Oleh Leihana
Ibu Pemerhati Umat


"Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita.  
Coba kita tanya pada rumput yang bergoyang ..."

Lirik lagu karya Ebiet G. Ade yang sering kali diputar menjadi latar berita bencana alam ini benar-benar menjadi pelajaran penting. Sebab, kita yang mengalami atau mengetahui bencana alam yang menimpa belum tentu sudah melakukan koreksi diri seperti penggalan lagu tersebut. Memulai dengan banyak pertanyaan tentang penyebab bencana alam datang bertubi-tubi

Seperti yang diberitakan detik.com, bahwa terjadinya bencana alam yang memporak-porandakan beberapa kecamatan di Kabupaten Sukabumi, menurut BPBD curah hujan yang tinggi sejak 4 Desember 2024 menjadi pemicu bencana banjir bandang, longsor, dan pergerakan tanah, sudah terdata hingga 7 Desember 2024, sekitar 328 titik bencana yang tersebar di 39 kecamatan. (Detik.com, 8/12/2024)

Namun, justru menurut Wakil Menteri PU Diana Kusumastuti, bencana alam tersebut bukan disebabkan oleh cuaca atau hujan deras. Setelah melakukan kunjungan, ia memastikan penyebab bencana banjir dan longsor di kecamatan terdampak adalah pendangkalan sungai akibat sedimentasi. Ada lima sungai di antaranya Cikaso, Cipelabuhan, Cimandiri, Cidolok, dan Ciletuh. (Jawapos.com, 7/12/2024)

Ternyata bencana serupa yaitu pergerakan tanah yang mampu merobohkan rumah dan memutus jalan utama ini juga terjadi di Cianjur. Diberitakan pergerakan tanah di Cianjur justru semakin meluas dari 15 kecamatan dan ada kemungkinan terus meluas lagi. (Cnnindonesia.com, 7/12/2024)

Saatnya Merenung 

Bencana yang menyapa manusia dan alam sekitar memang sering kali tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi. Akan tetapi, sejatinya bencana adalah suratan pertanda alam untuk mengetuk hati dan pikiran manusia agar semakin merenungi diri dan kehidupannya. 

Bencana alam lebih banyak terjadi karena kerusakan alam itu sendiri, bukan terjadi secara alamiah. Kerusakan alam itu pun bukan terjadi dengan sendirinya melainkan disebabkan oleh tangan-tangan nakal manusia yang merusaknya. Ajaran Islam dalam Al-Qur'an sudah lama memperingatkan manusia akan hal itu yaitu:

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS.  Ar-Rum: 41)

Kerusakan akibat Sistem yang Salah

Kerusakan yang disebabkan manusia terhadap alam itu bukan tanpa sebab. Akan tetapi, manusia berbuat kerusakan itu dari buah sistem kehidupan yang diterapkan saat ini. Yaitu sistem kapitalisme sekuler yang mengagungkan kepentingan para kapitalis/pemilik modal. Demi membela kepentingan para kapitalis banyak terjadi alih fungsi lahan di tempat yang kini diterpa bencana.

Dari pesawahan dan perkebunan menjadi pertambangan, wilayah industri dan pariwisata tanpa memikirkan dampak lingkungannya. 
Keserakahan sistem ini akhirnya menggila, alam dan rakyat kecil yang tinggal di pinggiran sungai atau titik rawan bencana lainnya terancam sepanjang waktu. 

Bencana dan korbannya, sejatinya adalah pengingat bagi yang menyaksikan saudaranya terkena bencana. Sudah semestinya merenung dan mengoreksi diri, bertobat dari sistem rusak yang merusak ini, dan kembali pada sistem yang memberi rahmat bagi semua makhluk dan alam semesta yaitu Islam. 

Berteduh di Bawah Rahmat Islam Kafah

Di tengah derasnya bencana alam yang kini menerpa, sudah saatnya masyarakat terutama umat Islam berlindung dan berteduh di bawah naungan Islam, rahmat Allah yang begitu luas.  Hal yang mana rahmat Allah itu akan terwujud jika diterapkan dalam sebuah institusi negara yaitu Khilafah Islamiah. 

Dalam kepemimpinan Khilafah Islamiah, pengelolaan alam khususnya yang menjadi kepentingan orang banyak harus dikelola oleh negara dan dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Sehingga mitigasi bencana dipikirkan sejak sebelum pembangunan dilakukan. 

Contohnya pada masa kekhilafahan Umayah, Khalifah Hisyam bin Abdul Malik di Tahun 724–743 Masehi sudah mulai membangun bendungan dan sungai buatan di pusat Khilafah di Irak untuk mencegah wilayah yang rawan banjir. Untuk mencegah korban, jika bencana tak dapat dibendung, tempat rawan bencana dilarang untuk dihuni masyarakat. 

Kepemimpinan Islam yang bisa menaungi manusia dan alam dengan keindahan rahmat-Nya ini benar-benar akan terwujud sesuai janji Allah. 

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-A'raf: 96)
 
Wallahualam bissawab.

Post a Comment

أحدث أقدم