Oleh Sabikhisma
Aktivis Muslimah
Baru-baru ini fakta beredar, bahwa lembaga Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) menambah jadwal belajar mengajar di pagi hari. Ada yang memberikan respon positif, adapula yang memberikan respon negatif. Sebelumnya pemerintah daerah juga menggencarkan agar anak-anak sedari dini diwajibkan mengenal ilmu agama melalui lembaga-lembaga pendidikan yang berbasis agama, seperti TPQ dan MADIN.
Dalam sambutan Gus Mujib tempo lalu di Gebyar PHBI DPAC FKDT Kecamatan Grati menyampaikan, "Kalau ingin anak kita menjadi anak shalih shalihah dan banyak manfaatnya yaitu dengan banyak-banyak berdoa dan memberikan motivasi. Memberikan semangat kepada anak-anaknya agar semangat untuk ngaji dan semangat sekolah," katanya.
Lebih lanjut, mantan Wakil Bupati Pasuruan tersebut juga menyampaikan terkait penerapan jam dalam belajar Madin maupun TPQ. "Jangan lupa kalau pagi harus sekolah formal, kalau siang sekolah madin, kalau sore masuk TPQ, ini sama-sama penting", pungkasnya pada Minggu (13/8/2023). (Kampungkb.bkkbn, 26/5/24)
Hal ini mendapat respon positif dari kalangan pendidik dan masyarakat, guna membentuk generasi yang agamis, sesuai dengan karakter Islam. Sejak saat itu awal mula banyak sekali berdiri TPQ dan MADIN di beberapa daerah. Lembaga-lembaga pendidikan ini terus berjalan harmonis selama beberapa periode, berdampingan dengan lembaga pendidikan formal.
Seiring berjalannya waktu, belakangan ini mulai terjadi gesekan antara kedua lembaga tersebut. Terutama pada lembaga TPQ anak yang jumlahnya terus meningkat bak jamur dikala musim hujan. Ditambah dengan jam belajar mengajar yang dilaksanakan pagi hari. Sehingga menuai keluh kesah dari Himpaudi dan IGTK karena dianggap mengancam eksistensi dari lembaga yang sudah berdiri lebih awal.
Pasalnya waktu belajar di TPQ yang berlangsung di pagi hari berbenturan dengan jadwal belajar di Taman Kanak-kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Hal ini diungkapkan oleh salah satu guru TK pada acara talkshow yang diselenggarakan pada kamis (5/12/24) di Pandaan. "Sebenarnya bagus, cuma jam belajarnya yang perlu dipikirkan. Seharusnya TPQ diadakan sore hari bukan pagi hari, saya berharap ada solusinya". Jelasnya.
Ada pula yang senada memberi tanggapan, "Saya tanya kemenag, apakah TPQ ini berada dibawah naungan kemenag? Ternyata jawabannya tidak. Lalu bagaimana dengan solusinya?", pungkas yang lain. (Wartabromo, 6/12/24)
Berdasarkan pernyataan di atas, menunjukkan bahwa alur praktek jalannya pendidikan di lapangan tidak sesuai dengan arahan awal. Yang seharusnya berjalan sesuai aturan justru terdapat perubahan jam belajar anak-anak, sehingga menyebabkan terganggunya lembaga lain yang merasa tidak mendapatkan haknya dalam mengajar. Tidak hanya sampai di sini peran orang tua juga mendapatkan dilema. Di satu sisi orang tua lebih memilih memasukkan anaknya ke TPQ pagi karena biaya lebih terjangkau, dan di sisi lain anak-anak juga mebutuhkan pendidikan formal agar bisa menyesuaikan nanti ketika memasuki sekolah dasar.
Lalu mana yang harus lebih diprioritaskan?
Dinas pendidikan menilai perlu adanya mediasi dan pengakajian lagi antara sekolah berbasis agama dan sekolah formal. Mengingat kebutuhan pendidikan saat ini, dari dua lembaga tersebut sama-sama dibutuhkan masyarakat terutama untuk kalangan anak-anak. Karena baik cara belajar maupun cara mengajar membutuhkan penanganan khusus untuk bisa memahami karakter anak usia dini.
Seperti halnya disalah satu sekolah swasta di Bangil kabupaten Pasuruan, TPQ anak bisa dilaksanakan pagi hari tanpa mengganggu aktivitas TK / PAUD. Kegiatan di TPQ pagi ini anak-anak masuk pukul 6-7 pagi dan setelah itu dilanjutkan pendidikan di Paud dengan istirahat dulu selama 30 menit. Kegiatan ini diikuti anak-anak usia 3-6 tahun, dan terlaksanan dengan antusias. Sehingga para pendidik, anak-anak, serta orang tua masih mampu mengatur waktu belajar anak-anak di Sekolah.
