang suami dan seorang ayah untuk anak-anaknya hilang, dengan alasan sudah terlalu lelah karena mencari nafkah untuk keluarganya.

Ketiga, ketidaksiapan menjadi orang tua. Kurangnya ilmu menyebabkan seorang ibu dan ayah tidak bisa memahami tugas dan kewajibannya masing-masing. Padahal seharusnya mereka sudah siap ketika anak itu lahir dan tumbuh dewasa dan bisa berjalan beriringan ketika mendidik anak-anaknya.

Namun ketiga Masalah tadi akan terus ada di sistem kapitalisme yang akan mematikan secara perlahan naluri seorang ibu, karena kapitalisme memandang segalanya berorientasi pada materi. Sehingga menggiring manusia untuk berfikir secara instan untuk mendapatkan materi, menomerduakan agama dan menjunjung tinggi kebebasan.

Tidak heran ketika umat saat ini hilang ruhiyahnya. Peran seorang ibu sudah mati rasa, peran seorang ayah yang seharusnya mengayomi keluarganya hilang tak tersisa, lingkungan yang individualisme dan hilangnya peran negara yang seharusnya bisa menjadi penjaga untuk rakyatnya dalam memenuhi semua kebutuhannya dan menyejahterakan seluruh rakyatnya, tapi kenyataannya negara pincang dalam menjalankan peran nya. Kebijakan negara malah menjadi beban dan memberatkan masalah ibu. Alih-Alih menjaga dan melindungi fitrah ibu malah justru mematikan. 

Mengembalikan fitrah seorang ibu dengan sistem kapitalisme jelas tidak mungkin. Bagaimana bisa mencuci wajah dengan air yang kotor, apalagi membersihkan kewarasan ibu? Maka butuh mata air yang bersih dan jernih untuk menyucikan kapitalisme dan sekularisme yang sudah jelas memberikan kotoran kepada pemikiran ibu.

Mata air apa yang bisa membersihkan hanya dengan sistem yang datang langsung dari sumbernya yang sesuai dengan fitrah ibu, yang menentramkan jiwa dan memuaskan akal apalagi kalau bukan dengan sistem Islam.
Yang akan mengembalikan peran ibu menjadi pendidik pertama untuk anak-anaknya, mendidik bukan dengan kebencian melainkan dengan kasih sayang, sebab anak adalah titipan dari Allah SWT.

Dan negara Islam menjadikan pondasi dalam kehidupan bernegara, sekaligus menjadi perisai seorang ibu dan calon ibu yang hebat. Tujuan negara mendidik bukan sekadar menjadi calon ibu yang baik, tapi sekaligus mencetak generasi yang unggul, maka negara yang akan berperan penting menjaga naluri keibuan.

Hanya dengan sistem Islam kafah yang akan mengembalikan naluri seorang ibu dan ayah yang bertanggung jawab dengan kewajibannya, dan negara memastikan umat sejahtera dan berakidah kuat dan kokoh. Untuk itu butuh seorang khalifah yang akan mewujudkannya dengan menegakan khilafah di muka bumi ini.

Wallahualam bissawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama