Oleh : Kusmiyati

VALENTINE day bukan lagi hal yang tabu di telinga kita. Perayaannya pun sudah bisa kita tebak akan seperti apa. Meski nasihat-nasihat dan imbauan-imbaun tentang valentine day sudah banyak disampaikan tetapi pada kenyataannya perayaan valentine day ini masih saja dilakukan. Ia hanya dianggap sebagai budaya modern remaja saja atau bisa disebut dengan gaya kids jaman now. Padahal seperti yang kita ketahui bersama di balik perayaan valentine day akan ada banyak  dampak buruk yang akan terjadi seperti seks bebas, pesta miras, aborsi, dan masih banyak lagi dampak buruk dari valentine day yang masih tidak disadari.

Perayaan ini biasanya dilakukan setiap tahun pada bulan februari. Para remaja berlomba-lomba menyiapkan rencana terbaiknya untuk perayaan tersebut.Tidak terkecuali para remaja muslim yang juga ikut-ikutan sibuk mempersiapkan perayaan ini. Walaupun sudah sering diingatkan bahwa ini bukan merupakan budaya Islam, ini adalah budaya orang-orang kafir.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist : Rasulullah bersabda, 
”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.”

Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala. 

Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.

Namun parahnya sebagian besar remaja muslim tak memperdulikan hal itu, mereka berdalih dengan anggapan bahwa perayaan itu hanyalah  untuk senang-senang semata.

Valentine day adalah satu bentuk dari pemikiran sekulerisme. Bagaimana tidak, perayaan ini disebut sebagai hari kasih sayang. Hari pengungkapan cinta dengan memberikan setangkai atau sebuket mawar merah, sebungkus coklat dan lain sebagainya. Kemudian menyatakan perasaan cinta atau naluri nau’ dengan cara yang salah, padahal didalam islam sendiri memiliki aturan-aturan dalam seluruh aspek kehidupan.

Termasuk dalam hal ini adalah tata pergaulan yakni bagaimana manusia menyalurkan naluri nau’ (melangsungkan keturunan) yang salah satu penampakannya adalah menyukai lawan jenis. Jika didetili  pada aktivitas yang dilakukan pada perayaan Valentine Day diselimuti penuh dengan kemaksiatan yang jelas-jelas melanggar syariat. Islam sebagai jalan hidup, tentu seharusnya membuat kita menstandarkan semua perbuatan agar sesuai dengan aturan Islam. Pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme) tak sepantasnya dilakukan oleh umat Islam khususnya generasi muda. saat mereka melaksanakan tata pergaulan dalam kesehariannya.

Islam telah mengatur seluruh tatanan hidup manusia, termasuk hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan Allah, dan hubungan manusia dengan manusia sekitarnya. Segala aturan yang ada bukanlah untuk mengekang kehidupan kita melainkan untuk keselamatan kita. Jadilah pemuda yang membawa perubahan dalam arti kebaikan. Berbenah diri dengan mulai mengkaji islam secara Kaffah agar pelaksanaan  di dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan-NYA.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama