Oleh Yafi'ah Nurul Salsabila
Aktivis Dakwah
Indonesia pada awal bulan Desember sedang ditimpa bencana alam yang melanda mulai dari longsor, banjir, dan gunung meletus. Ujian ini terjadi bukan karena gejolak alam semata pasti ada hal lainnya yakni pengingat bahwa semua manusia lemah tanpa pertolongan dari-Nya Sang Maha Segalanya dan Maha Pencipta. Bencana alam ini terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia seperti: Sukabumi, Cianjur, Mojokerto dan yang terbaru di Palopo.
Dilansir dari halaman berita Jawapos.com, 7/12/2024, bahwa banjir bandang di Sukabumi terjadi akibat pendangkalan sungai, kementerian pekerjaan umum (KPU) berupaya melakukan pengerukan terhadap berbagai sungai di Sukabumi. Ada 12 alat berat dikerahkan menormalkan berbagai sungai.
Dalam kunjungannya ke Sukabumi, Wakil menteri PU yakni Dianas Kusumastuti mengatakan bahwa pada tanggal (7/12) memang sengaja pergi ke Sukabumi untuk mempercepat mengatasi dampak bencana banjir dan longsor. "Sejak hari pertama ditangani kementerian PU melalui balai-balai. Ada dua bencana yaitu: bencana banjir dan longsor." Ujarnya.
Dari pemberitaan di atas dapat dipahami dan diambil hikmahnya bahwa sejatinya bencana alam terjadi karena ulah manusia sendiri yang tidak menjaga lingkungannya dan tata kelola bangunan serta tanggungjawab pemerintah.
Dalam sistem kapitalisme hanya mementingkan keuntungan dan kepentingan semata. Pemimpin tidak benar-benar mengurus urusan rakyatnya dengan baik, benar, ikhlas dan sabar. Tetapi mengabaikan amanah yang diemban dan tidak takut akan pertanggungjawaban di akhirat kelak.
Watak asli pemimpin dalam sistem kapitalisme yakni populis otoritarian mereka membuat kebijakan seolah memihak kepada rakyatnya. Padahal hanya regulator yang menjalankan kebijakan para pemilik modal.
Lingkungan alam seperti hutan dieksploitasi dengan berlebihan atas nama pembangunan. Sungai harusnya bisa dijaga, dipelihara dan dibersihkan dari sampah-sampah yang merusak alam agar mencegah terjadinya banjir.
Sangat miris dan "si raja tega" yang haus akan uang akhirnya melakukan korupsi terhadap anggaran dana tersebut. Dana dialihkan untuk tunjangan para pejabat. Ini merupakan bentuk kezaliman dan pelanggar hukum syarak dalam mengatur negara.
Allah Swt berfirman sebagai berikut:
ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut akibat perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada kalian sebagian dari (akibat) perbuatan kalian, agar kalian kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-rum:41)
Maka dari itu, sudah saatnya umat dan para penguasa melakukan tobat sungguh-sungguh dan muhasabah. Mau kembali ke jalan yang benar agar syariat tegak di bawah kepemimpinan Islam. Tidak akan tegak kecuali dengan sistem yang bernama khilafah karena merupakan satu-satunya solusi untuk negara yang menerapkan hukum Islam secara keseluruhan.
Menjamin keselamatan dari bencana di dunia dan di akhirat kelak. Bahkan dalam sistem khilafah negara benar-benar berperan sebagai raa'in (pengurus rakyat) dan junnah (pelindung) sehingga hidup rakyat sejahtera dan penuh berkah. Allah Swt berfirman sebagai berikut:
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan menurunkan berkah dari langit dan berkah dari bumi." (QS. Al-Araf:96)
Masyaallah sungguh semakin ingin berada dalam kepemimpinan Islam dan mereka akan menerapkan hukum syarak untuk mengatur urusan masyarakat sesuai dengan kemaslahatan. Mencegah bencana alam negara melakukan pembangunan terukur, keberlanjutan dan tidak melakukan eksploitasi hutan berlebihan supaya bencana bisa diminimalisir.
Islam juga memiliki konsep konservasi yang disebut hima jadi selama kebijakan ini berjalan manusia dilarang mengeksploitasi hutan dengan berburu binatang, merusak tanaman dan manusia dilarang memanfaatkannya selain untuk kepentingan bersama.
Baitul mal menyediakan anggaran dana untuk bencana alam. Syeikh Abdul Qadim Zallum dalam kitab Al-amwal fi daulah al-khilafah ada bagian seksi urusan darurat atau bencana alam (ath-thawaari). Tugasnya memberi bantuan kepada kaum muslim atas kondisi darurat bencana yang menimpa.
Beberapa konsep negara tersebut akan diterapkan menjadi undang-undang negara. Alhasil, siapapun yang melanggar mendapat sanksinya. Hal ini membuat pemimpin memiliki rasa tanggung jawab, kepribadian Islam, kekuatan, lemah lembut kepada rakyat dan ketakwaan.
Bukankah ini yang kita inginkan dan tunggu? Maka sudah pasti kita harus terus berdakwah dan istiqamah agar sistem ini kembali tegak dalam naungan Islam, muhasabah total, amar makruf nahi mungkar harus terus berjalan. []
إرسال تعليق