Oleh : Elfia Prihastuti, S.Pd.
Praktisi Pendidikan dan Member AMK

   Bersyukurlah kita atas karunia yang diberikan Allah berupa anak-anak yang terlahir dari rahim kita. Betapa banyak saudara-saudara kita di luar sana yang menginginkannya dengan segala usaha dan pengorbanan. Tak ada alasan bagi kita untuk melalaikan mereka. Mereka adalah aset pahala dan aset surga kita. Di tangan anak-anak kita inilah tergenggam masa depan kita dan umat manusia pada umumnya. Tapi tentu saja semuanya tergantung warna pendidikan yang kita berikan.

   Sungguh di era sekarang, membangun anak dengan kerangka yang baik yang kelak menghasilkan aset akhirat bukan hal yang mudah. Terlalu banyak hal-hal yang ikut campur, bahkan ingin merobohkannya. Untuk itu perlu benteng yang cukup kuat agar kerangka yang kita bangun tidak roboh bahkan ambyar. Maka keluargalah yang akan menjadi benteng utama. Perlu usaha yang optimal dan tekad yang kuat untuk menjadikan keluarga sebagai benteng yang kokoh tempat anak-anak ditempa dan dibentuk, serta tempat yang nyaman untuk tumbuh kembang. Lantas tempaan apa yang paling mendekatkan pada  hasil yang kita inginkan? Tak ada yang lain, tempaan yang mampu menghantarkan kita pada tujuan yang hakiki selain Islam. Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, sudah pasti Islam mampu memberikan solusi tuntas untuk segala problematika kehidupan. Karena aturan Islam dibuat Dzat yang Maha Mengerti segala kelebihan dan kelemahan kita sebagai makhlukNya. Mau tidak mau kita wajib mengambilnya dan mengaplikasikannya dalam setiap lini kehidupan kita termasuk mendidik anak-anak kita untuk menjadikan mereka sebagai aset akhirat kita. Untuk itu Al Qur'an dan As Sunnah mengajarkan bagaimana seharusnya peran kita dan apa pengaruhnya terhadap anak.

   Pertama, menanamkan Aqidah Islam sebagai pondasi sikap kepribadian, sehingga anak-anak akan tumbuh dan di besarkan dalam keluarga yang dibangun dengan dasar ketaqwaan kepada Allah, ketaatan kepada Syari'at Islam dan keinginan menegakkannya. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat Lukman ayat 13 yang artinya : "Dan (ingatlah) Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberikan pelajaran kepadanya : Hai anakku, janganlah kamu persekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar" (QS. Lukman: 13).

   Kedua, mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis di tengah-tengah keluarga. Allah SWT berfirman yang artinya  "Dialah yg menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya agar dia senang kepadanya..." (QS. Al A'raf : 189 ).

   Jika kedua org tua bersatu di atas landasan kasih sayang dan ketentraman psikologis yang interaktif, anak-anak akan tumbuh bahagia, percaya diri, tentram serta jauh dari kekacauan sehingga kesulitan dan penyakit batin yang melemahkan kepribadian anak akan mudah teratasi.

   Ketiga, menanamkan rasa bangga kepada anak-anak sebagai muslim, sehingga kelak menjadi pembela Islam yang membanggakan. Tidak malu dengan identitasnya dan tidak ragu melakukan kebaikan walaupun sekitarnya penuh dengan kemaksiatan. Rasulullah SAW bersabda : "Menikahlah, berketurunnanlah, niscaya kamu menjadi banyak karena aku akan merasa bangga olehmu di hadapan ummat lain pada hari kiamat" (Al Hadist).

   Hadist di atas mengisyaratkan wajibnya bagi orang tua dalam mendidik putera-puterinya melalui pendidikan yang dapat mewujudkan tujuan Islam dan itu harus benar-benar mentaljasad dalam jiwa mereka.

     Empat, memenuhi kebutuhan cinta dan kasih sayang anak-anak karena kasih sayang merupakan landasan terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan psikologis dan sosial anak. Jika seorang anak mengalami ketidakseimbangan rasa cinta, kehidupan masyarakatnya akan dicemari penyimpangan. Dia akan sulit berteman dan bekerja sama. Apalagi harus melayani atau mengorbankan miliknya demi orang lain. Dalam hal ini kita bisa mencontoh Rasulullah bagamana memperlakukan anak-anak dengan penuh cinta dan kasih sayang. Abu Qatadah Al Anshari mengatakan, " Rasulullah SAW keluar dari rumah menuju kami sedangkan Umamah binti Abu Ash berada di pundaknya, kemudian nabi shalat. Maka ketika ruku' beliau meletakkkan Umamah dan ketika berdiri beliau menggendong Umamah" (HR Bukhori).

     Lima, menjaga fitrah anak agar tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan. Dalam Islam keluarga adalah penanggung jawab utama terpeliharanya fitrah anak, jika anak menyimpang bisa jadi lebih di sebabkan oleh ketidakwaspadaan orang tua atau pendidik terhadap perkembangan anak.

   Pada hakekatnya, anak dilahirkan dalam kondisi suci sebagaimana Rasullah SAW melalui hadist yang diceritakan Abu Hurairah : "Tiada seorang bayipun melainkan dilahirkan dalam fitrah yang bersih. Maka orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi, sebagaimana binatang melahirkan binatang secara keseluruhan. Apakah kalian mengetahui di dalamnya ada binatang yang rumpun hidungnya?...." (HR. Buchori).

   Terlepas dari bahasan di atas, tentu benteng keluarga yang kokoh saja tidaklah cukup. Keadaan di luar keluarga harus kita waspadai sebagai peluang yang akan menggerogoti kerja keras kita mendidik anak. Untuk itu masih butuh peran kita untuk mengubah masyarakat dan sistem yang ada agar menjadi benteng yang kokoh pula bagi anak-anak kita hingga benar-benar menjadi aset akhirat. Maka tak ada jalan lain yang bisa kita lakukan kecuali dengan dakwah. Dakwahlah yang mampu mengubah segalanya.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama