Oleh : Silvi Sephiani Pratiwi
Kekerasan terhadap kaum muslim kembali terjadi, yaitu pada etnis Uyghur di Xinjiang, Cina. Menurut Komite PBB tentang Diskriminasi Rasial (CERD), diperkirakan bahwa sekitar 1 juta orang muslim Uyghur, berada di kamp-kamp tahanan di Tiongkok. Laporan itu juga menyatakan, bahwa ada tahanan yang disiksa sampai mati.
Dilaporkan dari beberapa media internasional, bahwa tahanan dipaksa untuk memakan daging babi dan meminum alkohol. Setelah lama ditolak, Pemerintah Tiongkok akhirnya mengakui keberadaan kamp-kamp semacam itu yang diduga dibuat untuk melaksanakan proses pendidikan ulang bagi muslim Uyghur. Hal ini tidak lain adalah upaya mereka untuk mencuci otak kaun muslim Uyghur dan menanamkan doktrin komunisme. Kondisi yang sangat mengkhawatirkan ini ternyata tidak mendapatkan respon yang memadai dari dunia Internasional, termasuk Pemerintahan Indonesia. (MuslimahNews.id)
Penyebab pemerintah Cina melakukan penindasan kepada kaum muslim Uyghur salah satu alasannya yaitu karena mereka adalah seorang muslim. Dan mereka memeluk Agama Islam. Dapat diartikan, yang dimusuhi oleh Pemerintah Cina adalah segala hal yang berkaitan dengan Islam. Itu pula upaya yang hendak mereka musnahkan dari bangsa Uyghur. Mereka berusaha menghapus, menghilangkan segala hal yang berbau Islam.
Mereka menutup banyak masjid di Xinjiang. Mereka melarang pria Muslim memelihara jenggot yang mengganggu ketentuan, akibatnya mereka akan di ganggu dan diintimidasi. Mereka juga memerintahkan pemilik toko untuk menjual alkohol. Ini semua dilakukan semata-mata sebagai upaya melemahkan aturan Islam.
Sungguh miris, penindasan dan penyiksaan terhadap etnis uyghur yang dilakukan oleh pemerintahan China. Mereka diperlakukan seolah-olah bukan seperti layaknya manusia. Kezaliman terhadap etnis Uyghur pun sebenarnya telah diketahui oleh dunia, tapi mengapa tak ada satupun tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan muslim Uyghur? Padahal jelas-jelas ini lebih dari sekedar melanggar HAM. Dapat kita lihat, dunia seolah-olah buta atas kejadian ini.
Saat ini pun tidak ada seorang Pemimpin muslim yang mau dan berani mengirimkan pasukan untuk menyelamatkan mereka. Sungguh tidak ada yang memperdulikan mereka. Termasuk juga penguasa negeri ini. Yang penduduk muslimnya terbesar di dunia. Jangankan memberikan pertolongan secara riil, bahkan sekedar kecaman pun tak terdengar dari penguasa negeri ini. Bahkan terlihat malah menutup nutupi semua problematika ini, sebab penguasa negeri ini malah bersanding mesra dengan penguasa Cina.
Padahal Uyghur telah lama menjerit meminta pertolongan kepada seluruh kaum Muslim dimanapun mereka berada. Mereka ingin diselamatkan. Oleh karena itu wajib atas kaum Muslim sedunia, termasuk Pemerintah dan Rakyat Indonesia, melindungi mereka, memelihara keimanan, dan keislaman mereka. Sekaligus mencegah mereka dari kekufuran yang telah dipaksakan kepada mereka.
Semua realita di atas ternyata menambah daftar panjang betapa besar penderitaan umat Islam sekarang. Sebab Uyghur tak sendirian. Nasib yang sama pun juga di alami oleh muslim Rohingya, Pattani Thailand, Moro Philiphina, Kashmir India, Palestina, Suriah, dan lainnya.
Semua tindakan mereka, bukan sesuatu yang mengherankan lagi bagi kita. Sebab memang begitulah sikap kaum kafir terhadap kaum muslim pada umumnya. Kebencian mereka terhadap kaum muslim telah diberitakan dengan jelas dalam firman-Nya :
"Sungguh kamu akan mendapati manusia yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah kaum yahudi dan orang-orang musyrik."(TQS Al-Maidah[5]:82).
"Mereka (kaum kafir) tidak pernah berhenti memerangi kalian (kaum muslim) sampai mereka bisa mengembalikan kalian dari agama kalian (pada kekafiran) andai saja mereka sanggup." (TQS Al-Baqarah[2]:217).
Negeri-Negeri Muslim Membisu
Bagaimana sikap negara mayoritas muslim yang lain?
Iran misalnya tidak melayangkan kritik terhadap kebijakan Cina. Cina adalah importir terbesar minyak dari Iran, banyak berinvestasi di sektor migas dan aktif melebarkan hubungan dagang dengan Iran. Pakistan dan Arab Saudi juga bungkam atas alasan ekonomi. Pangeran Muhammad bin Salman bahkan memuji kebijakan minoritas Cina dan hal serupa diungkapkan berbagai negara Arab. Dalam hal ini pun hubungan ekonomi menjadi faktor penentu.
Banyak negara Islam dipimpin oleh pemerintahan yang otoriter dan sering mendapat kritik dari negara barat lantaran pelanggaran HAM. Hal ini berlaku untuk Mesir, negara-negara Teluk, untuk Pakistan, Iran dan sejumlah negara lain. Cina sebaliknya sama sekali tidak tertarik pada urusan HAM. Negara manapun bisa berbisnis dengan Cina tanpa perlu takut mendapat kritik terkait kebijakan internal masing-masing.
(Referensi Tempo.co)
Dunia Butuh Khilafah
Semua penderitaan kaum Muslim ini semakin meneguhkan tentang betapa butuhnya umat terhadap khilafah.
Mengapa khilafah? Tentu saja, karena umat Islam di berbagai wilayah mengetahui bahwa keselamatan mereka hanya ada pada Islam, juga pada kekuasaan Islam (Daulah Khilafah). Sebab khilafah adalah perisai/pelindung sejati umat Islam. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW :
“Sungguh imam(khalifah) itu laksana perisai. Kaum muslim akan berperang dan berlindung di belakang dia”
(HR Al-Bukhari dan Muslim).
Mengapa hanya imam/khalifah yang disebut sebagai junnah (perisai)? Karena dialah satu-satunya yang bertanggung jawab untuk melindungi umat, mengurusi umat dan memenuhi segala kebutuhan umat. Sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi SAW.:
Imam/Khalifah itu pengurus rakyat dan hanya dia yang bertanggung jawab atas rakyatnya (HR al-Bukhari dan Muslim).
Menjadi junnah (perisai) bagi umat Islam khususnya dan rakyat umumnya meniscayakan imam/khalifah harus kuat, tangguh berani dan terdepan. Bukan orang yang tak berani, pengecut dan lemah. Kekuatan ini bukan hanya pada diri pribadinya, meskipun dia beriman, berilmu dan dia memenuhi semua syarat menjadi seorang khalifah, tetapi pada institusi negaranya, yakni khilafah. Disinilah kekuatan institusi negara Khilafah dibangun karena pondasi pribadi (Khalifah) dan negara (Khilafah) nya sama, yaitu akidah Islam. Inilah yang ada pada diri kepala negara Islam pada masa lalu, baik Nabi saw. maupun para khalifah setelah beliau.
Wallahu a'lam bishshawab.
Posting Komentar