Akan tetapi ini hanya bisa diterapkan disebagian sekolah, karena hanya sedikit yang mampu mengatur waktu kegiatan belajar mengajar, sedangkan masih banyak lembaga pendidikan yang mengalami problem dari segi pembagian waktu belajar.
Lembaga Pendidikan dalam Islam
Pendidikan anak di usia dini bagaikan mengukir di atas batu. Anak-anak ibarat batu yang siap untuk diukir, digambar, atau dibuat segala rupa sesuai keinginan orang tuanya. Ukiran pertama, orang tua yang menentukan. Awal-awal bisa jadi terasa sulit, melelahkan dan butuh pengulangan (repetisi) sehingga ukiran kita terpahat sempurna di atas batu sesuai harapan kita.
Berdasarkan Al-Qur'an dan hadis mengajarkan pendidikan dan pemahaman kepada anak-anak di usia dini harus sesuai dengan fitrah seorang manusia serta mampu mengembangkan fitrah sesuai dengan apa yang Allah swt gariskan. Sebab Allah berkehendak bagi kita untuk menemukan peran atau misi (mission) dan maksud (purpose) kehidupan sejati yang dia telah takdirkan bagi kita dan anak-anak kita.
Hal tersebut seharusnya sudah dipahami lebih awal oleh orangtua selaku pendidik pertama bagi anak-anak dan juga dipahami oleh para pengajar di Sekolah. Agar ketika kita menjalani kehidupan termasuk menjalani pendidikan anak anak kita, secara otomatis akan terhubung dengan fitrah yang telah ditetapkan oleh Allah. Sehingga kita tidak perlu terobsesi mengejar kesempatan dan peluang apapun untuk diri kita dan untuk anak anak kita, karena semua itu akan datang dengan sendirinya kepada kita.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR Bukhari Muslim)
Berkaitan dengan itu, menanamkan adab (etika) dan memberikan ilmu pengetahuan yang benar yang bersumber dari Kitabullah juga senantiasa diajarkan, agar dapat menumbuhkan jiwa berakhlak mulia dalam bermasyarakat, serta mengamalkan ilmu dengan adab membantu individu terhindar dari sifat kesombongan, keangkuhan, penyalahgunaan ilmu, dan kurangnya empati.
Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi,
أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Artinya: "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Tirmidzi no. 1162. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 284.)
Lalu bagaimana dengan teknis yang harus dijalankan?
Secara teknis, pendidikan anak dimulai sejak dini bahkan saat masih dalam kandungan. Dalam hal ini orang tualah yang memiliki peran penting dalam membentuk karakter pada anak. Ketika anak sudah mulai menginjak usia 5 tahun, negara memfasilitasi tempat untuk memberikan pembelajaran membaca dan menulis Al-Qur'an bagi anak-anak berupa madrasah / sekolah-sekolah dengan kurikulum dan fasilitas secara merata dan menyeluruh tanpa membedakan kategori dari sekolah yang telah berdiri.
Selain itu negara juga mengembalikan fungsi utama dari masjid dan pesantren, sehingga menjadi salah satu tempat yang digunakan untuk belajar, serta menjadi pusat pendidikan agama yang penting, di mana santri mempelajari Al-Qur'an, hadits, fiqh, dan ilmu keislaman lainnya di bawah bimbingan kiai (guru).
Khatimah
Pada sistem saat ini dapat kita lihat betapa memilukan dunia pendidikan bagi anak-anak. Lembaga-lembaga pendidikan disibukkan dengan persaingan untuk saling menjatuhkan, seakan mereka lupa tujuan utama untuk mencerdaskan anak bangsa demi generasi gemilang layaknya peradaban islam di masa lalu. Negara pun turut abai dalam carut marutnya dunia pendidikan.
وَاَنَّ هٰذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ ۚوَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهٖ ۗذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Artinya, "Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa". (QS Al-An’am [6]: 153)
Dari sini bisa kita pelajari seberapa besar pengaruh keselarasan antara orang tua, lingkungan (masyarakat), lembaga pendidikan dan negara berperan penting dalam menanamkan fondasi aqidah yang kuat terhadap anak-anak kita. Agar visi besar mengukir batu peradaban yang gemilang dapat terwujud secara nyata.
Wallahualam bissawab. []
إرسال تعليق